Makanan Minuman
Makanan Minuman
Cara Memasak Nusa Tenggara Timur Belu
KOKOR GOLA DERENG KOLANG
- 18 November 2018
Gula Merah Asal Timur Indonesia Itu Wajahnya Tak Terlalu begitu terkenal oleh khalayak padahal gula tersebut memiliki khasiat yang cukup memberikan dampak yang positif bagi tubuh. Siapapun pasti  kepincut dengan dengan gula yang satu ini, asal muasal gula tersebut merupakan bagian dari kearifan local budaya yang diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang yang berasal dari Kolang (*Salah satu Hamente Yang Meliputi Kecamatan Kuwus Dan Macang Pacar Berada Di Kabupaten Manggarai Barat NTT Indonesia).
Secara Sepintas Gula Merah Ini Memiliki Warna dan Juga Aroma yang Sangat menggugah hati Para Peminat maupun Yang Melihat, tentu hal ini merupakan hal yang ada secara alamiah yang terkuak dalam hati penikmat dari gula merah ini. Gula merah ini di produksi dalam dua bentuk ada yang berbentuk mall persegi panjang yang lima cm2 dan ada yang berbentuk serbuk halus yang terkini orang menyebutnya gula semut.
Proses Pembuatan Gula Merah Ini Sebenarnya Kelihatan Mudah Tapi sesungguhnya dalam praktik keseharianya sungguh sangat luar biasa sulitnya, dan tentu hal ini membuat Mereka yang memproduksi Gula Merah Kolang Ini semakin Hari Semakin Sedikit. Hal Ini sesungguhnya menjadi sebuah hal yang di kwhatirkan oleh karna itu maka penulis mendokumenkan dalam tulisan ini, agar kekwhatiran itu akan menjadi secuil rasa yang seharusnya sirna dari pikiran siapun yang merupakan ahli waris dari kebudayaan local ini dan juga dari para penikmat Gula Merah tersebut.
Proses Pembuatan Gula Merah Ini haruslah menggunakan insting dan juga rasa yang betul- betul bersumber dari hati yang terdalam, gula merah ini berasal dari murni pohon enau (*Raping Local Language) yang tentu dipilih berdasarkan insting yang kuat sehingga menghasilkan gula Merah Kolang yang betul-betul maknyus dan berkasyiat. Setelah sudah ditentukan Enau Yang Berkualitas maka next timenya pohon enau yang memiliki (*Ndara Yang Memiliki Longko, Local Language) setelah Itu Ndara tadi harus di pukul setiap pagi dan Petang dengan menggunakan kayu pilihan yang dalam bahasa lokalnya disebut pasi pada saat dipukul harus disertai dengan lagu- lagu yang syarat maknanya dengan menggoda, setelah beberapa minggu dipukul Ndara tadi memiliki cirri khas yang merupakan tanda kematangan yang kemudian dari cabang ndara tersebut akan muncul air yang merupakan air aren dan air aren ini harus di tadah dengan mengunakan sebuah tabung yang terbuat dari batang pohon Bambu besar ( Betong) dan terdiri dari satu segment( Dalo) yang disebut Gogong setelah itu ada proses pergantian antara Gogong di pagi Hari dan Sore hari,
Air aren tersebutlah yang diolah dalam hal ini di masak menggunakan kayu bakar yang cukup banyak jumlahnya, ketika sudah masak maka barulah disebut sebagai gula Merah yang selanjutnya tergantung kebiasaan apakah di buat dalam bentuk gula semut ataukah gula batang yang di tuangkan dalam mall yang sudah di siapkan.
Khasiat dari gula Merah ini memang begitu banyak macam terutama beberapa jenis penyakit, memang dengan kondisi sampai sekarang ini penulis belum bisa membuktikan secara ilmiah tentang khasiat gula yang satu ini, namun berdasarkan pengalaman dari konsumen gula merah ini sangat besar dan berdampak positif dan tentu sangat membantu serta sangat memilihara kekebalan dari consumer.
 
Kokor Gola merupakan tradisi orang Kolang mengolah air enau menjadi gula merah. Ini merupakan salah satu ikon pariwisata di Kecamatan Kuwus, Kuwus Barat, Pacar dan Macang Pacar, Ndoso di bagian utara dari Kabupaten Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur. “Kokor Gola” diterjemahkan secara harafiah dalam bahasa Indonesia adalah “kokor” berarti masak dan ”gola” berarti gula berwarna merah. Jadi “Kokor Gola” adalah memasak gula merah dengan bara api. Ini merupakan warisan leluhur orang Kolang, Ndoso dan Macang Pacar untuk mengolah air enau atau aren menjadi gula merah. Dari dulu leluhur orang Kolang, Ndoso dan Macang Pacar tidak mengenal gula pasir saat menyuguhkan minuman kepada tamu, baik campur dengan minuman kopi maupun teh gula merah. Baca juga: Turis Eropa Menari Sanggu Alu, Lipa Songke, dan Congkae Sae di Flores Sebelum mengenal gola kolang atau gula merah, orang Kolang biasa minum kopi pait, pahit atau minuman air putih bening yang sudah dimasak. Dikisahkan secara lisan bahwa para perajin awal di kawasan itu mengenal cara mengolah air enau menjadi gula merah yang sering dikenal Gola Kolang dengan berbagai versi kisahnya. Awalnya, dituturkan secara lisan bermula dari hewan ternak yang selalu berada di bawah pohon enau atau aren (Arenga pinnata) dan selalu minum tetesan air enau. Pemilik hewan ternak melihat bahwa begitu banyak hewannya selalu berada di sekitar pohon enau dan melihat tetesan air enau itu. Baca juga: Kewur Uwi, Tradisi Makan Bersama di Kampung Paua, Flores Saat itu juga pemilik berpikir bahwa mengapa hewan peliharaannya selalu minum tetesan air yang keluar dari pohon aren tersebut. Lalu, pemilik hewan itu mencoba merasakan air aren tersebut. Dan ternyata rasa air aren, enau itu manis. Dan mulai saat itu pemilik hewan ternak itu mencari cara untuk mengolahnya. Selain itu, Guru Emilianus Egor asal Kampung Wajur, Desa Wajur, Kecamatan Kuwus Barat yang bertugas di Kabupaten Asmat, Papua kepada KompasTravel, Selasa (4/9/2018) mengisahkan, penuturan lisan dari orangtuanya, almarhum Nikolaus Dahu, seorang perajin gola kolang. Dia menuturkan bahwa ada orang Jepang yang memperkenalkan air enau menjadi gula merah. Mulai saat itu orang Kolang yang berprofesi petani mencoba mengolah secara tradisional dengan bahan-bahannya berasal dari alam. Saat itu hingga saat ini masih banyak pohon enau yang tumbuh liar di hutan dan perkebunan milik masyarakat setempat. Proses mengolah yang secara tradisional tahap demi tahap terus ditekunkan dan akhirnya para perajin gola kolang berhasil menemukan cara mengolahnya hingga saat ini. “Ini merupakan kisah lisan yang terus diinformasikan kepada anak-anaknya tentang awal mula mengolah air enau atau aren menjadi gula merah,” katanya. Pameran Kokor Gola pada Sail Komodo Tradisi Kokor Gola yang hanya ada di kawasan Kolang, Ndoso dan Macang Pacar memikat pemerhati dan pegiat tradisi ini untuk memperkenalkan kepada tamu-tamu asing dan Nusantara saat penyelenggaraan Sail Komodo 2013 di Kota Labuan Bajo, ibukota Kabupaten Manggarai Barat. Kokor Gola merupakan tradisi orang Kolang mengolah air enau menjadi gula merah. Ini merupakan salah satu ikon pariwisata di Kecamatan Kuwus, Kuwus Barat, Pacar dan Macang Pacar, Ndoso, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Kokor Gola merupakan tradisi orang Kolang mengolah air enau menjadi gula merah. Ini merupakan salah satu ikon pariwisata di Kecamatan Kuwus, Kuwus Barat, Pacar dan Macang Pacar, Ndoso, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.(ARSIP ARONTINUS HANGGUR) Saat itu perajin dari Kampung Pata Ranggu memperkenalkan cara memproduksi gola kolang rebok, semut. Alhasilnya, permintaan untuk membeli gola kolang rebot, semut terus meningkat dari waktu ke waktu. Warisan ini terus dilestarikan, dipertahankan dan dikembangkan secara terus menerus kepada generasi milenial di kawan Kolang, Ndoso dan Macang Pacar. Walaupun warga setempat mulai bergeser untuk mengolah air enau menjadi tuak, moke lokal. SMPK Sadar Ranggu Pusat Budidaya Gola Kolang Rebok Salah satu lembaga pendidikan di Kabupaten Manggarai Barat yang terus mengembangkan tradisi dan kearifan lokal “ kokor gola” adalah Sekolah Menengah Pertama Katolik Sadar Ranggu (SMPK) di lembah Ranggu. Sekolah ini dirintis imam misionaris Hongaria, Pastor Franz Mezaros, SVD bersama dengan sejumlah tokoh masyarakat setempat saat imam ini menjadi Pastor Paroki Roh Kudus Ranggu di kala itu. Saat ini SMPK Sadar Ranggu dibawah naungan Yayasan Persekolahan Umat Katolik (SUKMA) Keuskupan Ruteng sebagai pusat budidaya gola kolang rebok, semut. Pameran Olah Gola Kolang Rebok Saat Kemah Pendidikan Yayasan Persekolahan Umat Katolik ( SUKMA) Keuskupan Ruteng menggelar kegiatan berkemah pendidikan, Education Camping dengan tema" Osis sebagai medium pembentukan karakter” bagi sekolah-sekolah swasta di bawah naungan yayasan ini di Reo, Kecamatan Reo, Kevikepan Pesisir, Kabupaten Manggarai. Kokor Gola merupakan tradisi orang Kolang mengolah air enau menjadi gula merah. Ini merupakan salah satu ikon pariwisata di Kecamatan Kuwus, Kuwus Barat, Pacar dan Macang Pacar, Ndoso, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Kokor Gola merupakan tradisi orang Kolang mengolah air enau menjadi gula merah. Ini merupakan salah satu ikon pariwisata di Kecamatan Kuwus, Kuwus Barat, Pacar dan Macang Pacar, Ndoso, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.(ARSIP ARONTINUS HANGGUR) Kesempatan itu dipraktikkan oleh siswa SMPK Sadar Ranggu untuk memperkenalkan kepada yayasan serta siswa lainnya dari berbagai sekolah di Manggarai, Manggarai Timur dan Manggarai Barat tentang tradisi “kokor gola kolang”, Senin (3/9/2018). Wakil Kepala Sekolah SMPK Sadar Ranggu, Silvester Gunas, kepada KompasTravel menjelaskan, praktik pembuatan gula semut (gola kolang semut, rebok) di Reo, Kecamatan Reo, Kabupaten Manggarai saat “kemah pendidikan, Education Camping, merupakan jawaban tuntutan kurikulum K13 pada Lembaga Pendidikan SMPK Sadar Ranggu dengan memasukkan muatan lokal (mulok) budidaya gula merah. Dengan memasukkan pendidikan muatan lokal, lanjut Silvester, pihaknya mengajarkan kepada anak didik kearifan lokal yang sudah mulai bergeser dari gola kolang ke tuak, moke atau minuman keras lokal. “Diharapkan siswa-siswi SMPK Sadar Ranggu dengan pendidikan budidaya gula merah tetap melestarikan pembuatan gula merah dengan proses pembuatan gula merah. Budidaya Gula Merah sebagai mata pelajaran muatan Lokal sudah di ajarkan sejak tahun ajaran 2014/2015 sampai sekarang,” harapnya. Salah Satu Guru SMA Sanctissima Trinitas Ranggu, Arontinus Hanggur kepada KompasTravel, Senin (3/9/2018) menjelaskan bahwa “kokor gola kolang” merupakan kebiasaan orang tua di kawasan Kolang sejak zaman dulu hingga sekarang. Kokor Gola merupakan tradisi orang Kolang mengolah air enau menjadi gula merah. Ini merupakan salah satu ikon pariwisata di Kecamatan Kuwus, Kuwus Barat, Pacar dan Macang Pacar, Ndoso, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Kokor Gola merupakan tradisi orang Kolang mengolah air enau menjadi gula merah. Ini merupakan salah satu ikon pariwisata di Kecamatan Kuwus, Kuwus Barat, Pacar dan Macang Pacar, Ndoso, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.(ARSIP ARONTINUS HANGGUR) Di tengah meningkatnya perkembangan ekonomi global, “kokor gola kolang” masih terus dipertahankan. Pameran “kokor gola kolang” selain berkaitan dengan program kerja dari Organisasi Intra Sekolah (Osis) juga berpeluang menjadi ikon wisata jika terus dikembangkan. Hanggur menjelaskan tradisi “kokor gola kolang” lebih unggul dari moke, tuak karena sudah dilakukan penelitian oleh tim peneliti luar negeri, khususnya dari Amerika. Sedangkan moke, tuak belum terbukti meski yang paling banyak menghasilkan uang adalah moke, tuak tetapi tidak menggaet wisatawan asing dan Nusantara. Sedangkan “kokor gola kolang” sudah ditampilkan pada saat Sail Komodo 2013 oleh orang Kolang, khususnya para perajin dari Kampung Pata Ranggu Kolang. Menurut Hanggur, air enau atau aren yang bening, orang Kolang menyebutnya "wae minse" serta gula merah bisa mencerdaskan anak apabila dikonsumsi oleh ibu-ibu yang sedang mengandung. Selain itu juga menggantikan fungsi madu saat anak sedang sakit, bahkan obat maag. Yuvenalis Aquino Kurniawan, salah satu staf Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Manggarai Barat kepada KompasTravel, Selasa (4/9/2018) menjelaskan, pameran “kokor gola kolang” sudah pernah ditampilkan di Labuan Bajo. Ke depan direncanakan Festival Kokor Gola Kolang dipadukan dengan la’it gola kolang langsung saat proses masaknya dengan sombek, semacam sendok makan namun terbuat dari kayu. Dan juga atraksi rokot gola batang, bungkus gula batang dengan menggunakan pelepah pohon enau. “Orang Kolang di Flores selalu memanfaatkan bahan-bahan dari alam yang ramah lingkungan. Saya sedang memikirkan teknik menyimpan gola rebok dengan memakai pelepah pohon enau karena saat ini gola rebok dibungkus dengan plastik yang tidak ramah lingkungan. Apabila gola rebok, semut dibungkus dengan pelepah pohon enau, itu sangat ramah lingkungan,” jelasnya. Cara Mengolah Wae Minse Jadi Gola Kolang Tak semua orang di kawasan Kolang bisa mengolah wae minse. Hanya orang-orang yang terampil dan memiliki keahlian khusus bisa mengolahnya. Kompas pernah mengangkat artikel tentang proses produksi “gola kolang” oleh Frans Sarong. Orang Kolang biasa menyebut “pante minse”. Pante itu sebuah alat khusus dari besi yang tajam, sedang minse, bahasa setempat menyebut air enau, aren. Orang Kolang menyebutnya wae minse, air enau berwarna bening dan sejuk apabila diminum pada pagi dan sore hari. Awalnya perajin melihat pohon enau atau bahasa setem[at menyebutnya raping yang memiliki tanda-tanda bahwa pohon itu bisa menghasilkan air enau. Tak semua pohon enau bisa menghasilkan air enau. Ada pohon enau muda atau “raping rana” yang menghasilkan air enau dan pohon enau tua atau "raping boghong" yang tidak bisa menghasilkan air enau. Selanjutnya perajin menyiapkan bahan-bahannya, seperti tangga dari bambu, orang setempat menyebutnya rede. Kemudian sang perajin mencari kayu ara, dan lainnya untuk memukul tandannya, orang setempat menyebutnya "ndara raping". Setiap pagi dan sore selama kurang lebih sebulan, perajin memukul tandannya sampai masak. Selama proses itu berlangsung, perajin melihat tanda-tanda ada air nira dimana di tandannya ada basah. Sesudah itu, perajin memakai alat tajam dari besi itu yang disebut pante mengiris tandannya itu dengan cara dilubang di bagian tengahnya. Jika ada tanda tetesan nira itu keluar maka kemudian perajin mengambil daun, seperti daun pak, ditambahkan dengan berbagai ramuan lainnya sehingga air nira itu bersih dan bening serta tidak pahit. Apabila itu sudah dilakukan maka tandannya itu dibungkus dengan memakai ijuk halus supaya semut dan kalong tidak masuk dalam lubang air nira tersebut. Semua proses itu berjalan lancar maka, tetesan air nira, minse ditadah memakai bambu betong besar dan panjang, orang setempat menyebut gogong. Kokor Gola merupakan tradisi orang Kolang mengolah air enau menjadi gula merah. Ini merupakan salah satu ikon pariwisata di Kecamatan Kuwus, Kuwus Barat, Pacar dan Macang Pacar, Ndoso, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Kokor Gola merupakan tradisi orang Kolang mengolah air enau menjadi gula merah. Ini merupakan salah satu ikon pariwisata di Kecamatan Kuwus, Kuwus Barat, Pacar dan Macang Pacar, Ndoso, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.(ARSIP ARONTINUS HANGGUR) Pada pagi dan sore, bambu betong itu diganti secara rutin oleh perajin setelah air nira, minse dimasak untuk menjadi gula merah. Inilah proses singkat cara mengolah wae minse menjadi gola kolang di Manggarai Barat, Flores, NTT. Banyak lagu-lagu daerah yang memberikan kebanggaan kepada perajin gola kolang, salah satu syairnya adalah “hale kolang kokor gola, kokor gola hale kolang”. Sebelum bambu betong besar, gogong dengan ukuran dua sampai tiga meter itu menadah air nira, wae minse, terlebih dahulu dibersihkan bagian dalamnya yang berlubang dengan memakai ijuk hitam, bahasa setempat menyebutnya wunut. Ada dua model ijuk hitam, yang keras dan halus. Jadi perajin, penderes mengambil ijuk hitam halus, wunut halus sebagai penyaring di mulut bambu betong besar ketika menadah air nira tersebut. Bahan itu digunakan untuk membersihkan sisa-sisa kotoran di dalam bambu betong besar, gogong itu di sebuah kolam, tiwu yang berada di sekitar pohon nira tersebut. Kokor Gola Ramah Lingkungan Sebelum air nira, wae minse berubah menjadi gula merah, penderes, perajin memanfaatkan bahan-bahan yang bersumber dari alam. Bahan-bahan itu seperti kayu untuk memukul batang, tewa raping. Kayu itu berukuran pendek, biasanya kayu ara dan kayu lainnya yang sesuai dengan pohon enau tersebut. Kokor Gola merupakan tradisi orang Kolang mengolah air enau menjadi gula merah. Ini merupakan salah satu ikon pariwisata di Kecamatan Kuwus, Kuwus Barat, Pacar dan Macang Pacar, Ndoso, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Kokor Gola merupakan tradisi orang Kolang mengolah air enau menjadi gula merah. Ini merupakan salah satu ikon pariwisata di Kecamatan Kuwus, Kuwus Barat, Pacar dan Macang Pacar, Ndoso, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.(ARSIP ARONTINUS HANGGUR) Kedua, bambu betong besar, gogong, untuk menadah air nira, wae minse. Ijuk hitam halus, wunut untuk menyaring air nira. Bambu kecil untuk tangga bagi penderes untuk naik ke pohon nira, rede. Pelepah pohon enau, bahasa setempet menyebutnya leka untuk membungkus batang gula. Selanjutnya kayu api untuk memasak air nira dalam sebuah wadah besar, bahasa setempat menyebutnya sewe, bahan ini terbuat dari besi. Dan juga pante, alat dari besi kecil yang tajam. Memang hanya dua bahan ini yang berasal dari pabrik. Selebihnya berasal dari bahan-bahan alam. Semua bahan-bahan yang berasal dari alam ini apabila tidak dipakai lagi oleh penderes air nira, maka semua dibuang ke alam lagi dan lapuk sehingga menyuburkan tanah. Bahan-bahan ini memberikan kesuburan bagi tanah. Bahan-bahan ini dibuang menyebabkan humus tanah. Selain itu bahan-bahan untuk di campur dalam air nira saat proses memasak, diantaranya, buah kemiri, buah pandu dan lainnya. Buah-buah ini di haluskan dan di campur ke dalam wadah besi itu serta di aduk-aduk. Semua buah ini larut dalam air nira yang sedang masak. Wae Minse Membuat Orang Cerdas Dikisahkan secara lisan bahwa zaman dulu saat anak-anak dari kawasan Kolang mengenyam pendidikan guru, seperti sekolah pendidikan guru (SPG) di Kota Ruteng, ibukota Kabupaten Manggarai memiliki kecerdasan di atas rata-rata dalam ilmu matematika, berhitung, bahkan mungkin di sekolah Seminari. Hal ini karena kebiasaan orangtua di kawasan Kolang menyuguhkan minuman air enau, wae minse pada pagi dan sore hari kepada anak-anak mereka. Pengakuan ini pernah diungkapkan mantan murid Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Setia Bakti Ruteng, yang saat ini sudah pensiun dari guru, Maria Margaretha Bupu kepada KompasTravel, Selasa (4/9/2018) bahwa rekan-rekannya yang mengenyam pendidikan guru di SPG Setia Bakti, yang sering disebut SPG Tubi memiliki kecerdasan dalam ilmu berhitung, matematika. “Saya punya rekan-rekan yang berasal dari kawasan Kolang sangat cerdas dalam ilmu berhitung, matematika karena mereka ceritakan bahwa orangtua mereka sering menyuguhkan air nira bening, wae minse. Ini pengalaman yang saya temukan saat belajar bersama mereka di lembaga pendidikan tersebut,” jelasnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kokor Gola, Tradisi Orang Kolang Mengolah Air Enau Jadi Gula Merah", https://travel.kompas.com/read/2018/09/13/104213627/kokor-gola-tradisi-orang-kolang-mengolah-air-enau-jadi-gula-merah?page=all.
Penulis : Kontributor Manggarai, Markus Makur
Editor : I Made Asdhiana
 
sumber: http://natahlabar.blogspot.com/2016/02/gula-merah-asal-timur-indonesia.html
#SBJ

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya