×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Alat Musik

Elemen Budaya

Alat Musik

Provinsi

Jawa Barat

Asal Daerah

Jawa Barat

Karinding

Tanggal 29 Dec 2018 oleh Dadan Rizwan.

Di lingkungan masyarakat Indonesia yang masih kental dengan nilai-nilai kehidupan agraris, seni pertunjukannya  memiliki  beragam fungsi yang bukan saja berkenaan dengan peristiwa daur hidup yang dianggap penting seperti kelahiran, potong gigi, potong rambut, pernikahan, kematian, dan berbagai kegiatan  yang dianggap penting seperti menanam atau memanen padi.

Sama halnya dengan seni pertunjukan pada umumnya, karinding mempunyai beragam fungsi di berbagai daerah di Jawa Barat, di antaranya sebagai instrumen yang dimainkan pada waktu luang, pengusir hama, alat musik pergaulan, bahkan menjadi instrumen utama dalam sebuah kelompok musik.

Tahun 2008 menjadi titik tolak hidupnya kembali karinding karena pada tahun yang sama para seniman karinding mulai agresif dalam mengeksplorasi instrumen karinding menjadi sebuah kemasan pertunjukan baru. Lingkungan   komunitas   musik indie  khususnya  ranah   musik  metal Kota Bandung yang terbuka dalam menerima sebuah kebudayaan baru menjadi akses bagi karinding dan penyebarannya ke  beberapa daerah  di luar Kota Bandung.

Informasi tentang karinding yang notabene merupakan alat musik langka dan pernah dikabarkan hilang beberapa ratus tahun yang  lalu  menjadi  suatu nilai eksotis tersendiri bagi komunitas tersebut dan masyarakat penikmat karinding sekarang. Ketertarikannya itu akhirnya mereka realisasikan dengan membuat kelompok musik karinding yang bernama “Karinding Attack”. Bersama  beberapa  rekan  seniman lainnya Man Jasad (founder) mencoba mengembangkan musik karinding yang disesuaikan dengan kondisi zaman. Kemasan pertunjukan, komposisi, style (fashion)   yang   dikemas   sedemikian rupa agar lebih dapat diterima oleh anak muda zaman sekarang.

Beragam bentuk karinding dapat ditemukan di beberapa wilayah seperti Ciramagirang, Cineam, Parakan Muncang, dan Kota Bandung.

1. Karinding di Ciramagirang

Menurut Hendrik (2009: 51) penduduk Ciramagirang percaya bahwa asal-usul karinding di Ciramagirang dimulai  ketika  Embah  Congkrang Buana (CB) dan Embah Kair Panawungan (KP) mengadakan adu tanding ayam (ngadu hayam) yang diiringi oleh karinding dan celempung.

Masyarakat ini percaya bahwa instrumen karinding mulai ada sekitar tahun   1908, tepatnya pada hari Jumat tanggal  7  bulan  7  tahun  1908. Penamaan karinding berasal dari orang yang pertama kali membuat dan memainkan karinding. Orang tersebut bernama Kari yang pekerjaan sehari- harinya ngangon munding (menggembala  kerbau).  Karena  setiap ngangon munding Kari selalu memainkan instrumen tersebut, maka masyarakat sekitar menamakannya karinding yang berasal dari kata Kari- ngangon munding, akhirnya menjadi kirata karinding.

Karinding   Ciramagirang   terbuat dari pelepah kawung yang berukuran 15 cm s/d 20 cm, dengan lebar 1 s/d 2 cm. Memiliki empat bagian yaitu paneunggeul   (bagian   yang   dipukul), dua buntut lisa (bagian yang bergetar), pembatas lidah  getar  (bandul tengah), dan panyekel (bagian ujung karinding). Pohon kawung saeran (enau) dianggap bahan paling baik karena suara yang diproduksi akan nyaring juga mempunyai daya tahan yang kuat.

 

2. Karinding  Sekar  Komara  Sunda Tasikmalaya

Hampir semua keberadaan karinding yang berkembang di masing- masing daerah di Jawa Barat selalu didampingi oleh cerita rakyat. Kisah Kalamanda sebagai pencipta karinding di Tasikmalaya menjadi salah satu sumber lisan yang tetap dipegang oleh tokoh kesenian karinding di Tasikmalaya. Karinding merupakan instrumen yang diciptakan sebagai simbol perlawanan terhadap tradisi pingit (gadis yang sudah beranjak dewasa tidak  boleh pergi ke mana  saja  jika  tidak  ditemani  oleh orang tua atau saudaranya) di Tasikmalaya dan tatar Sunda umumnya.

Tokoh yang tanpa lelah melestarikan karinding di Cineam, Tasikmalaya adalah Oyon Naroharjo. Ia mulai mengenal  karinding  dari  sang ayah  sejak  masih  kecil.  Bersama kawan-kawannya  semasa  sekolah sekitar tahun 1940an Bah Oyon mulai memainkan karinding sebagai alat permainan. Semakin seringnya Bah Oyon   memainkan   alat   ini   akhirnya minat akan instrumen ini semakin meningkat di Tahun 1955 dan sejak itu ia membuat sebuah grup yang bernama Sekar Komara Sunda. Bentuk awal karinding di Cineam hanya mempunyai satu lidah getar, namun karena kebutuhan pertunjukan, juga ditunjang oleh kurangnya faktor teknologi (belum adanya  microphone)  akhirnya  Bah Oyon     mengembangkannya     dengan membuat karinding dengan dua buntut lisa (lidah getar) dengan tujuan meningkatkan volume suara instrumen karinding tersebut.

 

3. Karinding  di  Parakan  Muncang Sumedang

Perjalanan  karinding  di  wilayah lain  juga  menunjukkan perkembangan berarti. Salah satunya di Desa Parakan Muncang, Sumedang. Jejak instrumen karinding di Parakan Muncang dapat ditelusuri berkat adanya Entang Sumarna. Informasi di atas diperkuat oleh penuturan Bah Olot (putra Bah Entang) bahwa sejak dulu karinding dimainkan dalam upacara-upacara seperti panen hasil tani, khitanan, sukuran 40 hari anak yang baru lahir.

Menurut Bah Olot  secara etimologis karinding berasal dari dua kata yakni ka yang berarti lanceuk (kaka), indung (ibu), atau yang awal (pertama)   dan   rinding   yang   dapat berarti suara atau seni. Jadi, karinding dapat diartikan suara yang pertama atau bahkan alat  musik  pertama  di  tatar Sunda atau Jawa Barat. Karinding ternyata  memuat  kearifan  lokal  yang dapat dijadikan tuntunan oleh kita sebagai manusia.

Bentuk karinding di Parakan   Muncang   yang   terbagi   ke dalam tiga bagian, yaitu pancepengan, cecet ucing, dan paneunggeulan. Ketiga bagian karinding tersebut memuat nilai filosofis yang sarat akan  makna  dan nilai yang cukup tinggi

Sebagai pewaris karinding di Parakan   Muncang,   maka   Bah   Olot selalu   melakukan   upaya   konservasi dengan melakukan workshop dan pameran di Jawa Barat dan sekitarnya. Atas upayanya tersebut eksistensi karinding di Cicalengka menjadi lembaran  awal  karinding  menjadi sebuah kesenian populer.

4. Karinding Towel (Karto) dari Bandung

Keberadaan karinding di Kota Bandung sudah tidak bisa dianggap sebagai instrumen tradisional yang sederhana. Karinding telah reinkarnasi menjadi kesenian populer dalam sebuah komunitas (masyarakat) yang sarat akan pengaruh asing. Kepopuleran karinding ini ternyata membawa pengaruh positif terhadap perkembangan bentuk. Beragam bentuk sudah dapat ditemukan hari ini di Kota Bandung, dan salah satunya  ialah:  karinding  towel (disingkat karto) yang ditemukan oleh Asep Nata.

Karto   mempunyai   bentuk   yang lebih sederhana. tidak terdapat paneunggeul (bagian yang dipukul) karena karena karto dimainkan dengan cara ditoel. Bambu surat merupakan bahan utama dalam pembuatan karto, karena mudah didapat dan dibentuk. Beberapa inovasi lahir berkaitan dengan keterbatasan   nada   dalam   karinding. Dari mulai single note karinding sampai dengan  karinding  yang  dapat memainkan nada satu oktaf.

 

 

DISKUSI


TERBARU


Ulos Jugia

Oleh Zendratoteam | 14 Dec 2024.
Ulos

ULOS JUGIA Ulos Jugia disebut juga sebagai " Ulos na so ra pipot " atau pinunsaan. Biasanya adalah ulos "Homitan" yang disimp...

Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...