Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat DKI Jakarta Betawi
Juragan Boing
- 23 November 2018

Di daerah Duren, Betawi pinggiran, pada masa lampau hiduplah seorang hartawan. Juragan Boing namanya. Ia lelaki terpandang di daerah kediamannya. Orang-orang segan padanya. Apalagi, ia juga pemarah. Kemarahannya akan segera meledak jika ada sesuatu yang tidak membuatnya senang.

Juragan Boing mempunyai seorang anak lelaki, namanya Mat Salim. Ia pemuda baik. Terbilang tampan wajahnya. Banyak gadis yang mengimpikan dapat menjadi istrinya.

Juragan Boing memiliki banyak sawah dan ladang, tersebar di berbagai tempat. Beberapa orang yang bekerja padanya, menggarap sawah dan ladang miliknya itu. Selain itu, Juragan Boing mengupah centeng untuk keamanan diri, keluarga, dan hartanya. Bokir nama centeng Juragan Boing. Seperti tuannya, Bokir juga pemarah. Bahkan, kemarahannya pada pekerja kerap melebihi kemarahan Juragan Boing sendiri.

Salah seorang pekerja Juragan Boing adalah Bang Maun. Bang Maun telah beristri. Mpok Ida nama istrinya. Mereka dikaruniai seorang anak perempuan. Juleha namanya. Juleha cantik wajahnya. Banyak pemuda yang jatuh hati pada Juleha. Berminat menjadikan Juleha sebagai istrinya. Tetapi, Juleha tidak menanggapinya. Tampaknya, ia belum ingin berumah tangga.

Sebagai pekerja Juragan Boing, Bang Maun bekerja menggarap sawah dan ladang luas milik Juragan Boing. Ia pekerja yang baik. Rajin bekerja. Pagi-pagi ia telah memulai bekerja dan mengakhiri pekerjaannya ketika sore tiba. Juragan Boing mempercayai dan mengandalkannya.

Pada suatu hari Bang Maun jatuh sakit. Cukup parah sakitnya hingga tak bisa membuatnya bekerja seperti biasanya. Ia hanya rebahan di atas ranjang kayunya. Ia lalu memanggil istrinya. Katanya, “Ida, hari ini aku tidak bisa bekerja. Gantikan aku bekerja di sawah.”

“Ya, Bang,” jawab Mpok Ida.

Mpok Ida tak ingin meninggalkan suaminya sendirian dalam keadaan sakit. Ia memanggil Juleha. Katanya, “Leha, ayahmu lagi sakit. Jaga dan rawat ayahmu baik-baik, selama ibu bekerja di sawah.”

Juleha menganggukkan kepala dan menjawab, “Ya, Bu.”

Sementara di rumah Juragan Boing, Bokir sedang menemui Juragan Boing. Bokir baru saja tiba dari tugas memeriksa sawah dan ladang. Tugas yang biasa ia lakukan pada pagi dan sore hari.

“Sudah kau periksa sawah dan ladang?” tanya Juragan Boing.

“Sudah, Juragan,” jawab Bokir. “Sawah di sebelah barat hari ini tidak ada yang mengurus…”

“Sawah sebelah barat?” potong Juragan Boing. Matanya melotot membesar. “Ke mana Si Maun?”

“Saya tidak melihatnya, Juragan. Mungkin hari ini dia tidak masuk kerja,” jawab Bokir.

Juragan Boing marah. Sudah seharusnya Maun memberitahunya jika tidak masuk kerja. Dibayangkannya sawahnya terbengkalai karena tidak digarap Maun hari itu. Maka serunya, “Bokir! Antar aku ke rumah Maun!”

“Siap, Juragan.”

Juragan Boing dan centeng Bokir segera menuju rumah Bang Maun.

Juragan Boing langsung menggedor pintu rumah Bang Maun. Mpok Ida yang belum berangkat ke sawah bergegas membuka pintu. Ia terperanjat melihat Juragan Boing datang.

“Mana suamimu?” seru Juragan Boing.

“Suamiku lagi sakit. Ia ada… ada di…”

Belum selesai Mpok Ida menjawab, Juragan Boing telah masuk ke dalam rumah Bang Maun. Ia langsung menuju kamar Bang Maun.

Bang Maun yang masih rebahan terkejut melihat kedatangan Juragan Boing. Dengan tubuh gemetar, ia berusaha bangkit. Katanya dengan suara lirih, “Juragan, hari ini saya tidak bisa bekerja. Saya lagi sakit…”

Juragan Boing akan berujar saat dilihatnya Juleha memasuki kamar Bang Maun. Juragan Boing terpesona pada kecantikan Juleha. Ia urungkan kemarahannya. Lalu katanya, “Ya, sudah. Kamu istirahat dulu.”

“Terima kasih, Juragan.”

Juragan Boing mengambil uang dari sakunya. Diberikannya uang itu pada Bang Maun. “Biar kamu cepat sembuh, segera berobat. Pakai uang itu,” katanya sambil melirik ke arah Juleha.

“Terima kasih, Juragan.”

Juragan Boing lalu meninggalkan rumah Bang Maun. Bokir mengiringi di belakang Juragan Boing. Kecantikan wajah Juleha selalu terbayang di benak Juragan Boing. Ia tak menyangka jika anak Bang Maun begitu cantik wajahnya. Juragan Boing terus memikirkan Juleha hingga berketetapan hati untuk melamar Juleha.

Seminggu kemudian Juragan Boing kembali datang ke rumah Bang Maun. Bokir mengikutinya. Kata Juragan Boing di depan Bang Maun dan Mpok Ida, “Maun, aku datang untuk melamar Juleha. Apakah kamu membolehkan?”

Bang Maun dan Mpok Ida terkejut. Keduanya saling bertatap pandang untuk beberapa saat. Wajah keduanya membayang kegembiraan dan kebahagiaan. Jawab Bang Maun, “Tentu saja boleh, Juragan. Saya sangat setuju.”

“Engkau Setuju?”

“Tentu saja saya setuju,” tegas Bang Maun. “Sudah waktunya anak saya itu berumah tangga. Sangat pantas dia menjadi istri Mat Salim, putra Juragan.”

“Juleha bukan untuk anakku, tapi akan kunikahi sendiri!” tegas jawab Juragan Boing.

Bang Maun dan Mpok Ida sangat terkejut. Semula mereka menyangka, Juragan Boing melamar Juleha untuk dinikahkan dengan Mat Salim. Tapi ternyata akan dinikahi Juragan Boing sendiri. Bang Maun dan Mpok Ida sesungguhnya tidak setuju jika anak mereka dijadikan istri kedua Juragan Boing. Namun, Bang Maun tidak bisa menolak lamaran Juragan Boing itu, karena ia telah menyatakan persetujuannya.

Bang Maun dan Mpok Ida hanya bisa pasrah.

“Engkau setuju?” ulang Juragan Boing.

Bang Maun perlahan menganggukkan kepala.

Juragan Boing lalu menentukan tanggal pernikahan. Ia minta rencana pernikahannya itu berlangsung dengan baik. Masalah uang, Juragan Boing meminta Bang Maun dan Mpok Ida tidak perlu khawatir. Ia akan memberikan uang yang cukup untuk rencana pesta pernikahannya.

Centeng Bokir diam-diam mendatangi Mat Salim. Rencana pernikahan Juragan Boing itu diceritakannya pada Mat Salim.

Mat Salim sangat terkejut. Ia tidak setuju jika ayahnya menikahi Juleha. Ia ingin menggagalkan rencana pernikahan ayahnya itu. Namun, ia tidak mengerti bagaimana caranya. Diam-diam ia meninggalkan rumah. Ia lalu menuju warung Mpok Ani.

“Lim, apa yang terjadi padamu?” tanya Mpok Ani ketika Mat Salim tiba di warungnya. “Wajahmu terlihat kusut begitu!”

Mat Salim menceritakan kebingungannya untuk menggagalkan rencana pernikahan ayahnya.

Mpok Ani terdiam mendengarkan. Lalu katanya, “Sebenarnya, mudah saja bagimu untuk menggagalkan rencana pernikahan ayahmu itu, Lim.”

“Bagaimana caranya, Mpok?”

Mpok Ani lalu memberinya saran. Mat Salim mengangguk-anggukkan kepala. Ia akan menjalankan saran Mpok Ani.

Hari pernikahan Juragan Boing dan Juleha tiba. Juragan Boing tiba di rumah Bang Maun. Rumah telah dihias. Upacara pernikahan tampaknya akan segera dilakukan. Penghulu juga telah datang.

“Maun, panggil calon pengantin perempuan,” kata penghulu.

Bang Maun dan Mpok Ida ke kamar Juleha. Keduanya sangat terkejut mendapati kamar anaknya itu telah kosong. Juleha tidak ada di kamarnya!

Kegemparan pun terjadi ketika Bang Maun dan Mpok Ida memberitahukan bahwa Juleha tidak ada di kamarnya. Juleha hilang! Tak terkirakan marahnya Juragan Boing. Ia minta Juleha segera dicari dan ditemukan. Rencana pernikahannya tidak boleh gagal!

Ketika semua orang bersiap-siap mencari Juleha, mendadak Juleha datang bersama Mat Salim, Keduanya bergandengan tangan.

Semuanya terkejut, terlebih-lebih Juragan Boing.

“Juleha,” panggil penghulu, “bagaimana engkau ini? Upacara pernikahan akan dilangsungkan, tapi kamu malah pergi!”

Jawab Juleha, “Pak Penghulu, sebenarnya saya tidak mau menikah dengan Juragan Boing. Saya sudah mempunyai calon sendiri.”

“Siapa calonmu, Leha?” tanya Juragan Boing.

Juleha menatap ke arah Mat Salim. “Inilah calon suami saya.”

“Salim?” seru Juragan Boing. Ia sama sekali tidak menyangka jika anaknya adalah calon suami Juleha.

“Benar, Yah,” kata Mat Salim. “Sebenarnya saya dan Juleha sudah lama mengikat janji. Kami berencana akan menikah. Namun, saya takut menceritakan masalah Ini kepada Ayah. Saya takut Ayah akan marah.”

Juragan Boing terdiam merenungkan ucapan anaknya. Mendadak ia tersadar. Juleha sudah seharusnya menikah dengan anaknya, bukan dengan dirinya.

“Baiklah,” kata Juragan Boing. “Rencana pernikahan ini harus terus dilangsungkan. Juleha harus tetap menikah. Bukan dengan saya, tapi dengan Salim, anak saya.”

Keputusan Juragan Boing disambut lega. Juleha dan Mat Salim kemudian menikah. Keduanya pun hidup berbahagia.

 

 BERBUAT SEWENANG-WENANG KEPADA ORANG LAIN HENDAKNYA DIHINDARI. KARENA HAL ITU HANYA AKAN MENDATANGKAN KEBURUKAN DI KEMUDIAN HARI. 

 

Sumber: https://dongengceritaanak.com/category/cerita-rakyat/betawi-jakarta/

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline