Alat Musik
Alat Musik
Cerita Rakyat Riau Riau
KISAH BURUNG PUYUH DAN BURUNG TEMPUA
- 21 Juli 2018
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang memiliki kesukaannya sendiri-sendiri. Apa yang kita sukai belum tentu orang lain menyukainya. Demikian pula sebaliknya, apa yang mereka senangi belum tentu pula kita menyenanginya. Dalam hal ini, kesukaan dan kebiasaan seseorang tidak selalu sesuai dengan kesukaan dan kebiasaan orang lain. Hal inilah yang sering memicu terjadinya perselisihan antara seseorang dengan orang lain.
Untuk mengatasi masalah ini, hendaknya kita menyadari bahwa setiap orang memiliki kesukaan dan kebiasaan sendiri-sendiri yang harus kita hargai. Namun, ternyata apa yang dialami oleh manusia ini juga dialami oleh makhluk hidup lainnya.
***
 
 
Pada zaman dahulu kala, ada dua ekor burung yang bersahabat akrab yaitu burung puyuh dan burung Tempua (burung tempua lebih dikenal secara nasional dengan nama burung manyar). Mereka saling menolong dan menyayangi. Setiap hari mereka sehilir semudik mencari makan bersamasama. Dalam semua hal mereka memiliki kesukaan dan kebiasaan yang sama, namun dalam hal bersarang mereka berbeda. Keduanya kemudian sepakat untuk saling menghargai dalam membuat sarang sesuai kesukaan masing-masing. 
 
Konon, pada zaman dahulu kala, hiduplah seekor burung Tempua (Manyar) dan burung Puyuh di daratan Tanah Melayu. Keduanya sangat akrab dan bersahabat sejak lama. Mereka saling menolong dan menyayangi. Pada siang hari, mereka sehilir semudik mencari makan bersama-sama. Suka-duka mereka jalani bersama. Kalau hujan sama berteduh, dan kalau panas sama bernaung. Namun, pada malam hari, mereka selalu berpisah. Mereka tidur di sarangnya masing-masing. 
 
Suatu hari, Tempua dan Puyuh berselisih pendapat tentang sarang yang baik menurut mereka. Pertama-tama Tempua menceritakan sarangnya yang aman dan nyaman kepada Puyuh. 
“Aku memiliki sarang yang indah. Sarangku terbuat dari helaian alan-alang dan rumput kering. Helaian itu dijalin dengan rapi, sehingga aku tidak akan basah saat hujan, dan tidak kepanasan di kala terik. Aku menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk membuatnya,” kata Tempua menjelaskan pada Puyuh. 
Setelah Tempua menceritakan kondisi sarangnya panjang lebar, sekarang giliran Puyuh menceritakan sarangnya yang praktis. 
“Aku memiliki sarang yang lebih praktis. Aku tidak perlu menghabiskan waktu untuk membuat sarang. Cukup dengan mencari batang pohon yang tumbang dan berlindung di bawahnya. Besok, aku akan pindah bersarang di tempat lain, agar musuh tidak tahu keberadaanku pada malam hari,” cerita Puyuh tak mau kalah. 
Perdebatan mereka terus berlangsung. Setiap ada kesempatan di sela-sela mencari makan, mereka kembali berdebat tentang sarang. Karena perdebatan tidak ada habisnya, mereka kemudian sepakat untuk mencoba sarang masing-masing. 
 
Pada malam pertama, Puyuh mencoba sarang Tempua. Karena tidak bisa terbang tinggi seperti Tempua, makan dengan susah payah Puyuh memanjat pohon tempat sarang Tempua tergantung. Sesampai di sarang Tempua, Puyuh terkagum-kagum melihat sarang Tempua. 
  • “Amboi...nyaman sekali sarangmu, Kawan! Kering dan bersih, juga rapi,” kata Puyuh kagum. 
  • “Aku yakin, kamu pasti akan tidur pulas,” sahut Tempua dengan bangganya. 
Tak terasa malam telah larut. Puyuh merasa haus dan meminta minum pada Tempua. 
“Maaf, Kawan. Aku haus nih! Tapi, tidak mungkin aku turun mencari air dalam keadaan gelap gulita begini,” keluh Puyuh pada Tempua. 
Tempua hanya terdiam mendengar keluhan Puyuh. Merasa keluhannya tidak dihiraukan oleh Tempua, terpaksa Puyuh menahan rasa hausnya. Karena kelelahan seharian mencari makan, maka Puyuh pun akhirnya tertidur juga. 

Tengah malam saat Puyuh dan Tempua tidur pulas, tiba-tiba angin bertiup sangat kencang. Pohon tempat arang Tempua bergoyang hebat, seakan-akan mau tumbang. Sarang Tempua pun terayun ke sana kemari. Puyuh menangis ketakutan. Ia juga muntah-muntah karena terombang-ambing bagaikan perahu di tengah laut dihempas oleh gelombang besar. 
Melihat kawannya ketakutan dan muntah-muntah, Tempua berusaha menenangkan hati Puyuh. 
“Tenanglah, Puyuh. Kita tidak akan jatuh. Sebentar lagi anginnya berhenti,” sahut Tempua menghibur Puyuh. 
Tak lama kemudian angin berhenti, mereka pun tidur kembali. Keesokan harinya, mereka bangun pagi-pagi sekali. Sebelum keluar dari sarang, Puyuh berkata, 
“Kawan, aku tidak mau lagi tidur di sarangmu. Aku takut jatuh. Lagipula aku tidak bisa menahan haus.” Tempua diam saja. 
Ia memaklumi alasan Puyuh. Ia menyadari bahwa Puyuh tidak terbiasa tidur di tempat yang tinggi. Mereka kemudian mencari makan seperti biasanya. Mereka juga bermain bersama. Setelah hari mulai gelap, Puyuh mengajak Tempua mencari pohon yang tumbang untuk dijadikan tempat bermalam. 
 
Setelah mencari ke sana kemari, akhirnya Puyuh menemukan sebuah pohon yang menurutnya cocok untuk tidur di bawahnya. Di dekat tempat itu mengalir parit yang dapat diambil airnya bila merasa haus. Suasana semakin gelap. Tempua pun mulai bingung. Dari tadi ia memerhatikan di sekitar tempat itu, ia tidak melihat sarang kawannya. Karena penasaran, Tempua pun bertanya kepada Puyuh, 
  • “Puyuh, dimana kita akan tidur malam ini?” 
  • Puyuh menjawab, “Di sini. Kita akan berlindung di bawah pohon ini,” jawab Puyuh sambil menunjuk tempat itu. 
Tempua semakin bingung, karena tempat yang ditunjuk Puyuh itu tidak terlihat ada sarang. 
  • “Di sini? tanya Tempua dengan bingung. 
  • “Iya, di sini. Kita tidur di bawah pohon ini,” jawab Puyuh menegaskan. 
Tempua merasa tidak nyaman, tetapi ia harus mengikuti apa yang dilakukan oleh Puyuh untuk menghargainya. Beberapa saat kemudian, Puyuh sudah tertidur pulas. Tetapi Tempua masih gelisah dan tidak bisa tidur. Ia hanya mondar-mandir di samping Puyuh. 
 
Namun karena kelelahan seharian mencari makan, Tempua pun tertidur. Baru saja ia memejamkan matanya, tiba-tiba hujan turun disertai petir yang menyambar-nyambar. Hujan itu membasahi tanah tempat Puyuh dan Tempua tidur. Keduanya pun terbangun. Tempua yang sudah basah kuyup itu mulai kedinginan. 
  • “Puyuh, aku kedinginan,” kata Tempua yang mulai menggigil. 
  • “Tidak apa-apa, kalau hujan reda tentu kamu tidak akan kedinginan lagi. Ayo tidur, besok kita harus bangun pagi-pagi mencari makan,” hibur Puyuh. 
Tak lama kemudian, hujan pun reda. Tempua kembali tidur di samping Puyuh yang sudah tidur pulas. Keesokan harinya, Tempua mengeluh pada Puyuh bahwa ia tidak mau tidur lagi di sarang Puyuh. 

Demikian sebaliknya, Puyuh pun mengeluh. Ia berjanji tidak akan tidur lagi di sarang Tempua. Masing-masing merasa tidak cocok dengan sarang kawannya.  Mereka kemudian memahami bahwa setiap makhluk mempunyai kesukaan dan kebiasaan yang tidak bisa dipaksakan. Walaupun berbeda, namun mereka tetap saling menghargai, karena mereka menganggap bahwa perbedaan itu adalah hal yang wajar. 
Keduanya juga tetap bersahabat. Setiap hari mencari makan bersama-sama dan saling tolong menolong.
 
Sumber: http://agathanicole.blogspot.com/2017/08/kisah-burung-puyuh-dan-burung-tempua.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya
Gambar Entri
Prajurit Pemanah Kasultanan Kasepuhan Cirebon Di Festival Keraton Nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU