|
|
|
|
Kain Jumputan / Tie Dye Khas Palembang #DaftarSB19 Tanggal 02 Jan 2016 oleh Meilly . |
Kota Palembang di Sumatera Selatan dulu merupakan pusat kerajaan Sriwijaya. Beragam kain tradisional yang telah dikenal luas di tanah air yakni kain songket dan jumputan berasal dari kota ini. Kain tradisional jumputan mendapat tempat di pusat-pusat perbelanjaan modern dan gerai-gerai cendera mata terkemuka di Palembang, Sumatera Selatan. Warnanya yang meriah, ibarat rona pelangi, menyimpan kisah perjuangan pengrajin bermodal kecil demi membangkitkan kembali salah satu produk budaya Palembang itu.
Kain jumputan adalah salah satu kain tenun tradisional Palembang yang dibuat dengan cara jelujur ikat. Kain ini disebut kain pelangi karena sebagian besar dibuat oleh tangan-tangan pengrajin di sebuah lorong kecil di pinggiran Kota Palembang, Sumatera Selatan. Tangan-tangan itu terampil, mulai dari melukis bahan dasar, menjahit jumputan, mencelup warna, hingga melapisi zat. Disebut kain pelangi karena warna-warnanya semeriah pelangi. Corak inilah yang membedakan motif kain jumputan di Palembang dengan kain-kain jumputan daerah lain. Motif kain jumputan Palembang banyak corak dan ragam diantaranya badang segi empat, bunga tanjung, mawar isi lima, sumping, pucuk rebung, bintang berkandang, kalajeng-king, jengger ayam, dll.
Memasuki permukiman padat tempat diproduksinya kain tenun ini secara tradisional, terlihat kain-kain jumputan setengah jadi melambai-lambai dari jemuran di sepanjang lorong. Di rumah-rumah sederhana, yang sebagian besar terbuat dari papan kayu, terlihat kesibukan orang-orang yang menggarap kain jumputan. Di antaranya terlihat anak-anak yang berlarian di antara kain jumputan yang dijemur.
Untuk penyelesaian satu kain, satu orang pengrajin bisa menghabiskan waktu sekitar seminggu. Pembuatan kain jumputan Palembang tidak melewati teknik melapisi lilin seperti yang dijumpai pada pembuatan jumputan batik. Kain jumputan Palembang langsung dicelupkan saja ke pewarna dalam proses pembuatannya. Biasanya pewarnanya itu dari bahan alami yaitu dedaunan dan bunga.
Kain-kain ini, biasanya dijual satu set yang terdiri atas kain untuk baju dan kain selendang. Selain itu, ada pula yang berbentuk kain sepanjang 3 meter. Kain-kain ini dijual mulai Rp. 200ribu hingga jutaan rupiah. Pemberian harga ini tergantung dari jenis kainnya dengan harga yang paling mahal ialah kain jumputan berbahan sutra.
sumber:
https://kowumtuankentang.wordpress.com/
http://travel.kompas.com/read/2013/03/25/07543616/Rona.Pelangi.dari.Lorong.Becek
http://www.suara.com/lifestyle/2014/10/25/160316/cantiknya-jumputan-khas-palembang
http://palembang-tourism.com/berita-373-motif-pelangi-jumputan-palembang.html
http://3.bp.blogspot.com/-1jUAsRvcbeE/UK1LLYePkSI/AAAAAAAAACM/7bxuNrzg0jE/s1600/p4bfa290e
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |