Senjata dan Alat Perang
Senjata dan Alat Perang
Transportasi Riau Riau
Jung Jawa
- 17 September 2014

JUNG JAWA, TEKNOLOGI MARITIM YANG SEMPAT BERJAYA2.jpg

 

 

 

 

 

Teknologi Maritim Yang Sempat Berjaya

Jung Jawa adalah sebutan untuk kapal perang dan niaga yang pernah ada di Nusantara sekitar abad ke-8 hingga abad ke-17. Pada zamannya, kapal kayu ini cukup terkenal di kalangan para pelaut dunia sebagai kapal besar yang menguasai jalur perdagangan Asia, khususnya di Selat Malaka. Banyak kesaksian para penjelajah samudera internasional mengenai kapal ini.

Jung Jawa mempunyai kemiripan dengan kapal Borobudur, yang juga ada di Nusantara hingga abad ke-13, menilik kesamaan teknik konstruksi yang dimiliki kedua jenis kapal tersebut, yakni seluruh badan kapal dibangun tanpa menggunakan paku. Hal tersebut berbeda dengan jung-jung dari China, yang lambungnya direkatkan dengan bilah-bilah kayu dan paku besi. Sejumlah kalangan memang menduga jung Jawa mendapat pengaruh dari jung China, mengingat bahwa negeri Tirai Bambu tersebut telah dikenal sebagai pembuat kapal sejak 500 tahun sebelum Masehi.

Namun demikian, sejumlah sejarawan juga menyebutkan bahwa, meskipun China terkenal sebagai pembuat kapal, namun hingga abad ke-7 kecil sekali peran kapal-kapal China dalam pelayaran laut lepas. Bahkan dalam catatan perjalanan keagamaannya, I-Tsing (671-695 M) disebutkan, dia berlayar dari Kanton ke Perguruan Nalanda di India Selatan, dengan menggunakan kapal Sriwijaya, negeri yang ketika itu menguasai lalu lintas pelayaran di ”Laut Selatan”.

Diego de Counto, pelaut Portugis yang menjelajahi samudera pada pertengahan abad ke-16, dalam bukunya, Da Asia (1645), menyebutkan bahwa bangsa Jawa telah melakukan pelayaran samudera, bahkan hingga mencapai Tanjung Harapan di tanah Afrika. Pasalnya, di sana ia menjumpai para penduduk berkulit cokelat yang mengaku keturunan Jawa. Counto juga menyebut bahwa orang Jawa sangat berpengalaman dalam seni navigasi.

Selain Counto, pelaut Portugis lainnya, Alfonso de Albuquerque, yang merupakan komandan armada Portugis ketika menduduki Malaka pada 1511, menerangkan bahwa orang Portugis mengenali tanah Jawa sebagai asal-usul dari kapal-kapal besar yang disebut jung itu, yang sempat digunakan kerajaan Demak untuk menyerang armada mereka.

Etimologi

Sejumlah pendapat menyebutkan, istilah “jung” berasal dari kata “chuan” dari bahasa mandarin, yang berarti perahu. Hanya saja, perubahan pengucapan dari "chuan menjadi jung nampaknya terlalu jauh. Sementara Anthony Reid dalam bukunya Sejarah Modern Awa Asia Tenggara, menyebutkan, istilah jung dipakai pertama kali dalam catatan-catatan Rahib Odorico, John de Marignolli dan Ibn Battuta pada abad ke 14. Asal-usul kata jung, menurut sumber-sumber yang ia kaji, berasal dari bahasa Jawa, yang berarti sebutan untuk kapal. Hal ini misalnya dapat ditelusuri dalam sebuah prasasti Jawa kuno abad ke 9.

 

Konstruksi

Konstruksi jung Jawa dibangun dari papan-papan yang disambungkan pada pasak kayu tanpa menggunakan kerangka, baut, atau paku besi. Ujung haluan dan buritan kapal berbentuk lancip. Kapal ini dilengkapi dengan dua batang kemudi menyerupai dayung, serta layar berbentuk segi empat. Orang Portugis menerangkan bahwa jung Jawa memiliki empat tiang layar, terbuat dari papan berlapis empat, serta mampu menahan tembakan meriam kapal kapal Portugis. Bobot jung rata-rata sekitar 600 ton, melebihi kapal perang Portugis. Jung terbesar dari Kerajaan Demak bobotnya mencapai 1.000 ton, yang digunakan sebagai pengangkut pasukan kerajaan Jawa itu untuk menyerang armada Portugis di Malaka pada 1513.

Sayangnya, sejarah jung Jawa tidak lebih dari abad ke-17. Para sejarawan menyimpulkan, jung dan tradisi maritim Nusantara hancur akibat ekspansi militer dan perniagaan Belanda. Sikap represif Sultan Agung dari Martaram terhadap kota-kota di pesisir Jawa juga menyumbangkan andil atas kemunduran dunia maritim tanah air. Kantor Maskapai Perdagangan Hindia-Belanda (VOC) di Batavia melaporkan, pada 1677, orang-orang Mataram di Jawa Tengah sudah tidak lagi memiliki kapal-kapal besar.

 

Sumber: http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1069/jung-jawa

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline