|
|
|
|
Janger Banyuwangi Tanggal 29 Dec 2018 oleh Sri sumarni. |
Janger adalah seni pertunjukan yang memiliki bentuk sangat unik. Berbagai gaya seni pertunjukan (Jawa dan Bali) mampu berkolaborasi secara utuh dalam kesenian tersebut. Tata gerak (tari), musik, serta busananya cenderung berorientasi pada etnik Bali. Demikian pula pada bentuk-bentuk gerak, busana dan instrumen musik pengiring beserta teknik tabuhnya. Gamelan Janger mendapat pengaruh dari gong kebyar Bali, yang dibawa oleh warga Bali yang bermigrasi ke Banyuwangi. Sedangkan yang diserap dari etnik Jawa adalah unsur bahasa, tembang, dan gaya pemanggungan serta pada dialog dan nyanyian. Unsur Banyuwangi tampak pada cerita yang disajikan, bahasa Using – khususnya dalam adegan, gerak-gerak tari, lagu-lagu daerah, dan instrumentasi musik. Juga pada adegan yang disebut pisowanan dimana ratu dimohon untuk menari dan menyanyi.
Seni Janger dianggap sebagai kesenian yang mampu menciptakan solidaritas antara penduduk asli dan pendatang dari berbagai wilayah, dan dianggap sebagai ungkapan kebersamaan masyarakat Banyuwangi tanpa mengingat lagi dari mana asal-usul mereka. Kesenian ini mengangkat cerita-cerita rakyat, legenda atau mitologi yang dipentaskan dalam beberapa babak dan adegan. Seni Janger tidak berawal dari kegiatan ritual tradisional maupun ritual keagamaan, melainkan lahir dari hasrat sekelompok anggota masyarakat untuk berkesenian. Mereka membutuhkan pertunjukan yang dapat dijadikan sebagai sarana hiburan, terutama untuk memeriahkan acara-acara tertentu dari peristiwa budaya, misalnya khitanan, pernikahan, buka giling pabrik gula, bersih desa, dan sebagainya.
Istilah “Janger” maupun Damarwulan (atau Damarulan, tanpa /w/) adalah sebutan yang sama-sama dipergunakan dan populer di kalangan masyarakat Banyuwangi. Disebut Damarwulan karena pada masa awal perkembangannya kesenian ini selalu menyajikan lakonlakon yang diangkat dari kronik kehidupan Damarwulan. Sejarah pertumbuhan janger dapat dikelompokkan ke dalam tiga fase perkembangan. Fase pertama atau fase awal, adalah masa ketika kesenian ini muncul pertama kali pada dekade kedua abad ke-20 hingga era perang kemerdekaan, ditandai oleh perubahan dari seni Ande-ande lumut menuju janger. Fase kedua berkisar antara tahun 1945–1965, ditandai oleh adanya sentuhan politik terhadap janger; dan fase ketiga berlangsung sejak tahun 1970 hingga saat ini, yang ditandai oleh menguatnya fungsi janger sebagai media hiburan.
Sumber : Buku Pentapan WBTB 2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |