|
|
|
|
Kebo-Keboan Alasmalang Banyuwangi Tanggal 02 Aug 2014 oleh Yulius Dwi Kristian. |
Prosesi Adat Kebo-Keboan Alas Malang merupakan satu diantara dua wisata Adat yang bisa dinikmati oleh wisatawan yang mengunjungi Kabupaten Banyuwangi pada Bulan Muharram. Prosesi ini berhubungan dengan situs kesuburan, syukuran serta do'a kepada Tuhan agar para petani diberi keselamatan dan kesejahteraan serta mendapat panen yang melimpah di masa yang akan datang. Awalnya, upacara ini diadakan untuk memohon turunnya hujan saat kemarau panjang, dengan turunnya hujan berarti bercocok tanam segera bisa dilaksanakan.
Upacara Kebo-keboan, atraksi menarik yang bisa kita saksikan adalah: saat persiapan, malam hari sebelum acara keesokan hari, masyarakat bergotong-yorong memesang hiasan di sepanjang jalan utama desa, yang terdiri dari hasil panen berupa pala gumantung(buah-buahan), pala kependem (umbi-umbian) dan pala kesipir (polong kacang-kacangan). Semua ini melambangkan kesuburan dan kesejahteraan.
Proses upacara, diawali dengan selamatan di tengah jalan pada pagi hari, sesaji, kue dan nasi tumpeng diberi do'a yang dipimpin oleh kyai, kemudian dibagikan kepada para pengujung dan kepala masyarakat sekitar. Kue dan makanan disiapkan oleh masing-masing keluarga dan disjkan oleh para tamu dan sanak famili yang berkunjung.
Selanjutrnya acara Ider Bumi yang diikuti oleh beberapa laki-laki bertubuh kekar dengan dandanan dan bertingkah aneh separti kerbau yang dihalau oleh para petani yang langkap dengan bajaknya.
Seorang Putri cantik melambangkan Dewi Sri ditandu oleh beberapa pengawal dengan pakaian khas. Untuk meramaikan suasana, musik dan tarian tradisional mengiring arak-arakan ini.
Suasana puncak acara adalah prosesi membajak sawah dan menanam bibit padi. Para kerbau manusia seperti kesurupan dan mengejar siapapun yang mencoba mengambil bibit padi yang ditanam. Masyarakat berebut untuk mendapatkan bibit padi itu karena dipercaya bisa digunakan sebagai tolak balak maupun keberuntunga.
Kegiatan ini berakhir pada tengah hari. Sementara pada sore dan malam hari, kesenian tradisional disajikan, termassuk pementasan wayang kulit semalam suntuk.
Keterangan Lain mengenai Upacara Adat Kebo-keboan Alas Malang:
Pelaku Upacara adat:
1. Pemimpin Upacara (Pawang) yang merupakan pelaksana adat yang merupakan keturunan dari Mbah Buyut Karti. Dalam Upacara ini, ada kyai yang juga dijadikan pemimpin upacara saat prosesi pembacaan doa.
2. Penjelmaan Dewi Sri, merupakan simbolis dari kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan Dewi Sri. Perempuan yang memerankan Dewi Sri harus memiliki syarat-syarat tertentu. Apabila salah satu syarat tidak terpenuhi, maka pelaksanaan upacara tersebut tidak akan tercapai. Syarat-syaratnya adalah: Masih keturunan Mbah Buyut Karti, Perawan / Gadis, Berperilaku Baik, Memiliki Wajah yang rupawan.
3. Dayang Pengiring Dewi Sri, Merupakan Para Gadis dari Desa Krajan yang memiliki criteria seperti Dewi Sri. Para Dayang bertugas membawa peras dan sesaji yang digunakan untuk pelaksanaan pawai ider bumi.
4. Kebo-keboan, merupakan pelaksana setiap tahapan dalam pelaksanaan upacara, yang memiliki criteria Berbadan besar, sehat, kuat dan masih keturunan Mbaj Buyut Karti. Kebo-keboan ini berjumlah lima sampai sepuluh Pasang, satu pasang berjumlah tiga yaitu dua kerbau dan satu pengendali.
5. Para Petani, terlibat saat melaksanakan ider Bumi
6. Buldrah, merupakan tokoh yang bertugas memimpin pelaksanaan kirab ider bumi. Yang di pilih adalah yang memiliki keahlian dibidang pertanian, dan biasanya merupakan penggerak warga dibidang pertanian.
7. Modin Banyu, merupakan seorang yang mempunyai tugas sehari-hari yang mengatur sistim pengairan.
Peralatan Upacara adat:
1. Peralatan Pertanian, peralatan ini digunakan karena upacara adat ini berlatarbelakang tradisi masyarakat agraris, maka berbagai perlengkapan yang digunakan adalah: singkal, teter, pecut, sabit, cangkul, dan cingkek
2. Songsong, merupakan paying besar yang digunakan untuk memayungi dewi sri, agar tidak tersengat terik matahari.
3. Sesaji, merupakan syarat terpenting dari tradisi ini yang apabila sesaji kurang, maka upacara yang dilaksanakan tidak sempurna. Sesaji diantaranya berupa peras, tumpeng agung, jenang Abang (bubur Merah), Bubur Putih, Bubur Kuning, Bubur Hitam, Bubur hijau / biru, peteteng, kendi, daun pisang, kemenyan, dan beras petung tawar.
4. Tandu (tempat duduk Dewi Sri), Tandu ini digunakan untuk tempat duduk dewi sri saat prosesi adat.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |