|
|
|
|
Keanekaragaman Cara Pelafalan Saat Bermain Petak Umpet di Indonesia Tanggal 11 Aug 2018 oleh Oskm18_16318014_rahadian . |
“97…98…99…100! Orang-orang pada sembunyi dimana ya?” Siapa kawan yang disini belum pernah bermain petak umpet? Sebagian besar teman-teman sudah memainkannya dimasa kecil. Permainan yang dimainkan oleh lebih dari 1 orang ini hampir dimainkan oleh seluruh anak yang ada di dunia ini, karena permainan ini cukup sederhana, yaitu satu orang bertugas berhitung dan mencari dan sisanya bersembunyi.
Tentu saja dalam permainan harus ada yang menang atau kalah. Dalam permainan petak umpet, di beberapa daerah di Indonesia ini cara menentukan pemenangnya adalah: jika dia seorang penjaga, maka dia harus bisa menemukan lawannya yang bersembunyi, lalu menyebutkan nama orang yang dia temukan sambil menambah “sisipan kata” dan menyentuh tempat dia menghitung dan berjaga, misalnya tembok atau tiang. Namun, jika dia bertugas bersembunyi, dia akan menang apabila dia menyebutkan “sisipan kata” tersebut sembari menyentuh tempat sang penjaga berhitung.
Tapi, taukah teman-teman, ternyata di beberapa daerah di Indonesia ini ada keunikan dalam cara menyebutkan “sisipan kata” tersebut. Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan, ternyata terdapat perbedaan lafal dalam permainan tersebut, meskipun letak daerahnya tidak terlalu jauh satu sama lain. Contohnya di Bandung, di Bandung anak-anak dalam bermain petak umpet ditentukan dengan cara siapa yang lebih dulu mengatakan “25” sembari menyentuh tembok. Berbeda dengan di Bogor, anak-anak di Bogor akan berkata “Hong!” untuk memenangkan permainan. Berbeda sedikit dengan anak-anak di Bekasi yang akan mengatakan “Tong!” dan anak-anak di Karawang yang akan berkata “Gong!”. Namun, akan sangat jauh berbeda dengan anak-anak di Indramayu lakukan, yaitu mereka akan mengatakan “ong!” bagi yang bersembunyi, tapi bagi sang penjaga, dia diharuskan berkata “apel” ditambah nama orang yang dia temukan. Tidak kalah unik, justru anak-anak yang tinggal di Cilegon, mereka akan menyebutkan kata “Jambal!” untuk memenangkan permainan ini. Dan mungkin masih beranekaragam lagi dengan daerah-daerah yang lain yang ada di Indonesia yang belum bisa penulis tuliskan. Wow! Sangat seru ya!
Seiring perkembangan teknologi, permainan-permainan tradisional yang sederhana ini secara perlahan digantikan oleh keberadaan permainan virtual. Bisa saja, anak-cucu kita tidak akan mengalami keseruan yang sama seperti kita rasakan saat kita masih kecil. Oleh karena itu, marilah kita lestarikan budaya yang ada di Indonesia ini agar tidak punah dimakan zaman.
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |