Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat DKI Jakarta Jakarta
KISAH ASNI DAN MIRAH
- 18 Juli 2018

Asni dan Mirah adalah dua pendekar silat dari Betawi. Keduanya tidak saling mengenal. Asni menetap di daerah Kemayoran, sedangkan Mirah tinggal di daerah Marunda.
Asni mempunyai seorang saudara seayah namun lain ibu, namanya Tirta juga seorang pendekar silat yang bertempat tinggal di Karawang -  Jawa Barat.
Antara Tirta dan Mirah telah saling mengenal. Bahkan, Tirta ternyata jatuh hati kepada gadis yang cantik dan sakti itu. Namun, nasib ternyata berkata lain. Pada akhirnya ternyata Asni yang berhasil memperistri Mirah.

Pada zaman dahulu di Betawi masih terdapat banyak pendekar silat. Dua di antaranya yang cukup terkenal adalah Tirta dan Asni. Kedua pemuda itu adalah kakak beradik, tapi lain ibu. Meskipun bersaudara, namun Asni tidak mengetahui jika ia punya saudara tiri bernama Tirta, sementara Tirta sendiri sudah tahu hal ini dari ibunya. Tirta tinggal bersama ibunya di Karawang, sebuah daerah di tepi kota, sedangkan Asni tinggal bersama ayahnya di Kemayoran. 
 
Tirta dan Asni memiliki perbedaan sifat yang terlihat pada perilaku sehari-hari mereka. Tirta tumbuh menjadi pemuda berandalan. Keahlian beladirinya digunakan untuk membuat kekacauan. Bahkan, Tirta suka merampok dan mencuri. Hasil curiannya ia gunakan untuk mabuk-mabukan bersama teman-temannya. Sementara itu, Asni tumbuh menjadi pemuda yang berbudi luhur. Meskipun berilmu tinggi, ia tetap santun, rendah hati, dan suka menolong. Tidak mengherankan jika Asni sangat disegani dan namanya menjadi cukup terkenal.
 
Suatu malam, warga Kemayoran digemparkan oleh sebuah peristiwa perampokan di sebuah rumah orang kaya bernama Babah Yong. Harta bendanya dibawa kabur oleh kawanan perampok. Para centeng (satpam) pun terkapar tak berdaya saat menghadapi kawanan perampok tersebut.
Mendengar kabar itu, penguasa Kemayoran yang bernama Tuan Ruys, Bek (Kepala Kampung) Kemayoran, dan para opas (agen polisi) segera mendatangi rumah Babah Yong untuk melakukan penyelidikan. Setelah mengamati bekas-bekas perampokan itu, Tuan Ruys pun menduga bahwa pelaku perampokan itu adalah orang yang sakti mandraguna.
“Hmm… aku yakin pelakunya bukanlah orang biasa. Hanya orang berilmu tinggilah yang mampu mengalahkan para centeng Babah Yong,” kata Tuan Ruys.
Dengan dugaan itu, penguasa Kemayoran itu langsung teringat pada Asni.
“Ya, siapa lagi kalau bukan Asni. Hanya dialah orang sakti di daerah ini,” gumam Tuan Ruys.
Tanpa berpikir panjang, Tuan Ruys segera memerintahkan Kepala Kampung Kemayoran untuk menangkap Asni. Namun, kepala kampung itu menolak karena ia tidak yakin jika Asni pelakunya.
  • “Maat, Tuan Ruys. Saya yakin bukanlah Asni pelakunya. Saya sangat mengenal sifat dan perilakunya,” sanggah sang kepala kampung.
  • “Kalau begitu, coba tunjukkan siapa lagi pendekar sakti di Kemayoran ini selain Asni!” ujar Tuan Ruys.
Rupanya, Kepala Kampung Kemayoran tidak bisa menunjukkan bukti sebagaimana yang diminta Tuan Ruys. Akhirnya pada malam itu, ia bersama para opas segera menangkap Asni dan memasukkannya ke dalam penjara. Asni yang merasa tidak bersalah pun menolak untuk dipenjara.
“Maaf, barangkali tuan-tuan keliru menuduh saya sebagai pelaku perampokan itu. Saat peristiwa itu terjadi saya sedang berada di rumah,” Asni membela diri.
Mendengar pembelaan Asni, akhirnya Kepala Kampung Kemayoran memerintahkan para opas untuk memanggil keluarga dan tetangga Asni untuk dijadikan saksi. Setelah mendapat beberapa pertanyaan, mereka pun memberikan kesaksian bahwa memang benar Asni sedang berada di rumah saat peristiwa perampokan itu terjadi.
“Dugaanku ternyata benar,” kata Bek Kemayoran dalam hati.
Akhirnya Asni pun dibebaskan tapi dengan syarat ia harus menangkap pelaku perampokan itu. 
“Jika kamu gagal menangkap perampok itu, maka kamu akan kembali dipenjara,” ancam Tuan Ruys.
Meskipun keputusan itu tidak adil baginya, Asni pun menerima dengan lapang dada. Ia merasa bahwa menjaga keamanan Kemayoran juga termasuk tanggung jawabnya. 
 
Keesokan harinya, ia mulai mencari pelaku perampokan yang menyatroni rumah Babah Yong. Karena yakin perampok itu bukanlah warga Kemayoran, ia pun melakukan pencarian hingga ke kampung-kampung lain. Salah satunya adalah Kampung Marunda karena ia tahu bahwa kampung itu terkenal memiliki pendekar sakti bernama Bang Bodong. Bang Bodong mempunyai seorang putri yang cantik dan mahir bersilat bernama Mirah. Mirah adalah idola bagi setiap pemuda di Marunda. Bahkan, sudah banyak pemuda yang datang melamarnya, namun belum seorang pun yang diterima karena tidak memenuhi syarat yang diajukan Mirah. Syarat itu adalah harus mengalahkan kesaktian Mirah.
Sementara itu, Asni yang hendak memasuki Kampung Marunda tiba-tiba mendapat teguran dari para penjaga kampung karena tidak melapor.
“Hai, anak muda! Berani-beraninya kamu masuk ke daerah kami tanpa izin,” hardik seorang penjaga.
“Masa siang-siang begini harus melapor,” jawab Asni.
Mendengar jawaban itu, para penjaga kampung menjadi tersinggung karena merasa tidak dihargai. Akhirnya, terjadilah pertkelahian antara Asni dengan beberapa orang penjaga kampung. Dengan ketinggian ilmu silatnya, Asni dapat merobohkan para penjaga itu dengan mudah. Salah satu penjaga kampung kemudian melapor kepada Bang Bodong.
“Bang, ada pengacau yang masuk ke kampung kita!” lapor penjaga itu.
Tanpa banyak tanya, Bang Bodong bersama Mirah segera menuju ke tempat kejadian. Saat bertemu dengan Asni, Bang Bodong langsung menyerang pemuda itu. Betapa terkejutnya ia karena serang-serangannya dapat dipatahkan dengan mudah oleh Asni. Merasa dipermalukan, Bang Bodong mengeluarkan jurus-jurus pamungkasnya. Meskipun umurnya sudah tua, pendekar Marunda itu masih sangat lincah bergerak sehingga Asni harus bersusah payah berkelit ke sana ke mari untuk menghindar.
 
 
Setelah beberapa lama pertarungan itu berlangsung, Bang Bodong mulai kelelahan. Begitu ia lengah, Asni langsung melayangkan sebuah tendangan keras tepat mengenai lambung kirinya. Tak ayal, pendekar Marunda itu pun jatuh terpental ke tanah dan tidak bisa melanjutkan pertarungan.
Melihat ayahnya kalah, Mirah langsung menyerang Asni. Pertarungan antara kedua pendekar itu tampak seimbang meskipun pada akhirnya Mirah harus mengakui kesaktian Asni. Saat melihat putrinya kalah, Bang Bodong justru tertawa terbahak-bahak.
  • “Ha…ha… ha… !”
  • “Ayah, kenapa menertawaiku seperti itu?” tanya Mirah dengan bingung.
  • “Akhirnya datang juga jodohmu, anakku,” kata Bang Bodong dengan nada menggoda.
  • “Apa maksud, Ayah?” Mirah kembali bertanya.
Bang Bodong segera bangkit lalu mendekati putrinya.
“Putriku, apakah kamu sudah lupa dengan janjimu? Bukankah kamu pernah berjanji bahwa jika ada pemuda yang mengalahkanmu maka dialah yang akan menjadi jodohmu?” jelas Bang Bodong mengingatkan putrinya.
Mendengar penjelasan itu, Mirah lalu tersenyum malu-malu. Bang Bodong pun kemudian menyapa Asni.
“Maaf, anak muda. Kamu siapa dan apa maksud kedatanganmu ke Marunda?” tanya Bang Bodong kepada Asni.
Asni pun memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud kedatangannya Setelah mendengar penjelasan Asni, Bang Bodong meminta pendapat Asni mengenai janji yang telah dibuat putrinya.
  • “Ketahuilah, Asni! Putriku pernah membuat janji bahwa siapa pun pemuda yang berhasil mengalahkannya, maka dialah yang berhak menjadi suaminya,” ungkap Bang Bodong seraya bertanya kepada Asni, 
  • “Apakah kamu bersedia menikah dengan putriku?”
Pucuk dicinta ulam pun tiba, maksud hati ingin menangkap perampok, Asni malah mendapat gadis cantik dan sakti. Maka, tak ada alasan bagi Asni untuk menolak tawaran itu. Akhirnya, Asni dan Mirah pun menikah. Sebelum pernikahan mereka dilangsungkan, Bang Bodong dan putrinya juga bersepakat untuk membantu Asni mencari perampok itu.
 
Setelah melakukan penyelidikan, mereka menemukan bukti bahwa perampok itu adalah Tirta yang berasal dari Karawang. Bang Bodong sendiri kenal dengan Tirta karena Tirta beberapa kali berusaha mendapatkan cinta putrinya, yakni Mirah. Namun, mereka sulit menangkap Tirta karena keberadaannya tidak diketahui. Setelah berpikir sejenak, akhirnya Bang Bodong menemukan sebuah cara.
  • “Satu-satunya cara untuk menangkap Tirta adalah menjebaknya dalam pesta pernikahan kalian,” kata Bang Bodong.
  • “Maksudnya?” tanya Asni bingung.
  • “Begini Asni. Tirta itu sangat mencintai Mirah. Aku yakin, dia pasti datang dalam pesta pernikahan kalian,” jelas Bang Bodong.
Setelah itu, mereka pun segera melakukan persiapan-persiapan secara matang, termasuk mengirim undangan kepada Tirta di rumahnya. Selain itu, mereka juga bekerjasama dengan Bek Kemayoran dan Tuan Ruys dengan mengundang mereka ke pesta tersebut.
 
Beberapa hari kemudian, pesta pernikahan Asni dan Mirah dilangsungkan di kediaman Bang Bodong. Tampak para undangan mulai berdatangan, termasuk Bek Kemayoran dan Tuan Ruys yang lengkap dengan senjatanya. Tak berapa lama kemudian, Tirta pun tiba dan duduk di barisan kursi paling belakang. Namun, Tirta agak curiga karena ia melihat Bek Kemayoran dan Tuan Ruys juga hadir dalam pesta itu dan duduk sejajar dengannya. 
 
Sesekali, kedua penguasa dari Kemayoran itu melirik kepada Tirta. Menyadari dirinya dalam bahaya, Tirta segera meninggalkan pesta itu untuk melarikan diri. Tuan Ruys dan Bek Kemayoran bersama para opas segera mengejarnya. Asni dan Mirah turut melakukan pengejaran. Tirta berhasil dikejar sehingga terjadilah perkelahian antara Tirta melawan Asni dan Mirah. Begitu Tirta lengah, Tuan Ruys melepaskan tembakan ke arah Tirta dan tepat mengenai dada kanannya. Tak ayal, pendekar silat dari Karawang itu langsung roboh. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, ia sempat berpesan kepada Asni.
“Ketahuilah, Asni! Sebenarnya kita bersaudara, namun lain ibu. Beruntunglah kamu mendapatkan Mirah. Ia gadis yang cantik dan baik hati. Tolong jagalah dia baik-baik!” ungkap Tirta.
Betapa terkejutnya Asni mendengar pengakuan Tirta. Ia pun berusaha mengobati luka saudaranya itu. Namun, nyawa Tirta sudah tidak tertolong lagi. Asni pun tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menyesali semua perbuatan jahat yang telah dilakukan saudaranya itu.
 
Setelah peristiwa itu, Kemayoran dan Marunda kembali aman. Asni pun memboyong istrinya ke Kemayoran untuk membuka usaha dagang. Berkat kegigihan dan keuletannya, usaha mereka pun maju pesat dan mereka pun hidup berbahagia.
 
Sumber: http://agathanicole.blogspot.com/2017/09/kisah-asni-dan-mirah.html#more

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline