Iyule Bare’ dan Penghormatan jenasah Bangsawan Sulawesi-Selatan
Oleh : Zulengka Tangallilia
*****
Kematian akan menghampiri semua makhluk yang bernyawa di muka bumi ini terutama manusia, baik cepat ataupun lambat pasti akan datang kapan dan dimana saja. Indonesia sebagai Bhineka Tungga Ika dimana memiliki 1.340 kelompok etnik atau suku bangsa (BPS. 2010) memiliki masing-masing cara yang unik dalam prosesi memakamkan sanak saudara yang telah meninggal dunia.
Tradisi pemakaman yang paling terkenal di Indonesia ada di Sulawesi-selatan tepatnya di Kabupaten Tana Toraja yang dikenal dengan nama Rambu Solo dimana pada saat jenasah akan di makamkan ke peristirahatan terakhirnya akan di gotong banyak orang sembari menggoyang-goyangkannya.
Dalam tradisi suku bugis, saat seorang yang dimuliakan seperti seorang Raja, Anakarung (Bangsawan), Panrita atau Anreguru (Ulama) terdapat satu hal yang khusus dalam membawah Jenasah ke tempat peristirahatan terakhinya, mereka akan ditandu dengan Iyule Bare’ dimana tandu itu akan digotong puluhan bahkan ratusan orang.
Iyule Bare’ adalah alat pengusung Jenasah orang yang dimuliakan atau menuju tempat peristirahatan terakhirnya (Kuburan) yang terbuat dari Bambu dan dibuat kerangka membentuk segi empat dengan Wala Suji bagian dalamnya. Saat di tandu menuju tempat peristirahatan terakhirnya, salah satu atau dua orang sanak keluarga terdekatnya seperti Istri, Anak, dan Cucunya memayungi Jenasa di atas tandu sembari sesekali melempar uang koin atau Benno dari Beras ke arah bawah sebagai bentuk sedekah.
Penggunaan Iyule Bare’ sebagai alat mengusung jenasah memiliki aturan tersendiri dalam penggunaanya, ini dapat kita liat dari susunan Wala Suji. Susunan Wala Suji ini masing-masing penggunaannya mengikuti tingkat status sosial Orang yang telah meninggal dunia. Seperti Contoh pada gambar 1.2 yang mana yang meninggal dunia adalah Prangkat Addituang Sidenreng (Sidrap) Arung Batuee H.A. Baharman. Bagian bawah Iyule Bare’ dibuat lebih lebar untuk nantinya memudahkan saat mengusung Jenasah oleh puluhan bahkan ratusan orang, Saat pembuatan Iyule Bare’ harus di korbankan hewan ternak seperti Kerbau ataupun Kambing dan setelah itu terdapat Patokka-Nya berupa ayam.
Penggunaan Iyule Bare’ sebagai pengusung Jenasah saat ini masih dilakukan di banyak Daerah di Sulawesi-Selatan yang di diami banyak suku Bugis. Seperti Bulukumba, Sinjai, Bone, Soppeng, Sidenreng Rappang, Luwu, dan beberapa daerah lainnya di Indonesia.
Bulukumba, 2 April 2016
Sumber :
Semua sumber Informasi tentang Iyule Bare’ adalah hasil wawancara orang-orang penggiat kebudayaan.
Terima Kasih Kepada :
Foto :
Ilustrasi Iyule Bare’ :
Zulengka Tangallilia dalam Iyule Bare’ dan Penghormatan jenasah Bangsawan Sulawesi-Selatan tahun 2016
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja