Istana Rokan terletak sekitar 159 kilometer dari Pekanbaru, Ibu Kota Provinsi Riau dan sekitar 69 Kilometer dari Pasir Pengaraian, Ibu kota Kabupaten Rohul, dan hanya 33 kilometer dari Kota Ujung Batu. Istana Rokan terletak tepatnya di Negeri atau Luhak Rokan IV Koto, kecamatan Rokan IV Koto, Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Istana ini di sebut juga dengan nama istana berukir naga karena hampir di setiap bagian sisi dari istana ini terdapat kayu yang berukiran gambar naga.
Diperkirakan, kerajaan Rokan sudah berdiri sejak abad ke 18, usai runtuhnya kerajaan Rokan Tua. Kini, Istana Rokan IV koto satu-satunya istana kerajaan yang tersisa di kabupaten Rohul. Kerajaan Rokan IV koto terletak berdampingan dengan Kerajaan Kunto Darussalam yang sama-sama terletak di kawasan Rokan Kiri. Sementara tiga kerajaan lainnya terletak di kawasan Rokan kanan, yakni kerajaan Tambusai, kerajaan Rambah, dan kerajaan Kepenuhan. Sementarara di kompleks istana empat kerajaan lainnya, yakni, Rambah, Kunto Darussalam, Tambusai dan Kepenuhan sudah hilang.
Istana ini terdiri dari dua tingkat. Pada tingkat pertama, merupakan ruang pertemuan raja serta beberapa kamar raja dan tingkat ke dua merupakan ruang pribadi raja. Dibagian depan lantai satu istana Rokan IV Koto ada empat buah jendela satu pintu, dan satu pintu masuk ruang istana yang berukuran besar. Sedangkan di samping kiri dan kanan, terdapat masing-masing satu jendela memiliki kain gorden berwarna kuning. Pada lantai dua yang lebih berukuran kecil ada tiga pintu jendela di bagian depan dan satu jendela di bagian samping. Penempatan dan struktur rumah tampak penuh estetika dan unik.
Keelokan kian dipadu dengan beranda istana dengan tiga tangga masuk. Dinding istana yang terbuat dari kayu dan di beri sentuhan cat berwarna kuning lembut dan kuning keemasan terang, yang merupakan perlambangan dari kemakmuran. Ada keagungan yang terpancar dari istana ini ketika memandangnya dari luar. Sementara arsitektur atapnya bersilang di bagian ujung dan lantai pada bagian bawahnya.
Di beranda ini terdapat enam tiang yang berbeda ukirannya. Empat tiang di beranda mewakili suku asli di Rokan IV Koto dan dua tiang lainnya melambangkan dua suku yang datang kemudian. Selain itu, beberapa bagian istana terdapat ukiran motif naga, kalajengking dan sulur-suluran. Ada juga cumonde yang dibuat dengan motif naga sedang mengarungi sungai lengkap dengan motif sulur-sulurannya. Di bagian dinding luar istana juga terdapat dua buah ukiran dangan motif naga yang melambangkan raja dan ratu kerajaan tersebut, ukiran juga terdapat pada tiang-tiang beranda serta disetiap bagian anak tangga menuju pintu masuk istana.
Kemudian, di dalam istana terdapat ruang pertemuan kerajaan. Di dalam ruang pertemuan tersebutlah Raja Rokan IV Koto menggelar pertemuan-pertemuan penting dengan kalangan-kalangan bangsawan, alim ulama dan tokoh adat. Di bagian dinding dalamnya dilapisi dengan kain tirai panjang berwarna kuning keemasan dan berbagai hiasan lainnya yang juga berwarna keemasan. Kemudian bagian dilangit-langit istana juga di lapisi kain yang berwarna hijau dan merah. Pada bagian lantai, terhampar tikar anyaman rotan.
Di bagian salah satu ujung rumah, terdapat singgasana Raja Rokan IV Koto. Singgasana ini terletak lebih tinggi dari lantai. Bagian singgasana yang empuk tersebut ada juga bantal-bantal untuk sandaran atau alas duduk bersulam emas. Disebelah kiri dan kanan singgasana, beberapa payung raja berwarna keemasan. Pada setiap ujung-ujung payung ada hiasan-hiasan keemasan. Warna kuning keemasan yang sangat dominan pada singgasana raja Rokan jelas memperlihatkan keagungan. Sedangkan di sebelah di sebelah kiri dan sebelah kanan dari singgasana raja, terdapat bantalan duduk memanjang dengan ketebalan sepuluh centimeter.
Tempat duduk tersebut diperuntukkan bagi kaum bangsawan, alim ulama, tokoh adat dan tamu yang datang berkunjung. Bagian dinding dalam istana juga terdapat ukiran dua naga yang sedang beradu. Dalam istana juga terdapat satu anak tangga untuk ke loteng tingkat pertama. Di loteng ini terdapat anak tangga kecil untuk naik ke tinggat kedua, yang merupakan tempat raja ada permaisuri beristirahat. Di bangunan depan istana terdapat rumah datuk bendahara kerajaan dan beberapa rumah adat pesukan.
Rumah yang disebut dengan rumah pagodaan dalam bahasa melayu Rokan ini sengaja dibangun untuk merefleksi suku-suku yang ada di kerajaan Rokan IV Koto diantaranya suku mais, suku modang, suku melayu, dan suku minangkabau. Kini rumah-rumah pada kompleks istana Rokan IV Koto tersebut masih ada yang didiami dan sebagian lainnya sudah kosong dan menjadi simbol pelengkap sejarah istana Rokan IV Koto. Selain rumah dan benda cagar alam lainnya, kompleks istana ini juga dilenggkapi beberapa makam raja IV koto dan para tetua suku yang tinggal di dalam kompleks istana Rokan IV Koto.
Sumber : Pemerintah Kab. Rokan Hulu
#OSKMITB2018
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.