Alat Musik
Alat Musik
Alat Musik Jawa Barat Sunda
Kacapi
- 8 April 2012 - direvisi ke 2 oleh Budaya Indonesia pada 20 Agustus 2012

Kacapi merupakan alat petik asli Indonesia yang serumpun dengan alat petik serupa yang terdapat di Asia tenggara dan Asia Timur (Thai, Birma, Vietnam, Cina, Korea dan Jepang).

Di Indonesia kacapi terdapat pada suku batak, sunda, Jawa, dayak, bugis, toraja, timor dan daerah-daerah lainnya, bentuk dan nama alatnya sendiri berbeda-beda, misalnya ada yang menyebut kasapi, kacaping, kutiapi, kacapi, dsbnya.

Kacapi sunda, bentuk dn teknik memetiknya lebih berkembang dan sudah maju bila dibandingkan dengan alat-alat petik lainnya yang terdapat pada suku-suku lain di Indonesia, bahkan sekarang dengan adanya kemajuan teknologi, maka dibikinlah kacapi elektronik (kacapi yang diperkeras bunyinya dengan menggunakan arus listrik)

1. Bentuk Kacapi Sunda
Berdasarkan pada bentuknya, kacapi sunda mempunyai dua macam bentuk, yaitu:

  1. Kacapi parahu atau kacapi lesung atau ada pula yang menyebut kacapi gelung, terdiri dari kacapi indung (bentuknya besar) dan kacapi rincik (bentuknya kecil)
  2. Kacapi siter yang disebut juga kacapi peti atau kotak, lebih praktis untuk dibawa seperti halnya apabila membawa instrument gitar yang digunakan dalam musik.

Dari kedua bentuk kacapi di atas, pada pergelarannya mempunyai kekhususan, yaitu kacapi parahu digunakan pada pergelaran tembang Cianjuran, sedangkan kacapi siter untuk mengiringi Kawih bentuk anggana sekar, rampak sekar dan sekar-sekar lainnya

2. Fungsi dan Kedudukannya
Fungsi permainan kacapi dalam seni karawitan, baik gendingan maupun mengiringi sekar dan sebagai kelengkapan seni pantun dalam membawakan kisah-kisah raja zaman pajajaran, berfungsi dalam memainkan lagu luas sekali, baik sebagai pembawa irama, melodi, rangka lagu, lilitan dan akhiran lagu, tercakup dalam teknik permainanya. Oleh karena itu, kacapi merupakan alat yang istimewa, dapat digunakan untuk sekar, gending dan sekar gending, mudah dirubah larasnya sesuai dengan lagu yang akan dimainkan juga praktis untuk dibawa.

Kedudukan waditra kacapi adalah rangkap sebab dapat dimainkan secara mandiri tanpa bantuan waditra lain dan bisa pula berperangkat dengan waditra lain baik sebagai instrument pokok maupun instrument tambahan, misalnya pada kacapi-suling, kiliningan, degung, angklung, calung dan lain-lain.

3. Motif Tabuhan
Seperti telah diuraikan di atas bahwa fungsi kacapi dalam memainkan lagu sangat luas. Maka pada perkembangan motif tabuh kacapi ada beberapa macam yaitu:

  1. Diranggem dan dikemprang untuk: mengirngi lagu sehingga kacapi berfungsi sebagai "panganti" (menanti jatuhnya suara yang akan jatuh, baik pada kenongan maupun goongan).
  2. Disintreuk untuk membuat melodi pendek atau melodi panjang baik sebagai intro maupun sisipan/gelenyu, maupun mengiringi sekar irama merdeka.
  3. Gabungan dari kedua motif tabuh di atas, digunakan untuk mengiringi sekar dan atau membuat melodi.

4. Pergelaran
Di dalam pergelarannya, motif tabuh kacapi berbeda-beda tergantung kepada materi yang dipergelarkan, misalnya motif tabuh kacapi pada tembang Sunda/Cianjuran akan berbeda dengan motif tabuh pada Celempungan juga dengan jenaka sunda.

Untuk lebih jelasnya, baiklah kita tinjau satu persatu.

  1. Kacapi pada Tembang Cianjuran
    Kebanyakan laras yang digunakan dalam Tembang Sunda/Cianjuran adalah laras pelog/degung, disamping laras nyorog/madenda, mandalungan dan laras salendro. Kacapi digunakan untuk:
    1. Memberi patetan untuk sekar/vocal
    2. Mengejar, melilit dan menunggu "rubuh-rubuh sora" dari melodi sekar;
    3. Gelenyu-gelenyu (melodi awal dan melodi sisipan)
    4. Mengiringi lagu panambih/extra
  2. Kacapi pada Pantun
    Tabuh kacapi dalam pantun sebenarnya banyak hal yang sama dengan tabuh kacapi pada tembang, hanya teknis tabuhnya digunakan untuk memberi suasana, adegan-adegan perang, antawacana tiap tokoh, rajah, mengiringi sekar dan sebagainya.
  3. Kacapi pada Celempungan
    Kacapi pada celempungan fungsinya kebanyakan untuk mengiringi sekar, dengan cara dirangggeum. Laras yang biasa banyak digunakan adalah laras salendro. Adapun sekar bisa mempergunakan laras-laras lainnya. Dengan tabuhan yang sama, bisa mengiringi sekar yang larasnya lain, misalnya kacapi laras salendro mengingi sekar laras madenda atau degung, bahkan kadangkala laras pelog. Terasa sekali bahwa kacapi dalam hal ini merupakan waditra yang fleksibel.
  4. Kacapi pada Jenaka Sunda
    Dalam kacapi Jenaka Sunda, kacapi dipetik (disintreuk) hanya pada bagian pangkat saja. Seterusnya tabuh "diranggeum" atau "dikemprang". Wiletan kadang-kadang tidak tetap. Hal ini dikarenakan "aleu-aleu senggol" yang sengaja dibiarkan bebas berimprovisasi, yang akhirnya kacapi menanti rubuhnya suara/nada sekar. Di samping tabuhan di atas ada pola motif tabuhan lain yang kedengarannya bisa membangkitkan orang tertawa. Hal ini merupakan kreasi dari madakeun kenongan atau goongan. Contoh tabuhan semacam ini ditemukan pada kacapi Jenaka Sunda, dengan nama-nama tabuhan seperti: Belekuk, Tekuk, Pingping cakcak, Cir Gobang Gocir, Domba nini euntreu-euntreukeun, dan lain sebagainya.
  5. Kacapi gaya Mang Koko
    Ada beberapa hal perbedaan teknis menabuh kacapi gaya Mang Koko ini dengan tabuh kacapi lainya, yaitu:
    1. Posisi tangan kanan dan kiri, di mana tiap jari mempunyai tugas masing-masing. Ada yang mengatakan system 10 jari.
    2. Adanya gending macakal yang khusus (aransement) untuk suatu lagu dengan system dimelodikeun dengan cara dipetik/disintreuk berfungsi sebagai intro maupun gending panyelang/gelenyu/sisipan.
    3. Penggunaan laras kacapi disesuaikan dengan laras pada sekar, misalnya sekar berlaras Madenda 4=Tugu, maka kacapi pun disurupkeun/steming ke laras madenda 4=Tugu.
    4. Pirigan tidak selamanya diranggeum/dikemprang, tetapi kadangkala bersamaan dengan sekar atau dengan system rinengga ageng (bas).

Tidaklah berlebihan apabila Mang Koko disebut "Bapak Pamekaran Kacapi", karena dari beliaulah lahir:

  1. Etude-etude kacapi, sebagai penuntun untuk belajar kacapi
  2. Membuat gending kacapi/aransement yang harmonis dengan sekar
  3. Mempergunakan lebih dari satu kacapi dalam mengiringi suatu lagu karena adanya perpindahan laras dan surupan (misalnya: pada lagu : Irian Dayeuh nu Kula)
  4. Instrumentalia melodi lagu sekar dengan mempergunakan teknik rinengga ageng
  5. Timbulnya laras yang berbeda suasana akibat adanya surupan-surupan yang dibuat pada kacapi, seperti sorog, kobongan/mataraman.
  6. Dengan adanya etude-etude , maka terciptalah suatu ansamble kacapi yang dapat dimainkan oleh banyak orang, misalnya 30 orang sampai 100 orang.

Sumber : http://pakuwon.tripod.com/kacapi.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline