“Ya Tuhan, karuniakanlah kepada kami seorang anak, walaupun hanya berupa seekor udang!”
- “Bang! Kenapa anak kita seperti udang”“ tanya sang Istri heran.
- “Adik tidah usah heran. Bukankah kita pernah meminta seorang anak walaupun hanya berupa seekor udang” Rupanya Tuhan mengabulkan doa kita,” jawab sang Suami.
- “Iya, Bang! Adik ingat sekarang. Kita memang pernah berdoa seperti itu”“ kata sang Istri.
- “Alangkah bahagianya aku jika mempunyai istri yang cantik. Tapi, mungkinkah aku dapat menikah dengan putri raja dengan kondisiku seperti ini”“ tanya I Laurang dalam hati.
- “Ah, aku tidak boleh putus asa dan menyerah sebelum mencoba,” tambahnya dengan penuh semangat.
- “Ayah, Ibu! Sekarang ananda sudah dewasa. Ananda ingin berumah tangga dan mempunyai keturunan,” ungkap I Laurang.
- “Memang kamu mau menikah dengan siapa”“ tanya ibunya.
- “Ananda ingin menikah dengan putri raja, Bu,” jawab I Laurang.
- “Ha, dengan putri raja! Sungguh berat permintaanmu, Nak,” kata ayahnya dengan terkejut.
- “Benar, Nak! Mana mungkin raja berkenan menerimamu sebagai menantunya dengan kondisi tubuhmu seperti ini,” tambah ibunya.
- “Tapi, apa salahnya kita mencoba dulu, Bu. Bukankah putri raja itu ada tujuh orang dan cantik semua. Siapa tahu di antara mereka ada yang mau menikah denganku,” kata I Laurang mendesak kedua orang tuanya.
“Ampun Baginda, jika kami yang miskin ini sudah lancang masuk ke istana yang megah ini. Maksud kedatangan kami adalah ingin menyampaikan pinangan anak kami kepada salah seorang putri Baginda,” jelas ayah I Laurang sambil memberi hormat.
“Baiklah, kalau begitu! Aku akan menanyakan hal ini kepada tujuh putriku terlebih dahulu. Siapa di antara mereka yang bersedia menerima pinangan I Laurang,” kata Raja.
- “Wahai, Putri Sulung! Bersediakah engkau menikah dengan I Laurang”“ tanya Raja.
- “Maafkan Nanda, Ayah! Nanda tidak mau menikah dengan I Laurang. Masih banyak pangeran dan pemuda tampan yang sepadan dengan Nanda,” kata si Putri Sulung menolak pinangan I Laurang.
- “Ampun Ayahanda! Jika Ayahanda berkenan, Nanda bersedia menikah dengan I Laurang”.
- “Baiklah, Putriku! Ayahanda akan merestui kalian. Pesta pernikahan kalian akan kita langsungkan tiga hari lagi,” kata Raja.
- “Benarkah Raja menerima pinanganku, Ibu”“ tanya I Laurang seakan-akan tidak percaya mendengar berita itu.
- “Benar, Anakku! Putri bungsu Raja yang bersedia menikah denganmu,” jawab ibu I Laurang.
- “Waaah, ternyata kamu tampan dan gagah, Anakku!” seru ibunya dengan takjub sambil mengamati seluruh tubuh I Laurang dari ujung kaki hingga ke ujung rambut.
- “Putri Bungsu pasti akan senang sekali mempunyai suami setampan kamu, Nak,” ujar ayah I Laurang.
- “Siapa lelaki tampan yang berjalan di sampingmu itu”“ tanya salah seorang warga kepada ibu I Laurang.
- “Dia anakku, I Laurang, yang akan menikah dengan putri raja,” jawab ibu I Laurang.
- “Dinda! Abang akan pergi berdagang ke negeri seberang. Dinda harus berhati-hati terhadap kakak-kakak Dinda. Rupanya mereka iri hati dan ingin mencelakaiDinda. Oleh karena itu, ambil dan bawalah pinang dan telur ini ke manapun Dinda pergi,” ujar I Laurang kepada istrinya.
- “Baik, Kanda! Dinda akan selalu mengingat pesan Kanda,” jawab sang Putri Bungsu.
“Kak, hentikan! Kepalaku sudah pening dan peruktu mual. Hentikan...!!!” teriak si Putri Bungsu dengan ketakutan.
“Kuk kuruyuk...!!! Di manakah suamiku I Laurang” Bunga Putih nama perahunya!”
“Kuk kuruyuk...!!! Di manakah suamiku I Laurang”
“Aku I Laurang,” teriak lelaki tampan itu.
“Bang! Ini aku Putri Bungsu, istrimu,” kata ayam itu.
- “Sudahlah, Dinda! Mari kita kembali ke istana. Tentu ayahanda, ibunda, serta keenam kakakmu sudah lama menunggumu,” ujar I Laurang kepada istrinya.
- “Tapi, Bang! Bagaimana dengan keenam kakakku” Mereka pasti akan mencari cara lain untuk menyingkirkan Dinda, sehingga mereka bisa menikah dengan Abang,” kata si Putri Bungsu dengan perasaan cemas.
- “Dinda tidak usah khawatir. Abang mempunyai cara agar keenam kakak Dinda itu menjadi jera dan tidak akan mengganggu Dinda lagi,” ujar I Laurang menenangkan istrinya.
- “Bagaimana caranya, Bang”“ tanya si Putri Bungsu penasaran.
- “Dinda bersembunyi di dalam peti itu. Kemudian Abang memberi Dinda jarum besar. Jika ada yang memikul peti itu, maka tusuklah pundaknya,” jelas I Laurang.
- “Baik, Bang!” jawab si Putri Bungsu sambil mengangguk-angguk.
“Barangsiapa di antara kalian yang mampu memikul peti itu sampai ke istana, maka dialah yang akan menjadi istriku,” ujar I Laurang sambil menunjuk peti yang berisi Putri Bungsu.
“Oleh karena tidak seorang pun yang berhasil, maka kalian gagal menjadi istriku,” kata I Laurang dengan perasaan puas.
- “Pengawal! Buka peti itu!” seru I Laurang kepada salah seorang pengawal.
- “Baik, Tuan!” jawab pengawal itu.
Akhirnya, si Putri Bungsu pun diangkat menjadi Raja untuk menggantikan ayahnya, sedangkan keenam kakaknya menjadi pelayannya. Putri Sulung yang berlari ke arah pintu bertugas membuka dan menutup pintu; putri kedua dan ketiga yang berlari ke dapur bertugas memasak; putri keempat dan kelima yang berlari keluar istana bertugas menumbuk padi di lesung; dan putri keenam yang berlari ke dekat sumur bertugas mencuci.
Sumber: http://agathanicole.blogspot.com/2017/11/i-laurang-si-manusia-udang.html
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...