Setelah 7 malam dari waktu undangan disebar. Maka sampailah waktu dimana perundingan dimulai. Penduduk Bottilangi telah berkumpul bersama Datu Patotoe dan Datu Palinge. Tidak ketinggal ibundanya La Rumpammega. Saudaranya To Wakkaroda dari utara telah hadir. Dari timur tampak saudaranya Sangkamalewa datang bersama permaisurinya dengan iringan rombongan berjumlah 7000. Dari selatan tampak saudaranya dengan usungan kebesarannya, Sinrampatara dan permaisuri diiringi 3000 prajurit. Dari barat juga telah muncul saudaranya Sennebatara dan permaisurinya. Sementara situasi di Kerajaan Toddatoja masih dalam persiapan. Seluruh penduduknya berkumpul, termasuk daerah taklukan Guru Riselleng. Rombongan La Balaunyi, Popokarodd Baja-Bajae Riwutempongen dari laut seberang telah siap mengiringi sang penguasa Uriliyu. Dengan pakaian kebesaran Toddatoja, Sinaung Toja dan Rajanya Guru Riselleng siap berangkat. Bertahtakan emas Aballette, kalaru 65 di kedua sisi tangannya, lolak permata cincin, ikat pinggang Pucukgonratu, keris emas buatan Matasolo dan mahkota Busaempong berhiaskan bunga matahari dan mayang keemasan. Bersarung kebesaran bungawaru corak naga, berbaju sutra sulam emas yang berhiaskan bunga matahari pasangan dari dasar laut ini siap naik ke Bottilangi. Di perjalannya, ditemuinya banyak kemenakannya. Ada Balasanriwu dari wilayah Latenriwu sedang bertugas menyabing petir, menyulut kilat dan menyalakan api agar tangga pelangi dapat turun. Ada Ajitellino dari wilayah Mallageni sedang mengatur bintang-bintang. Dan tibalah mereka di Istana Agung Bottilangi. Melihat para undangan telah lengkap, Datu Patotoe memulai musyawarah penentuan siapa yang pantas turun di Perettiwi. "Berapakah putra dan puteri mu kakanda ?" Tanya Sinaung Toja pada Datu Patotoe. "Ada 9 putraku. Yang tertua adalah Batara Guru. Kemudian La Meggaji. Ajipalallo. Ajipalerung. Ajitellino. Sangiyangkapang. Dettiyaunru. Ajipawewang. Bataraunru Ajimangkau. Lalu engkau ?" Tanya Datu Patotoe pada Sinaung Toja. Dijawabnya "Ada 9 juga. Putri pertamaku We Nyiliktimo yang akan menjadi ratu di Toddatoja. Putraku Linrungtalaga Raja seluruh Uriliyu. Sangiyamparek calon Raja di Perettiwi. La Weroilek Raja Toddasolok. Dettialangi Raja Wuluwongeng. I La Samudda Raja Marawennang. La Werounru Raja dipinggir laut. Dan Raja di Lappitana" Maka keputusanpun diambil. Batara Guru putra Datu Patotoe akan turun dari langit dan We Nyiliktimo putri Sinaung Toja akan naik dari dasar laut untuk menetap di Perettiwi. Maka setelah tiba saatnya mereka di Perettiwi dan berubah menjadi manusia maka mereka telah berada didalam Alelino. Setelah To Manurung pertama disepakati. Merek berembuk akan keturunan mereka yang lainnya. Yang akan menjadi To Manurung kedua. Disepakati pula putra Sangkamalewa yaitu La Urumpessi Raja Sawammega dan putri To Wakkaroda yaitu We Padauleng yang akan hidup sebagai manusia di Alelino keturunan Bottilangi. Kedua To Manurung ini kelak akan dipersatukan dengan tali pernikahan.
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja