Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah
KISAH AWAL TERJADINYA PERBEDAAN BAHASA DAN RITUAL ANTARA SUKU DAYAK MENURUT SUKU DAYAK NGAJU.
- 14 November 2018

Pada zaman dahulu kala umat manusia telah mendiami bumi selama sembilan turunan dan selama sembilan turunan itu manusia masih belum bisa mati/meninggal dunia. Dan pada saat itu manusia pertama yakni Maharaja Bunu seringkali menceritakan indah dan ramainya alam khayangan/sangiang serta di mana tempat persemayaman Ranying Hatala/Tuhan Yang Maha Esa dan pesan-pesan suci dari Ranying Hatala sebelum mereka diturunkan oleh Ranying Hatala ke Bumi ini dari alam lapis tujuh.

Setelah sembilan turunan dilalui hingga tibalah turunan selanjutnya tibalah saatnya Ranying hatala menjemput Maharaja Bunu serta keturunannya yang sudah berumur sembilan turunan dan mengambilnya satu persatu sesuai janjinya mendiami bumi tanpa melalui kematian. Setelah habis manusia sembilan turunan tersebut manusia masih belum ada yang meninggal dunia karena rata-rata berumur panjang. Namun rasa rindu dengan nenek moyang yakni Maharaja Bunu dan keturunannya yang telah kembali kealam Hatala/Tuhan tanpa melalui kematian tidak akan pernah luput dan hilang dari ingatan mereka sehingga menghadirkan persatuan dan keinginan yang kuat untuk menyusul nenek moyang mereka ke-alam Hatala dengan cara mambangun menara yang besar dan tinggi dari ulin hingga mencapai langit lapis tujuh untuk bisa bertemu nenek moyang mereka dan ingin bertemu langsung dengan Ranying Hatala/Tuhan Yang Maha Esa sehingga akhirnya mereka di buatlah menara tinggi mencakar langit namun belum ada tanda-tanda melewati langit lapis satu. Namun usaha dan kegigihan mereka tidak akan pernah berhenti meskipun belum melewati langit lapis satu.

Sebagai Ranying Hatala/Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi beserta isinya dan Ranying Hatala itu Maha Ada, Maha Tau dan Maha Segalanya tentunya tidak ingin melihat manusia bersusah payah mencapai langit lapis tujuh dan berusaha ingkar dengan takdir mereka yang tidak bisa bertemu dengan Ranying Hatala tanpa melalui kematian sehingga Ranying Hatala mengatasinya dengan kekuasaanya untuk membatalkan niat umat manusia.

Karena kebesaran kekuasaan Ranying Hatala sehingga tumbuhlah jamur-jamur yang kelihatan enak di makan pada nenara tersebut. Jamur-jamur itu di sebut oleh umat manusia pendiri menara dengan nama “Kulat Sipa” kerena jamur tersebut berwarna merah seperti darah/air simpa dan semua yang bekerja mendirikan menara itu tanpa ragu-ragu memakan jamur-jamur tersebut bersama-sama karena mereka sangat yakin jamur tersebut adalah pemberian dari Ranying Hatala sebagai makanan untuk mempermudah pekerjaan mereka dengan tidak perlu repot mengambil bahan makanan dari rumah mereka.

Namun setelah memakan jamur-jamur tersebut mereka senua nengalami perubahan bahasa dan saling tidak mengerti apa yang di katakan satu sama lain sampai sampai ada yang meminta memegang bahan malah melepaskan, ada yang meminta memasang malah melepaskan, ada yang meminta di sambungkan malah di potong yang dikerjakan hingga akhirnya yang di kerjakan malah di bongkar habis hingga rata dengan tanah seperti sedia kala.
Hal itulah yang memisahkan mereka dari persatuan hingga mereka hidup terpecah belah karena terjadi perbedaan bahasa serta mereka semua lupa akan Ajaran atau Wahyu dari Ranying Hatala yang berguna bagi kehidupan mereka sehingga keturunan-keturunan mereka tidak tahu tatacara rukun kematian dari nemandikan jenazah, penguburan dan lain sebagainya, maka Suku Dayak terbagi menjadi berbagai suku dan hidup berjauhan mencari tempat atau aliran sungai masing-masing sesuai dengan kehendak mereka sendiri. Apabila ada yang meninggal dunia maka di biarkan begitu saja membusuk dan bangkainya di makan biawak,burung gagak dan lain-lain pemakan bangkai.

Begitu juga apabila mereka mengalami kekurangan dan kelemahan di dalam kehidupannya mereka tidak tahu harus bagaimana dan harus memohon kepada siapa untuk menguatkan iman dalam mengatasinya berbagai masalah kehidupan yang di alami mereka. Menyadari dan melihat umat manusia telah melupakan ajaran yang telah diberikan kepada manusia yang kembali ke Alam Ranying Hatala tanpa melalui kematian telah dilupkan oleh anak cucunya, maka Ranying Hatala Memerintahkan Malaikatnya yang bernama Raja Singkuh Batu untuk mencari/memilih malaikat yang cocok untuk mengajarkan kembali pesan-pesan suci yang pernah di ajarkan Ranying Hatala sebelum manusia/Raja Bunu di turunkah ke bumi Dayak dan kesimpulannya terpilih lah Nyai Endas Bulau Lisan Tingang dengan membawa anggotanya yang sebayak Seratus Enam Puluh Laki-laki dan Seratus Enam Puluh Perempuan dari Lewu Telu Ije Kalabuan Banama di Pantai Sangiang/Khayangan.

Selanjutnya mereka turun ke Bumi Dayak tepatnya di Desa Tutuk Juking/Tangkahen. Rombongan Nyai Endas Bulau Lisan Tingang dan Anggotanya Di sebut dengan nama “Bawin Ayah” dan mereka mengajarkan kembali pesan-pesan suci dari Ranying Hatala/Wahyu yang dulunya pernah diajarkan oleh Ranying Hatala. (Baca: Bawin Ayah)

Karena banyaknya kumpulan berbagai suku yang belajar sehingga desa tersebut menjadi padat dan orang-orang dari berbagai sub suku Dayak yang datang dari jauh tidak dapat belajar langsung namun melihat dari atas pohon dan meraba-raba apa yang dilakukan dan adanya perbedaan bahasa pada saat pengajaran upacara Ritual bagi kehidupan maupun Kematian. Itulah sebabnya terjadi perbedaan Upacara Ritual di berbagai Daerah di Pulau Dayak, namun dari daerah aliran sungai Kahayanlah Upacara Ritual Itu yang lebih akurat dari daerah lain. Jadi tidaklah di

herankan meskipun upacara ritual itu bertujuan sama namun ada perbedaan tatacara dalam pelaksanaannya dikarenakan hal tersebut diatas.

Sumber:  #SBJ

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Bobor Kangkung
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Tengah

BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Ikan Tongkol Sambal Dabu Dabu Terasi
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Utara

Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Peda bakar sambal dabu-dabu
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Selatan

Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline