Kahi Dema adalah anak perempuan tunggal yang manja. Segala kehendaknya pasti dituruti oleh orang tuanya, Ama dan Ina Kahi Dema. Pada suatu pagi sesudah bangun dari tidurnya, Kahi Dema pun menangis tak henti-hentinya. Segala bujukan dan pertanyaan orang tuanya dijawab hanya dengan gelengan kepala. Kedua orang tua yang bingung itu menduga-duga keinginan anaknya, dan mencoba menghentikan tangisnya dengan menyembelih seekor kambing, kemudian babi, lalu kerbau, dan kuda. Tetapi semuanya tidak berhasil. Setelah dibujuk-bujuk ayahnya, Kahi Dema pun menyampaikan hasratnya yang terpendam, yaitu bahwa ia ingin dibuatkan sebuah perahu. Ama Kahi Dema segera membuatkan anaknya sebuah perahu. Perahu yang telah siap itu ditariknya ke laut, lalu berperahulah ayah dan anak mengarungi laut. Sesampainya di tengah laut Kahi Dema melihat dua buah batu sakti yang sedang berenang. Ditangkapnya batu-batu itu dan dinaikkannya ke perahu untuk dibawa ke rumah. Batu-batu itu disimpan di halaman rumah, atau ‘Pa Daru Pangutu Ammu.’ Pada suatu hari Kahi Dema ingin bepergian ke Roi Liru atau langit, mencari hiburan. Ia berkemas-kemas, menyimpan berpuluh-puluh lembar kain sarung yang disebut Einga Highi ke dalam ‘Bola Bara’ lalu berangkat bersama kedua batu yang diambilnya dari laut. Kahi Dema berkata, F dalam bahasa Sabu “Ki Wowadu umu ama ya au, Tobbo roi, Tobbo Liru Abe ya la Liru,” artinya, Kalau engkau adalah batu milik Bapakku Penguasa langit dan bumi, engkau akan membawaku ke langit. Maka sampailah Kahi Dema di Roi Liru. Ia berjalan sesuka hatinya di sebuah taman yang indah terpelihara, penuh pohon buahbuahan, sirih, pinang serta bunga-bungaan. Taman indah itu adalah milik seorang putra raja bernama Delo Jarru. Setelah Kahi Dema memetik buah-buahan yang disukainya, iapun bersembunyi di atas sebatang pohon, di tepi sumur tempat Delo Jarru menimba air untuk tanamannya. Delo Jarru yang melihat tanaman kesayangannya telah rusak, menjadi marah dan menggerutu, ”Akan kupenggal kepalanya kalau ku
temui dia di sini.” Ia lalu menimba air sungai untuk menyiram tanamannya. Sedang ia menunduk Kahi Dema yang berada di atas pohon itu membuang ludah sirihnya, dan tepat mengenai kepala Delo Jarru. Namun, raja muda yang sedang kesal itu mengira burung-burung nakal yang sedang membuang kotoran di kepalanya.
Kejadian itu diulangi dan kali ini ludah sirih jatuh tepat mengenai batang hidungnya. Delo Jarru lalu menengadah kearah dahan di atas kepalanya, dan dilihatnya seorang gadis rupawan sedang mengamatinya. Delo Jarru tertegun, dan merasa tertarik pada gadis itu. Segera ia ketahui bahwa gadis itulah yang telah merusak tanaman kesayangannya. Semua kemarahannya segera hilang. Mereka memadu cinta di kebun yang indah itu, dan Delo Jarru tidak pernah kembali ke rumahnya. Danga Manuare, istri Delo Jarru yang menanti di rumah menjadi gelisah dan curiga, lalu disuruhnya pelayannya Na Tudi Buki supaya menyusul Delo Jarru ke kebun, melihat apa yang terjadi. Delo Jarru berpesan kepada pelayan itu bahwa ia tidak kembali karena telah mencintai Kahi Dema, seorang gadis manis dari bumi. Istri Delo Jarru yang telah maklum akan hal suaminya ingin memberi ujian kepada Kahi Dema, yaitu bahwa Kahi Dema harus mengerjakan segumpal kapas menjadi 4 helai kain dan 4 lembar selimut dalam waktu sehari semalam. Dua kali ujian yang sama dapat dijalani Kahi Dema dengan berhasil. Melihat kemampuan Kahi Dema, Danga Manuare mengusulkan sebuah pertandingan dengan syarat yang lebih berat, yaitu dengan menghitung jumlah Bolla Ai dan Bolla Higgi milik masing-masing. Yang mempunyai lebih banyak akan berhak atas diri Delo Jarru. Dengan bantuan batu-batu sakti, Kahi Dema berhasil mengumpulkan lebih banyak Bolla Ai dan Bolla Higgi. Danga Manuare yang belum puas menerima kekalahannya menawarkan pertandingan terakhir yang disebut Poe dai Mala, yaitu bertanding mengeluarkan emas dari perut. Kahi Dema dengan bantuan dari batu sakti dapat mengeluarkan
banyak emas murni dari perutnya, sedangkan Danga Manuare tidak dapat mengeluarkan emas selain Lai Ladu. Maka menanglah Kahi Dema, dan iapun berhak menjadi istri Delo Jarru. Kahi Dema adalah perlambang umat manusia yang hidup didunia ini, Kahi Dema menjalani kehidupan didunia ini sebagai suatu pengembaraan atau suatu pelayaran yang penuh tantangan dan pencobaan.
Karena itu Kahi Dema rindu pergi dan diam di Roi Liru atau sorga. Tetapi untuk terus hidup menetap di Roi Liru, ia harus tabah menghadapi berbagai ujian yang cukup berat. Tapi pada akhirnya ia berhasil.
Sumber:
https://pakjappy.files.wordpress.com/2008/11/kahi-dema.pdf
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.