Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Papua Papua
KISAH MERAKSAMANA
- 21 Juli 2018
Meraksamana adalah seorang pemuda yang tinggal di pedalaman Papua. Ia mempunyai saudara bernama Siraiman. Ke mana pun pergi, mereka selalu bersama dan selalu saling membantu. Suatu ketika, Meraksamana memperistri seorang bidadari dari kahyangan. Namun, tidak berapa lama setelah mereka menikah, istrinya diculik oleh seorang raja yang tinggal di seberang laut bernama Raja Koranobini.
∞∞∞



Alkisah, di sebuah kampung di pedalaman Papua, hiduplah dua pemuda yang bernama Meraksamana dan Siraiman. Sehari-hari mereka mencari kayu, berburu, dan mencari ikan di rawa maupun di sungai. Mereka, dan juga penduduk kampung lainnya melakoni pekerjaan tersebut karena memang daerah di sekitar mereka memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah.

 
Suatu malam, Meraksamana terlihat sedang berbaring berbaring di lantai rumahnya yang beralaskan daun-daun kering. Badannya terasa lelah setelah seharian bekerja. Pemuda itu tidak kuat lagi menahan rasa kantuk hingga akhirnya terlelap. Selang beberapa saat kemudian, Meraksamana tiba-tiba terbangun dan mengusap matanya.
  • “Oh, aku baru saja bermimpi melihat puluhan bidadari sedang mandi di telaga,” gumamnya. 
Meraksamana merasa mimpi itu seperti nyata. Karena penasaran, malam itu juga ia segera menuju ke telaga yang terletak tidak jauh dari rumahnya. Di bawah temaram cahaya bulan, ia berjalan menyusuri jalan setapak menuju telaga. Alangkah terkejutnya ia saat tiba di tempat itu, ia melihat sepuluh bidadari dari kahyangan sedang mandi sambil bersenda-gurau di tengah-tengah telaga. Ia pun segera bersembunyi di balik sebuah pohon besar dan mengawasi gerak-gerik para bidadari tersebut dari balik pohon.
  • “Ternyata, mimpiku benar-benar menjadi kenyataan,” kata Meraksamana,
  • “Bidadari-bidadari itu sungguh cantik dan mempesona.” Meraksamana terpesona melihat kecantikan para bidadari itu.
Saat asyik mengintip, ia dikejutkan oleh kehadiran seorang perempuan tua yang tiba-tiba berdiri di dekatnya. Ia tidak tahu dari mana datangnya nenek itu.
  • “Hai, anak muda! Sedang apa kamu di sini?” tanya nenek itu.
  • “Sa... sa... saya sedang mengawasi bidadari-bidadari itu, Nek,” jawab Meraksamana dengan gugup.
Nenek itu tersenyum, lalu berpesan kepada Meraksamana.
  • “Jika ingin memperistri mereka, sebaiknya kamu ambil pakaian mereka yang diletakkan di atas batu besar sana!” ujar nenek itu sambil menunjuk ke tempat di mana pakaian para bidadari itu diletakkan,
  • “Mereka pasti tidak akan bisa terbang kembali ke negerinya.”
  • “Baik, Nek,” jawab Meraksamana.
Dengan mengendap-endap, pemuda itu mendekati batu besar yang terletak di tepi telaga. Setelah dekat, ia berhenti sejenak dan bersembunyi di balik semak-semak. Begitu para bidadari itu lengah, dengan cepat Meraksamana menyambar salah satu pakaian milik bidadari tersebut lalu segera kembali ke tempat persembunyiannya. Ketika ia sampai di balik pohon besar itu, si Nenek sudah tidak ada.
 
Meraksamana pun kemudian kembali mengawasi para bidadari tersebut. Saat fajar mulai menyingsing di ufuk timur, para bidadari telah selesai mandi dan bersiap-siap untuk kembali ke kahyangan. Satu per satu mereka mengenakan pakaian masing-masing. Namun, salah seorang dari mereka tampak kebingungan mencari pakaiannya.
  • “Kak, apakah kalian melihat pakaianku?” tanya bidadari itu.
  • “Memang kamu letakkan di mana pakaianmu, Bungsu?” bidadari yang sulung balik bertanya. 
  • “Tadi aku meletakkannya di dekat pakaian kakak,” jawab bidadari bungsu.
Rupanya, bidadari yang kehilangan pakaian itu adalah si Bungsu. Ia dan kakak-kakaknya sudah mencarinya ke mana-mana, tapi belum juga ditemukan. Akhirnya, si Bungsu ditinggalkan oleh kakak-kakaknya karena hari sudah hampir pagi.
  • “Kakak, kenapa kalian meninggalkan aku sendirian di sini. Aku takut sekali,” ratap si Bungsu.
Melihat bidadari Bungsu itu bersedih, Meraksamana segera menghampiri dan menghiburnya. 
  • “Hai, gadis cantik. Kamu siapa dan kenapa menangis?” tanya Meraksamana pura-pura tidak tahu.
  • “Aku Bidadari Bungsu dari kahyangan. Aku tidak dapat pulang bersama kakak-kakakku karena pakaianku hilang entah ke mana,” jawab si Bungsu.
Meraksamana tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Ia pun mengajak Bidadari Bungsu pulang ke rumahnya. Sejak itu, Bidadari Bungsu tinggal bersama dengan Meraksamana. Selang beberapa waktu kemudian, pemuda itu mengajaknya menikah. Si Bungsu pun tidak bisa menolak ajakan itu. Selain karena ia tidak bisa lagi kembali ke negerinya, hidupnya bergantung pada Meraksamana yang telah menolongnya. Akhirnya, mereka menikah dan hidup bahagia.
 
Meraksamana pun semakin giat bekerja. Suatu hari, Meraksamana terlihat sedang memperbaiki umpan dan kail bersama Siraiman. Rupanya, mereka hendak pergi memancing ke sungai. Seperti biasanya, sebelum pergi, ia selalu berpesan kepada istrinya.
  • “Dik, jagalah dirimu baik-baik di rumah,” pesan Meraksamana.
  • “Baik, Kak. Kanda pun sebaiknya berhati-hati di sungai. Kalau sudah mendapatkan ikan yang banyak, segeralah kembali,” ujar Bidadari Bungsu.
  • “Baik, Dik,” jawab Meraksamana.
Setelah berpamitan, Meraksamana ditemani Siraiman pun berangkat ke sungai. Hari itu, mereka sangat beruntung karena ikan-ikan di sungai sedang doyan makan. Setiap kali mereka melemparkan umpan, ikan-ikan langsung menyambar. Tidak sampai setengah hari, mereka telah mendapatkan hasil tangkapan yang cukup banyak. Mereka pun memutuskan untuk pulang.
 
Setiba di rumah, Meraksamana segera memanggil istrinya.
  • “Dik, Kakak sudah pulang. Cepatlah keluar, Kakak membawa ikan yang banyak sekali!” seru Meraksamana.
Beberapa kali Meraksamana memanggil istrinya, namun tak ada jawaban. Ia pun mulai khawatir. 
  • “Siraiman, kenapa istriku tidak keluar-keluar juga?” tanyanya kepada Siraiman dengan cemas,
  • “Padahal biasanya, sekali saja aku memanggilnya dia sudah datang menyambutku.” 
  • “Barangkali istri kakak sedang tidur” jawab Siraiman dengan santai.
  • “Tidak mungkin. Ia tidak pernah tidur sebelum aku pulang,” sanggah Meraksamana. 
Meraksamana pun semakin cemas. Ia segera masuk ke dalam rumah. Namun, istrinya tidak juga terlihat. Ia kemudian mencarinya di sekitar rumah dan bertanya kepada tetangga, tapi tak seorang pun yang melihatnya.
 
Akhirnya, ia bersama Siraiman segera mencarinya ke luar perkampungan. Dalam perjalanan, mereka menemukan seorang laki-laki sedang tergantung di pohon dengan tangan terikat.
  • “Hai, kamu siapa dan kenapa digantung?” tanya Meraksamana.
  • “Aku Mandinuma dari Negeri Koranobini yang berada di seberang laut,” jawab laki-laki setengah baya itu,
  • “Aku dihukum oleh rajaku karena aku suka makan banyak sehingga banyak merugikan orang lain.”
Meraksamana kemudian menanyakan perihal istrinya kepada Mandinuma.
  • “Apakah kamu melihat seorang wanita lewat di sini?” tanyanya.
  • “Ya, tadi aku wanita cantik seperti bidadari lewat di sini. Tapi, ia bersama dengan Raja Koranobini yang telah menghukumku,” jawab Mandinuma.
  • “Hai, kenapa istriku bisa bersama dia?” tanya Meraksamana bingung.
  • “Ketahuilah, Meraksamana! Raja Koranobini adalah raja yang bengis dan kejam. Walaupun sudah mempunyai istri banyak, ia suka mengganggu wanita-wanita cantik dan kemudian memperistrinya,” jelas Mandinuma,
  • “Aku akan membantu kalian, tapi dengan syarat lepaskan dulu jeratan tali ini.” 
Meraksamana bersama Siraiman segera melepaskan tali yang menjerat tubuh Mandinuma dan kemudian menurunkannya dari pohon.
  • “Terima kasih karena telah membebaskanku,” ucap Mandinuma,
  • “Sesuai dengan janjiku tadi, maka aku akan segera membebaskan istrimu dan membawanya kembali ke sini.”
Mandinuma segera berlari menuju ke laut dan diikuti oleh Meraksamana dan Siraiman. Setiba di pantai, ia langsung menghirup air laut hingga laut itu menjadi kering. Kedua orang bersaudara itu hanya terbengong-bengong melihat kesaktian Mandinuma.
  • “Kalian tunggu di sini saja,” ujar Mandinuma,
  • “Biar aku sendiri yang menghadapi Raja Koranobini yang bengis itu dan segera membawa istrimu kemari.”
Mandinuma yang sakti itu dengan cepat berlari menuju istana Koranobini melewati jalan yang sudah menjadi daratan. Setiba di istana, ia mendapati Raja Koranobini sedang tertidur pulas. Tanpa sepengetahuan para penjaga, ia segera mencari keberadaan Bidadari Bungsu. Tak berapa lama kemudian, ia pun menemukannya sedang menangis di dalam sebuah kamar.
  • “Jangan, takut Putri! Aku Mandinuma, sahabat suamimu. Aku ke mari untuk menyelamatkanmu,” ujar laki-laki sakti itu.
  • “Sekarang suamiku ada di mana?” tanya Bidadari Bungsu.
  • “Suamimu sedang menunggumu di seberang lautan sana. Ayo, cepat kita tinggalkan tempat ini!” ujar Mandinuma seraya menarik tangan istri Meraksamana itu.
Setelah melihat keadaan sudah aman, keduanya pun segera pergi meninggalkan istana tanpa sepengetahuan Raja Koranobini. Alhasil, mereka berhasil sampai di seberang lautan. 
 
Meraksamana dan Siraiman pun menyambut kedatangan mereka dengan gembira. Mandinuma segera memuntahkan semua air laut yang telah dihirupnya sehingga jalan yang dilaluinya tadi kembali menjadi lautan yang luas. Meraksamana tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepada Mandinuma yang telah menyelamatkan wanita yang amat dicintainya itu. Ia pun amat bahagia karena dapat bertemu kembali dengan istrinya dan hidup seperti biasanya. Namun sayang, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama.
 
Bidadari Bungsu meminta izin kepada suaminya untuk kembali ke kahyangan karena malu selalu diejek oleh masyarakat sekitarnya bahwa ia manusia yang tidak dikenal asal-usulnya dan tidak jelas keturunannya. Walaupun berat hati, Meraksamana terpaksa mengizinkannya. Ia tidak ingin melihat istrinya terus menderita karena setiap hari dihina. Meraksamana pun terpaksa menyerahkan kembali pakaian istrinya yang disembunyikan di dalam rumahnya. Maka tahulah Bidadari Bungsu bahwa pakaiannya yang dulu hilang di tepi ternyata disembunyikan oleh suaminya. Meskipun begitu, ia tidak mempermasalahkannya. Ia malah berterima kasih kepada Meraksamana yang telah menolongnya selama dirinya tinggal di bumi. Setelah mengenakan pakaiannya, Bidadari Bungsu segera terbang menuju kahyangan. Meraksamana pun melepas kepergian istrinya dengan hati sedih. Sejak itu, Bidadari Bungsu itu tidak pernah lagi kembali ke bumi menemui suaminya.
 
Sumber: http://agathanicole.blogspot.com/2017/12/kisah-meraksamana.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya