Jaran Kencak adalah sebuah kesenian dari Lumajang, jawa Timur dengan menggunakan kelincahan seekor kuda yang di hias pakaian zirah perang khas jawa yang tersebar di Probolinggo, Jember, Banyuwangi, Bondowoso dan Tengger.
Pada Awalnya Jaran Kencak di sebut dengan jaran kepang meskipun bukan terbuat dari anyaman bambu, karena pada saat itu tahun 1775 kuda yang di kendarai rombongan dari Ponorogo hendak mengirimkan delegasi ke bali, untuk menjalin persaudaraan kerabat dan keturunan saudara Batara Kathong dari kerajaan Majapahit yang mengungsi ke bali serta membawa berita bahwa kesultanan Mataram terbagi menjadi dua keraton yakni Yogyakarta dan Surakarta setelah perjanjian Giyanti di tahun yang sama .
Namun ketika sampai di Lumajang, kuda yang di kenakan seragam zirah perang seperti di dalam pewayangan untuk dipersembahkan di bali memberontak kesana kemari dan menendang-nendang tiada henti melawan rombongan, hingga dibuat sebuah keputusan bahwa kuda dan beberapa penjaga untuk tetap tinggal di lumajang untuk menenangkan kuda, sedangkan rombongan Ponorogo tetap melanjutkan ke Bali.
Hingga akhirnya kuda yang memberontak menjadi tenang dan jinak kembali, warga sekitar yang melihat kuda dijinakan tersebut merasa terhibur, Sejak saat itu menjadi sebuah kesenian bernama Jaran Ngepang yang berarti kuda menendang, namun lebih dikenal dengan nama Jaran Kepang.
Pada tahun 1806, cakraningrat sampang memindahkan sebanyak 250.000 orang sampang madura ke pulau jawa bagian tapal kuda seperti Lumajang. Orang madura yang menjadi punduduk lumajang juga menggemari kesenian bernama jaran Kepang ini.
Karena seekor kuda dengan kostum perang khas pewayangan jawa bertarung berdiri menggunakan dua kaki dengan pawangnya, setelah kemerdekaan republik Indonesia jaran kepang lebih di kenal dengan jaran pencak dan menjadi Jaran Kencak yang dikenal hingga saat ini.
Ada dua jenis jaran kencak yang ada saat ini.
kuda yang di kenakan pakaian zirah yang minimalis bertarung dengan pendekar atau pawang, hingga di kalahkannya kuda tersebut. Di ilhami dari asal mula terjadinya jaran ngepang (sekarang, Jaran Kencak).
Munculyna reyog di lumajang dan Jember yang di bawa oleh orang ponorogo langsung pada tahun pada tahun 1922 mempengaruhi kembali pada jaran kencak. kalah populernya jaran kencak dengan banyaknya reog di lumajang yang sering pentas dan rekaman piringan VCD, pada tahun 2011 muncul inovasi kostum jaran kencak menyerupai reog ponorogo dengan berbagai macam pernak-pernik, rumbai-rumbai, untaian benang khas reog , kostum yang lebih besar dengan warna yang warna-warni dan bulu merak pada kuda untuk menarik perhatian seperti halnya reog.
Jenis jaran kencak hias ini tidak melakukan atraksi seperti jensi pencak yang melakukan berbagai gerakan tubuh pada kuda.
musik yang di gunakan pada jaran kencak di lumajang ada dua jenis, yakni :
1. Gamelan Reyog, dengan musik rancak khas Bali dan terompet bernadakan khas ponorogo.
2. Gamelan Saronen, dengan musik rancak khas Bali dan terompet bernadakan khas madura.
Pada iringan musik pertunjukan jaran kencak ini mengandung unsur tiga kebudayaan, yakni Jawa Ponorogo, Madra Pendalungan dan Bali. Mengingat Jaran Kencak pada awalnya adalah kuda perang yang digunakan delegasi Ponorogo ke Bali.
Jaran Kencak sering berkolaborasi dengan kesenian lain, seperti tari glipang hingga reog ponorogo. Jaran kencak sering digunakan untuk mengiringi khitan, pernikahan hingga karnaval pemerintahan hari jadi lumajang.
Saat ini jaran kencak bisa di jumpai di luar lumajang, bahkan orang madura yang setelah belajar jaran kencak membuat kesenian serupa dengan nama Jaran Serek di kota Sumenep.
Pada tahun 2015, Puput Tantriana Sari selaku Bupati Probolinggo mengirimkan pertunjukan jaran kencak jenis pencak dan hias ke Ponorogo dalam hari jadi kabupaten Ponorogo mewakili kota probolinggo.
1. Terjadinya Jaran Kencak pada tahun 1755 ketika rombongan dari Ponorogo dalam perjalanan ke Bali yang membawa kuda yang dihias sangat menarik mengamuk di Lumajang hingga akhirnya dapat dijinakan kembali dan menjadi pertunjukan.
2. Nama lain Jaran Kencak adalah Jaran Ngepang dan Jaran Pencak.
3. Imigrasi orang madura ke Lumajang pada tahun 1806 menambah keragaman kebudayaan Jaran Kencak.
4. Jaran Kencak di iringi musik yang memiliki nada unik multikultural seperti Jawa Ponorogo, Madura Pendalungan dan Bali.
5. Jaran Kencak Hias terjadi pada tahun 2011 yang merupakan inovasi seniman sehingga terlihat menarik dengan mengadopsi kebudayaan reog ponorogo. namun kuda tidak melakukan gerakan berdiri ataupun tidur, melainkan menari saja.
6. Jaran Kencak di lestarikan tidak hanya di Lumajang saja, melainkan juga dapat ditemukan di pegunungan oleh suku Jawa Tengger, serta di kota Jember, Bondowoso dan Banyuwangi.
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...