Seni Pertunjukan
Seni Pertunjukan
Pertunjukan Jawa Timur Jombang
Jaranan Dor
- 14 Agustus 2017
Kesenian tradisional jaran dor sudah ada di Jombang sejak masa penjajahan Belanda. Pada tahun 1925 berdirilah grup jaran dor di Desa Kemambang, Diwek, beranggotakan 14 orang. Saat ini, dari sejumlah itu, hanya tersisa satu, yaitu Yasmo (usia 106 tahun) warga Desa Jatirejo Barat.
 
Jaran dor merupakan kesenian tradisional Kuda Lumping asli Jombang. Perbedaan yang kentara dengan jaranan lain dan menjadi ciri khasnya adalah alat musik jidor yang saat ditabuh berbunyi dor, sehingga jaranan ini di sebut jaran dor. Adapun alat musik selain jidor adalah kendang dan sepasang kimplung yang terdiri dari tiga biji dengan ukuran berbeda. Satu yang berukuran besar di sebut thong, dan yang kecil disebut ketipung. Sekarang, alat musik jaran dor di tambah gong peking saron ketuk kenong atau biasa di sebut dengan gamelan.
 
Jaran dor ditampilkan dengan beberapa tari pengiring, yang sekarang ditambah dengan tari bantengan. Urutan penampilannya adalah tari bapangan, tari jaranan khas Jombang, tari topeng atau tari humor, tari jepaplok dan ditutup dengan tari bantengan.
 
Tari Bapangan
 
Dulu tari bapangan di sebut tari pentulan, karena topeng yang di pakai penari berhidung sangat besar, mentul, bermata bulat dengan rambut, alis dan kumis menjuntai ke bawah yang terbuat dari surai buntut sapi.
 
Tari Jaranan Khas Jombang
 
Tari jaran dor lebih mengarah untuk kesenangan atau hobi, tidak seperti jaranan lain seperti semboyo yang memang sengaja dirancang untuk pementasan dengan kemasan cukup rapi. Sehingga penampilan para penari jaran dor terkesan apa adanya dan gerak para penarinya pun tidak seperti jaranan lain. Tari jaran dor banyak dipengaruhi oleh pencak silat, karena kebanyakan para penari jaranan adalah pendekar silat.
 
Penari jaran dor dulu hanya lelaki, tidak seperti sekarang yang ditampilkan oleh penari lelaki dan perempuan, berkaos belang horisontal warna merah putih atau merah hitam, dilapisi baju warna hitam lengan panjang, celana pendek berpleret merah, berkopyah dengan sarung diikatkan pinggang, tanpa gongseng atau kerincingan kaki seperti pada penari semboyo. Saat ini pakaian penari banyak berubah, tergantung selera grup jaranan masing-masing.
 
Kuda Lumping yang digunakan dalam jaran dor berbeda dengan kudalumping yang digunakan dalam semboyo. Ekor kudalumping jaran dor berbentuk melengkung sedangkan semboyo berujung lancip. Penari kudalumping membawa panthek: sebilah potongan bambu dengan panjang sekisar satu meter. Saat ini penari membawa cambuk, adapula yang sudah dari dulu membawa cambuk. Mulanya tari jaranan hanya diiringi musik dari kendang, kimplung dan jidor, tanpa iringan gendhing-lagu, selanjutnya diiringi gendhing Ijo-ijo dan Suwe Ora Jamu. Saat ini banyak jaran dor diiringi lagu dangdut dan campur sari.
 
Tari Jepaplok
 
Disebut tari jepaplok karena mulut dari kepala hewan, terbuat dari kayu, yang mirip dengan kepala naga ini bisa membuka menutup seperti hendak mencaplok. Di bagian belakang terdapat kayu pegangan yang digunakan untuk mengendalikannya. Satu pegangan dipangkal rahang dan yang satu lagi menyatu dengan bagian atas. Pangkal pertemuan kepala dan rahang ini terdapat engsel yang memungkinkan rahang digerakkan naik turun seperti handak mencaplok dan menghasilkan bunyi plok-plok. Kepala hewan ini diikatkan pada kepala, kedua tangan penari menahan dan mengendalikannya. Dari dulu sampai sekarang nama dan bentuk jepaplokan tetap sama.
 
Tari Bantengan
 
Mulanya tidak ada bantengan dalam jaran dor, sekarang tari bantengan ditampilkan untuk menutup pertunjukan di mana penari menari dengan topeng kepala banteng.
 
Tukang Gambuh
 
Puncak penampilan semua penari di atas ada di tangan tukang gambuh atau yang dikenal dengan pawang. Sebelum tampil pawang harus membakar perapen atau kemenyan untuk mendatangkan perewangan. Pawang berdoa agar saat menampilkan perewangan jangan sampai ada gangguan. Pawang mendampingi penari beraksi dengang membawa cambuk yang berfungsi untuk memasukkan perewangan ke dalam diri penari juga untuk memulihkan kesadaran. Jumlah pawang dalam setiap pertunjukan biasanya bisa mencapai empat orang. Seorang pawang harus mampu seni bela diri dan memiliki keahlian tersendiri yang didapat dengan tirakat.
 
Saat ndadi (kesurupan), penari akan menuruti semua perintah pawang, dan seorang pawang mampu membaca seberapa besar kemampuan penari untuk ndadi, karena saat ndadi sudah menyangkut keselamatan penari juga para penonton. Sandingan khas yang di makan penari jaran dor maupun tari lainnya adalahdedak. Adapula bunga, rumput, dan pisang. Penari memakan barang berbahaya seperti beling, jika sebelumnya telah diminta penanggap.
 
Sesaji jaran dor ini seperti tikar baru dari pandan, sisir, kipas, beras, pisang satu tangkep (dua sisir), tampah, dedak, minyak wangi, beras kuning, kelapa utuh, ayam, dawet, kemenyan, kluwek, bumbu-bumbu dapur, dan masih banyak lagi. Jika kelengkapan sesaji tidak terpenuhi, maka akan sangat mengkhawatirkan penampilan jaran dor, khususnya saat ndadi.
 
Jaran dor saat ini banyak mengalami perubahan, baik alat musik, pakaian maupun tarinya. Ini terjadi karena ada kecenderungan permintaan masyarakat untuk menampilkan jaranan beserta musik dangdut dan campur sari. Sehinggan banyak mucul jaranan campur sari versi Jombangan yang berpengaruh pula pada penambahan alat musik seperti drum, keyboard, dan simbal.
 
Selain Yasmo di atas, beberapa orang yang masih bersetia dalam pelestarian seni jaran dor ini adalah Harjo Suyitno (pimpinan grup kudalumping Bunga Sejati, Mojowangi, Mojowarno), Subur (pawang grup kudalumping Turonggo Pudak Arum Pandanwangi, Desa Kwaron), Karsiadi atau Mbah Kempong (Pimpinan grup kudalumping Turonggo Cahaya Muda, di Sukomulyo, Blimbing, Gudo).
 
Sumber: http://sendangmade.blogspot.co.id/2012/05/kesenian-jaranan-dor-asli-kota-jombang.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Jembatan Plunyon Kalikuning
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...

avatar
Bernadetta Alice Caroline