“97…98…99…100! Orang-orang pada sembunyi dimana ya?” Siapa kawan yang disini belum pernah bermain petak umpet? Sebagian besar teman-teman sudah memainkannya dimasa kecil. Permainan yang dimainkan oleh lebih dari 1 orang ini hampir dimainkan oleh seluruh anak yang ada di dunia ini, karena permainan ini cukup sederhana, yaitu satu orang bertugas berhitung dan mencari dan sisanya bersembunyi.
Tentu saja dalam permainan harus ada yang menang atau kalah. Dalam permainan petak umpet, di beberapa daerah di Indonesia ini cara menentukan pemenangnya adalah: jika dia seorang penjaga, maka dia harus bisa menemukan lawannya yang bersembunyi, lalu menyebutkan nama orang yang dia temukan sambil menambah “sisipan kata” dan menyentuh tempat dia menghitung dan berjaga, misalnya tembok atau tiang. Namun, jika dia bertugas bersembunyi, dia akan menang apabila dia menyebutkan “sisipan kata” tersebut sembari menyentuh tempat sang penjaga berhitung.
Tapi, taukah teman-teman, ternyata di beberapa daerah di Indonesia ini ada keunikan dalam cara menyebutkan “sisipan kata” tersebut. Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan, ternyata terdapat perbedaan lafal dalam permainan tersebut, meskipun letak daerahnya tidak terlalu jauh satu sama lain. Contohnya di Bandung, di Bandung anak-anak dalam bermain petak umpet ditentukan dengan cara siapa yang lebih dulu mengatakan “25” sembari menyentuh tembok. Berbeda dengan di Bogor, anak-anak di Bogor akan berkata “Hong!” untuk memenangkan permainan. Berbeda sedikit dengan anak-anak di Bekasi yang akan mengatakan “Tong!” dan anak-anak di Karawang yang akan berkata “Gong!”. Namun, akan sangat jauh berbeda dengan anak-anak di Indramayu lakukan, yaitu mereka akan mengatakan “ong!” bagi yang bersembunyi, tapi bagi sang penjaga, dia diharuskan berkata “apel” ditambah nama orang yang dia temukan. Tidak kalah unik, justru anak-anak yang tinggal di Cilegon, mereka akan menyebutkan kata “Jambal!” untuk memenangkan permainan ini. Dan mungkin masih beranekaragam lagi dengan daerah-daerah yang lain yang ada di Indonesia yang belum bisa penulis tuliskan. Wow! Sangat seru ya!
Seiring perkembangan teknologi, permainan-permainan tradisional yang sederhana ini secara perlahan digantikan oleh keberadaan permainan virtual. Bisa saja, anak-cucu kita tidak akan mengalami keseruan yang sama seperti kita rasakan saat kita masih kecil. Oleh karena itu, marilah kita lestarikan budaya yang ada di Indonesia ini agar tidak punah dimakan zaman.
#OSKMITB2018
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang