Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Daerah Jawa Tengah Jawa Tengah
Joko Kendil, si anak berkepala periuk

Pada zaman dahulu, hiduplah seorang janda tua di sebuah desa di Jawa Tengah. Ia harus bekerja berjualan kayu bakar setiap hari karena suaminya telah meninggal, sehingga ia harus memenuhi kehidupannya seorang diri. Berjualan kayu bakar di pasar yang sangat jauh dari desanya, tidak membuatnya memperoleh keuntungan yang banyak. Namun, ia tetap bekerja dengan giat dan pantang menyerah.

Hidup sendirian membuatnya menginginkan kehadiran seorang anak. Namun, dia tau bahwa menghidupi dirinya sendiri saja sudah sulit, jadi ia mengurungkan niatnya itu.

Pada suatu malam, ia bermimpi kejatuhan bulan di siang hari. Mimpi aneh tersebut membuatnya bingung, sehingga ia bergegas pergi ke pasar untuk menyelesaikan pekerjaannya hari itu. Tanpa diduga-duga, ia melihat seorang peramal yang sedang dikerumuni banyak orang. Langsung saja ia menanyakan makna mimpi anehnya semalam.

'Saya bermimpi kejatuhan bulan, pak peramal. Apakah arti dari mimpi saya itu?' tanya sang janda tua.

'Wah, itu adalah pertanda baik! Selamat, anda akan mendapat seorang anak!' ucap si peramal

Si janda tua sangat senang mendengar hal tersebut namun ia juga bingung, bagaimana bisa perempuan tua tanpa suami sepertinya mempunyai seorang anak? Ia pun bergegas kembali ke rumahnya.

Setibanya ia di rumah, ia mendapati dua orang lelaki sedang berdiri menunggu di depan rumahnya. Mereka membawa sebuah bungkusan besar. Karena penasaran, si janda tua menanyakan maksud kedatang dua lelaki itu.

'Kami ingin menitipkan seorang bayi untuk ibu besarkan layaknya anak sendiri'

Si janda tua langsung menolak karena ia yakin tidak dapat menghidupi orang lain selain dirinya. Namun, kedua lelaki itu meyakinkan bahwa mereka akan menjamin kehidupan mereka dan memenuhi segala keperluan anak itu. Masih dalam keadaan bimbang, namun janda tersebut akhirnya menyetujuinya. Lalu, mereka menyerahkan bungkusan yang mereka bawa.

Dari dalam bungkusan tersebut, keluar seorang anak laki-laki yang bentuk tubuhnya sedikit aneh. Kepalanya menyerupai periuk untuk menyimpan air (dalam bahasa Jawa disebut kendhil) sehingga si janda tua menamainya Joko Kendil.

Walaupun memiliki bentuk tubuh yang aneh, Joko Kendil adalah anak yang rajin dan baik hati. Ia selalu membantu ibunya bekerja. Hal ini membuat si janda tua sangat menyayanginya. Ditambah lagi setelah kehadiran Joko Kendil, hasil kebun mereka menjadi berlimpah ruah sehingga hidup mereka tidak lagi kekurangan.

Pada suatu sore, ketika sedang beristirahat setelah bekerja di kebun, Joko Kendil melihat kapal layar kerajaan yang berlayar mendekat. Di kapal itu terlihat seorang putri raja yang sangat cantik, Joko Kendil langsung jatuh cinta kepada sang putri dan memberitahukan hal ini pada ibunya.

Tidak beberapa lama dari sore itu, terdengar kabar bahwa kerajaan mengadakan sayembara. Isi dari sayembara itu adalah 'barang siapa yang mampu menemukan dan membawa Gamelan Lokananta, maka ia akan dinikahkan dengan putri raja. Siapapun boleh mengikuti sayembara ini, asalkan ia dapat memenuhi syarat tersebut'. Tanpa pikir panjang, Joko Kendil langsung meminta ijin pada ibunya untuk mengikuti sayembara tersebut. Ibunya sempat melarang karena mustahil untuk menemukan gamelan yang dimaksud raja. Namun, keinginan Joko Kendil meluluhkan hati ibunya sehingga ia diperbolehkan mengikuti sayembara tersebut.

Pada saat Joko Kendil datang ke istana, semua orang yang hadir mencemooh dan menertawakannya. Namun, ia tetao bersikap tenang karena sang putri juga tidak keberatan untuk menerimanya menjadi salah satu peserta dari sayembara tersebut.

Kemudian, dimulailah sayembara tersebut dengan sang raja meminta para peserta untuk mengeluarkan gamelan yang dijanjikan. Ibu Joko Kendil mulai takut karena anaknya tidak membawa apa-apa sama sekali. Joko Kendil menenangkan ibunya lalu mulai membaca sebuah mantra. Tiba-tiba muncullah seperangkat gamelan yang indah dan sangat mempesona.

Setelah diuji, tidak ada satupun yang benar-benar membawa Gamelan Lokananta. Namun, Joko Kendil tiba-tiba memainkan gamelannya dan menghasilkan suara yang sangat indah. Semua orang terpukau dengan keindahan alunan gamelan Joko Kendil, sehingga dipilihlah ia menjadi pemenang dari sayembara tersebut.

Pada hari pernikahan, saat kedua mempelai duduk di pelaminan, sang putri tiba-tiba memeluk Joko Kendil. Sesaat kemudian, berubahlah wujud Joko Kendil yang buruk rupa menjadi seorang lelaki yang sangat tampan. Sang raja langsung menjelaskan kejadian tersebut kepada semua undangan, bahwa sang raja sebenarnya telah mendapat bisikan suci saat meminta petunjuk untuk memilih calon suami untuk putrinya.

Calon suami putrinya adalah seorang pangeran tampan yang gagah perkasa dan juga sakti. Kesaktiannya tersebut yang akan membuatnya memiliki Gamelan Lokananta yang berasal dari kahyangan. Selain itu, pada saat duduk di pelaminan sang putri harus memeluk calon suaminya itu. Sang raja juga menjelaskan bahwa Joko Kendil adalah seorang pangeran yang dikutuk oleh ayahnya karena pernah melanggar larangan ayahnya. Pelukan dari sang putri sebagai calon istrinyalah yang akan menghapuskan kutukan tersebut.

.

Dari cerita Joko Kendil ini kita dapat memetik sebuah pesan, yaitu bekerjalah dengan giat dan berbaik hatilah, niscaya kamu akan mendapat kebahagiaan di kemudian hari.

 

Cerita Rakyat dari Jawa Tengah Joko Kendil

 

.

https://dongengceritarakyat.com/cerita-rakyat-jawa-tengah-joko-kendil/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline