Ada satu lagu Pak Marion “Kai angatah buah karuhei, bilak tau mimbit pampatei..” Artinya – Gini rasanya kena pelet, bisa-bisa bikin membawa kematian. Karuhei adalah ilmu yang dapat membuat seseorang jatuh cinta, bahkan bisa membuat gila. Jaman sekarang untuk main wanita diperlukan uang yang banyak, berbeda dengan jaman dahulu untuk bisa menggaet wanita orang Dayak bisa menggunakan hal-hal yang berbau magis. Ada beberapa media yang bisa digunakan untuk mengaruhei / memelet wanita, kali ini penulis akan sahringkan hal ini sebagai prespektive budaya dan bukan untuk dipraktekan.
1. MENGGUNAKAN KAYU TERTENTU
Ada beberapa kayu yang dianggap dapat menarik simpati lawan jenis. Jenis kayu ini diyakini memiliki tuah tertentu, misal kayu yang digunakan untuk membuat MIHING – Mihing adalah sejenis perangkap ikan gaib yang dibuat dari berbagai macam rotan dan kayu bertuah sehingga kita bisa memerintahkan ikan untuk masuk ke kamar tertentu di dalam mihing tersebut dan anehnya setiap kamar hanya boleh ditempati satu Jenis ikan saja. Dalam pembuatan mihing hanya kamu laki-laki saja yang boleh membuatnya sebab kayu-kayu ini dapat digunakan untuk memikat gadis sehingga jika wanita ikut membuatnya ditakutkan akan terkena pengaruhnya. Sebagian juga kayu-kayu in akan dibentuk menjadi sebuah patung yang disebut HAMPATONG KARUHEI .
Beberapa nama kayu yang dikenal untuk memikat gadis aadalah Kayu Palanduk Mulik dan Kayu Raja Mutar masih banyak jenis yang lain, sebenarnya hal ini dapat digunakan oleh pria dan wanita semua umur, terutama yang sudah mengenal dunia percintaan. Pada saat pemasangan kayu ini ada mantera dan cara khusus, setelah itu orang yang membuat ini tinggal menunggu reaksinya. Selain untuk menarik lawan jenis, kayu ini juga dapat digunakan untuk penglaris.
2. MENGGUNAKAN MINYAK
Minyak pemikat ini dimasak dengan ramuan khusus dengan minyak kelapa, ramuan ini kemudian diberi nama, pemberian nama ini disesuiakan dengan jenis ramuannya yang biasanya terdiri dari jenis kayu dan jenis binatang tertentu. Beberapa nama minyak yang dikenal Minyak Sapalit Gila, Minyak Kokang, Minyak Raja, dll. Minyak ini dapat membuat orang menjadi tergila-gila, sehingga beberapa alasan orang memasang minyak ini adalah untuk membalas dendam misal ketika cintanya ditolak tetapi disertai dengan kata-kata yang menghina atau mempermalukannya. Selain untuk menarik lawan jenis, minyak ini dapat digunakan juga sebagai penglaris
3. MENGGUNAKAN MANTERA
Mantera-mantera ini dilantunkan dalam berbagai cara antara lain melalui angin, lewat suara seruling bambu, suara burung elang, suara burung punai, dll. Nama orang yang dicintai tadi akan diucapkan dengan tata cara tertentu. Setelah membawakan kiriman mantera tersebut orang yang dicintai akan jatuh cinta kepadanya. Contoh pembacaan mantera lewat burung elang – ketika burung elang terbang melayang sambil berkucau dan kicauan elang tersebut didengar oleh sang target, maka ia seketika itu juga akan menangis tersedu-sedu, seolah-olah kicauan elang yang berasal dari suara si pengirim mantera secara langsung ditujukan kepadanya. Ada beberapa mantera yang sebenarnya mirip seperti sajak doa tertentu – yang disini tidak penulis tampilkan.
Intinya pemasangan karuhei ini memiliki berbagai maksud dan tujuan ada yang memang karena cinta ada juga karena dendam. Masih ada media dan cara lain semisal Buluh Perindu dan Petak Malai, yang mungkin akan kita bahas di tulisan lainnya, sebab setiap sub suku atau kampung akan memiliki caranya tersendiri.
sumber: https://folksofdayak.wordpress.com/2014/03/05/karuhei-ilmu-pelet-dayak/
#SBJ
Vila Van Resink adalah bangunan cagar budaya berbentuk vila yang terletak di Jalan Siaga, Kalurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilik awal vila ini adalah Gertrudes Johannes "Han" Resink, seorang anggota Stuw-groep , sebuah organisasi aktif pada Perang Dunia II yang memperjuangkan kemerdekaan dan pembentukan negara demokratis Hindia Belanda. Bangunan tersebut dibangun pada masa pemerintah Hindia Belanda sebagai bagian dari station hill (tempat tetirah pada musim panas yang berada di pegunungan) untuk boschwezen dienst (pejabat kehutanan Belanda). Pada era Hamengkubuwana VII, kepengelolaan Kaliurang (dalam hal ini termasuk bangunan-bangunan yang berada di wilayah tersebut) diserahkan kepada saudaranya yang bernama Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkubumi. Tanah tersebut lantas dimanfaatkan untuk perkebunan nila, tetapi kegiatan itu terhenti kemudian hari karena adanya reorganisasi pertanian dan ekonomi di Vors...
Gereja Kristen Jawa (GKJ) Pakem Kertodadi adalah salah satu gereja di bawah naungan sinode Gereja Kristen Jawa, yang terletak di Jalan Kaliurang km. 18,5, Padukuhan Kertadadi, Kalurahan Pakembinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Awal mula pertumbuhan jemaat gereja ini berkaitan dengan keberadaan Rumah Sakit Paru-Paru Pakem, cabang dari Rumah Sakit Petronela (Tulung), yang didirikan di wilayah Hargobinangun. Sebelum tahun 1945, kegiatan keagamaan umat Kristen diadakan secara sederhana dalam bentuk renungan atau kebaktian pagi yang berlangsung di klinik maupun apotek rumah sakit yang dikenal dengan nama "Loteng". Para perawat di rumah sakit tersebut juga melakukan pelayanan kesehatan ke dusun-dusun di sekitarnya, yaitu Tanen, Sidorejo, Purworejo, dan Banteng. Menurut Notula Rapat Gerejawi, jemaat gereja ini mengadakan penetapan majelis yang pertama kali pada 21 April 1945. Tanggal tersebut lantas disepakati sebagai hari jadi GKJ Pa...
Situs Cepet Pakem adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Cepet, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan temuan dua buah yoni dan sejumlah komponen arsitektur candi di sekitarnya, situs ini diduga merupakan reruntuhan sebuah candi Hindu dari masa klasik. Lokasinya kini berada di area permakaman umum Padukuhan Cepet, berdekatan dengan sebuah masjid. Benda cagar budaya (BCB) utama yang ditemukan di situs ini adalah dua buah yoni yang terbuat dari batu andesit. Kondisi keduanya telah rusak, sedangkan lingganya tidak ditemukan. Yoni pertama awalnya berada di pekarangan penduduk bernama Pujodiyono, tetapi sekarang dipindahkan di halaman makam. Yoni ini memiliki ukuran relatif besar dengan bentuk yang sederhana, yaitu lebar 134 sentimeter, tebal 115 sentimeter, dan tinggi 88 sentimeter. Bagian bawah cerat yoni tersebut tidak bermotif dan memberikan kesan bahwa pengerjaannya belum selesai. Sementara itu, terdap...
Situs Potro atau Pancuran Buto Potro adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Potro, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Situs ini terdiri atas dua benda cagar budaya (BCB) utama yang seluruhnya terbuat dari batu andesit, yaitu jaladwara dan peripih. Jaladwara di situs ini oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama Pancuran Buto, karena bentuknya menyerupai kepala raksasa (kala) dengan mulut terbuka, gigi bertaring, dan ukirannya menyerupai naga. Sementara itu, keberadaan peripih berukuran cukup besar di situs ini menimbulkan dugaan bahwa pernah berdiri sebuah bangunan keagamaan di sekitar lokasi, kemungkinan sebuah candi, meskipun bentuk dan coraknya tidak dapat dipastikan karena minimnya artefak yang tersisa.
Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati