|
|
|
|
Kain Gringsing Tanggal 14 Aug 2018 oleh Widya Ayu Salsabila. |
Kain Gringsing
Oleh: Widya Ayu Salsabila
Kain gringsing merupakan kain khas Indonesia yang bersal dari Desa Tenganan Pegringsingan, Bali. Masyarakat Desa Tenganan adalah masyarakat Bali yang memiliki budaya dan tradisi luar biasa yang masih mereka lestarikan dan terapkan hingga saat ini. Setiap tradisi yang mereka lakukan memiliki makna kehidupan dan latar belakang yang sangat mendalam, tidak terkecuali kain gringsing.
Pada dasarnya, gringsing berasal dari kata gring yang artinya sakit dan sing yang artinya tidak. Jadi, gringsing berarti ‘tidak sakit’ atau terhindar dari sakit. Kain gringsing mengandung makna sebagai penolak kesialan atau musibah. Masyarakat setempat mempecayai bahwa kain gringsing memiliki kekuatan magis. Oleh karena itu, kain gringsing selalu digunakan masyarakat Desa Tenganan dalam upacara/ritual adat seperti upacara potong gigi, upacara pernikahan, dan upacara keagamaan lainnya.
Menurut cerita masyarakat setempat, kain gringsing berawal dari Dewa Indra yang kagum dengan keindahan langit yang ia lihat dan ingin menggambarkannya dalam motif tenunan. Oleh karena itu, ditemukan berbagai motif benda-benda langit seperti matahari, bulan, dan bintang. Kain gringsing memiliki tiga komponen warna utama, yaitu kuning, merah dan hitam. Warna kuning melambangkan angin yang mengandung oksigen untuk kehidupan manusia, warna merah melambangkan api yang merupakan panas bumi untuk memberi energi di kehidupan sedangkan warna hitam melambangkan air yang memberikan penghidupan untuk seluruh makhluk di muka bumi. Selain itu, masyarakat Desa Tenganan meyakini kain gringsing menyimbolkan Trimurti. Warna merah melambangkan Brahma sebagai pencipta, warna hitam melambangkan Wisnu sebagai pemelihara, dan warna merah melambangkan Siwa sebagai pelebur.
Proses pembuatan kain gringsing menggunakan teknik tenun dobel ikat. Teknik tersebut diduga digunakan oleh masyarakat Desa Tenganan karena mendapatkan pengaruh dari imigran India penganut Dewa Indra. Dugaan ini muncul karena teknik tenun dobel ikat hanya dapat ditemukan di tiga lokasi, yaitu Tenganan, India, dan Jepang. Proses pewarnaan kain gringsing juga memanfaatkan bahan-bahan alami dari Desa Tenganan seperti minyak kemiri, kulit kayu mengkudu, serta daun indigo.
Konon, dulunya jenis tenun gringsing berjumlah sekitar dua puluh jenis. Namun, saat ini tidak semua jenis yang masih dikerjakan. Kaderisasi generasi muda masyarakat Desa Tenganan untuk terus melestarikan kain gringsing sangat diperlukan. Bukan hanya itu, promosi kain gringsing agar dikenal di mata dunia juga penting.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |