|
|
|
|
![]() |
#SBM Sureq Galigo Tanggal 26 Jan 2016 oleh Suhidin . |
Dikisahkan dalam kitab Lagaligo, ada sebuah negeri diatas langit sana yang penuh kedamaian yaitu Bottilangi. Dirajai oleh To Palanroe yang akrab disapa Datu Patotoe anak dari La Rumpammega sedang gusar. Datu Patotoe mendapati ratusan ekor ayamnya tidak terurus. Rukelleng Poba, Rumang Makopang, Sangiang Pajung dan Balasanriwu yang bertugas untuk menjaga ayam rajanya rupanya tidak berada di Bottilangi. 4 saudara ini rupanya sedang mengunjungi kolong yang ada di Bottilangi. Sambil melihat apa saja yang ada di kolong tersebut 4 bersaudara ini berniat menyampaikan penglihatan mereka kepada sang raja. Maka berlarilah mereka kembali ke tempat tugas mereka, takut akan tugas mereka yang terbengkala. Tetapi, betapa terkejutnya mereka melihat sang Datu Patotoe sedang berdiri diantara ayam-ayam kesayangannya. Sembah sujud sambil memohon ampunan dari sang Datu Patotoe dilakukan 4 bersaudara ini. Karna belas kasih yang tak terbatas dari Datu Patotoe maka mereka diampuni. Dengan cepat 4 bersaudara ini langsung melaporkan keadaan di kolong Bottilangi. "Jika Perettiwi dibiarkan kosong melompong tak berpenghuni, maka pastilah tidak ada yang memuja Datu Patotoe sebagai Sang Dewa" tutur 4 bersaudara ini. Perettiwi merupakan daerah dari kolong Bottilangi yang kita sebut sekarang sebagai Bumi.
Mendengar hal itu Datu Patotoe pergi dan menyerahkan urusan ayamnya kepada 4 bersaudara itu. Dengan langkah yang semangat sang raja pergi ketempat ibundanya untuk meminta ijin serta restunya. Setelah itu sang raja bergegas mendatangi sang permaisurinya Datu Palinge, diiringi oleh aparat Wawolangi dan diarak oleh bangsawan tinggi Copokmeru. Sang raja datang untuk memohon sarannya. Maka berkumpullah mereka untuk membicarakan hal ini di Istana Agung Bottilangi yang berpetak 250 buah. Mereka berbincang akrab sambil meminum sirih dengan sarung kebesaran yang terbuat dari emas. Datu Palinge menyarankan untuk berembuk terlebih dahulu dengan saudara sang raja untuk rencana yang baik ini.
Atas saran istrinya maka Datu Patotoe mengutus Wawolangi serta prajuritnya untuk mengundang kelima saudara-saudarinya, sepupu-sepupunya dan kemenakannya. Undangan tersebut dimaksudkan untuk membahas siapakah yang akan turun ke Perettiwi menjadi manusia. Setelah empat undangan disebar kepada 4 saudara Datu Patotoe di empat penjuru maka tiba giliran saudari Datu Patotoe yang berada di Uruliyu mendapat undangan. Para Wawolangi dan prajurit turun ke Perettiwi, dibuatnya kilat dan petir yang gemuruh lalu hujan jatuh membasahi Perettiwi. Setelah redah semuanya makan turunlah mereka menggunakan 7 anak tangga pelangi. Sesampainya mereka langsung menuju pantai untuk turun ke dasar lautan, yaitu Uriliyu.
Sesampainya di Kerajaan Toddatoja Uriliyu, mereka disambut oleh saudari Datu Patotoe. Sinaung Toja dan suaminya Guru Riselleng menyambut gembira undangan tersebut dan berjanji akan datang. Setelah itu Wawolangi dan prajuritnya kembali ke Bottilangi dengan cara yang sama. Sementara di Bottilangi telah disampaikan undangan ke seluruh penduduk bahwa akan ada pertemuan para raja untuk membicarakan keputusan To Manurung yang pertama kalinya.
![]() |
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
![]() |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
![]() |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
![]() |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |