Ritual
Ritual
Tradisi Jawa Tengah Brebes
Kampung Adat Jalawastu
- 7 Juli 2018

Kampung Jalawastu adalah sebuah kampung kecil yang masih teguh memegang adat budaya dari para leluhurnya. Letaknya cukup terpencil, berada di Desa Ciseureuh Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes Brebes.

Untuk menuju lokasi dari ibu kota kabupaten, harus menempuh jarak sekitar 50 kilometer, atau bisa ditempuh dengan waktu 2,5 jam. Akses jalan yang rusak dan naik turun perbukitan, membuat wilayah tersebut sulit dijangkau. Di pedukuhan ini, terdapat 120 keluarga, di mana 242 orang di antaranya sudah memiliki hak pilih.

Jalawastu saat ini sudah ditetapkan oleh Pemkab Brebes sebagai kampung adat, karena masih terjaganya kultur budaya dari nenek moyang mereka. Selain masih melestarikan berbagai kegiatan upacara adat, seperti Ngasa dan aneka tarian, penduduk setempat juga masih mempertahankan konstruksi dan tata ruang klasik khas di masa lampau, seperti terlihat dari sebagian besar rumah penduduk yang berarsitektur kuno.

Warga setempat, bahkan masih menganggap membangun rumah dari semen dan material modern sebagai pamali. Keunikan warga Jalawastu lainnya bahwa rumahnya tidak boleh beratap genting serta bersemen atau berkeramik. Dalam sistem nilai kepercayaan penduduk, istilah pamali yang berarti pantangan untuk melakukannya juga masih dipegang kuat.

Pamali kalau rumah pakai itu (genting dan semen), juga tidak boleh menanam bawang merah, kedelai, serta memelihara kerbau, domba, dan angsa. Kalau melanggar maka akan ada bencana yang menimpa," ujar Pemangku Adat Jalawastu, Dastam.

Pamali selalu dihindari saat melaksanakan prosesi adat tertentu. Dalam upacara ngasa, misalnya, semua sesaji dan perjamuan tidak diperkenankan menggunakan bahan baku beras dan daging.

Semua bahan sebagian besar terbuat dari jagung, seperti nasi jagung (jagung yang ditumbuk halus, red) dengan lauk pauk berupa umbi-umbian. Selain itu, alat penyuguhannya juga tidak boleh menggunakan bahan kaca seperti piring maupun gelas.

Pantangan-pantangan tersebut didasari cerita awal, dimana Ngasa, berarti pula perwujudan syukur kepada

Batara Windu Buana yang merupakan pencipta alam. Batara mempunyai utusan yang disebut Burian Panutus.

Konon, Burian Panutus selama hidup tidak pernah menanak nasi, dan hanya makan jagung serta umbian talas dan umbi lain. Selain pula tidak memakan yang bernyawa.

Sumber lain menyebutkan, Ngasa berarti mangsa kasanga dalam hitungan kalender Jawa. Adat upacara Ngasa dilakukan sebagai bentuk sodakoh gunung kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia sekaligus juga merupakan permohonan doa keselamatan.

 

Di sini selama upacara ngasa berlangsung tidak boleh makan nasi dan daging, semua berasal dari tumbuh-tumbuhan dengan nasi dari jagung. Alat makan yang boleh dipakai adalah piring bahan seng, dedaunan, dan alat makan atau alat berbahan plastik,? ujarnya.

Tak hanya memelihara warisan leluhur mereka melalui upacara-upacara rutin, komunitas adat juga menjaga upacara adat yang bersifat insidentil, yang hanya dilakukan pada saat-saat tertentu saja. Atau saat ekologi alam terancam dan sendi kehidupan masyarakat mulai terganggu.

Di saat kemarau dan kekeringan berkepanjangan menimpa, misalnya, mereka akan melaksanakan prosesi ngaguyang kuwu, sebuah ritual memohon hujan kepada Yang Maha Kuasa. Ngaguyang dalam bahasa Sunda berarti menyiram, sedang kuwu adalah sebutan mereka untuk sang kepala desa.

Prosesi adat ini biasanya dilakukan di Curug Rambu Kasang, dipimpin seorang tetua adat atau Dewan Kokolot yang merapal doa. Kemudian, pemangku adat lain yang berbusana serba putih, mengambil air yang masih tersisa dari curug tersebut ke badan kades, lalu diikuti oleh puluhan warga lain beramai-ramai.

Sang kades pun pasrah meski tubuhnya basah kuyup. Giliran Kuwu akhirnya membalas siraman air ke tokoh adat dan warga lainnya.

Dastam menyebut tradisi ini sebagai bentuk ungkapan ikhtiar memintakan hujan pada Tuhan saat terjadi kekeringan yang cukup parah.

Curug Rambu Kasang yang membelah wilayah ini, selama ini menjadi menjadi sumber air utama yang mencukupi kebutuhan air sehari-hari maupun untuk irigasi pertanian. Air di sungai tersebut menjadi simbol kemakmuran. Semakin deras dan melimpah air, semakin bergiat penduduknya.

Kepala Dusun (Kadus) I Grogol-Jalawastu Wardi Raharjo menyatakan, sebagian masyarakat Jalawastu bermatapencaharian sebagai petani. Dengan keasrian hutan yang dan hasil pegunungan yang masih terjaga, banyak masyarakat setempat memanfaatkan hasil perkebunan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

?Sebagian masyarakat masih mengandalkan hasil bumi. Misalnya palawija, jagung, kacang, pisang, kelapa, padi, singkong, dan tanaman lainnya yang bisa dimanfaatkan,? jelasnya.

Meski masih kental dengan adat yang dianut, yakni menganut kepercayaan Sunda Wiwitan, tapi sudah banyak masyarakat dari Dukuh Jalawastu yang merantau di Jakarta. ?Tetap ada warga yang pergi ke Jakarta, khususnya anak muda. Kalau kata mereka, kalau nggak ke Jakarta ketinggalan zaman,? ungkapnya.

 

Sumber:

https://radartegal.com/berita-lokal/di-brebes-ada-kampung-adat-jalawastu-yang-tak.14363.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline