Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Sulawesi Utara Minahasa
Hikayat Pingkan dan Matindas
- 20 Juni 2012 - direvisi ke 3 oleh Oktavianishinta pada 20 Juni 2012

Cerita ini dimulai sekitar abad 17 dari daerah Tombuluk minahasa, dibagian dekat daerah tanahwangko yang namanya negri mandolang ( di daerah sekitaran kota manado sekarang). yang mengangkat tentang asal- usul minahasa, orang- orang minahasa, sifat- sifatnya, tatakramanya, pergaulannya, terlebih khusus penggambaran kasih setianya perempuan minahasa kepada suaminya (pasangannya). Dengan menokohkan leluhur minahasa seperti Pingkan, seorang wanita yang terkenal elok parasnya, anggun, peramah kepada semua orang, juga Matindas, adalah seorang Tuama minahasa yang berhasil manaklukkan hati pingkan, ia sangat penyabar, baik hati, suka menolong, pekerja keras tapi anak yatim piatu. Di antaranya juga ada tokoh- tokoh pembantu sepeti ibu pingkan, Rumengan ayah pingkan yang merupakn Tonaas (kepala pemerintahan) daerah Tanahwangkok, Raja Loloda Mokoagow, seorang raja Bolaangmongondow yang adil dan bijaksana, Sora seorang nelayan yang gila harta dan Rotulung tak lain adalah adik kandung dari Rumengan atau paman dari Pingkan sendiri.

Alkisah, ada seorang perempuan minahasa yang sangat dikagumi banyak orang karena memiliki kecantikan yang sangat luar biasa elok parasnya dan baik hati. Kecantikannya sudah terlihat sedari dia masih kanak- kanak sehingga waktu dewasa banyak pemuda yang ingin mempersuntingnya. Namanya adalah Pingkan. ketika pingkan masih berumur 12 tahun dia mengalami sakit keras, penyakit yang cukup sulit untuk di mengerti orang hingga sulit untuk di obati (gurumi). Lalu datanglah seorang pemuda dan menolongnya, dia tidak lain adalah Matindas.

Pada waktu orang tua pingkan melihat matindas, ada sesuatu yang lain dari diri pemuda itu dan yakin bahwa dia mampu menyembuhkan pingkan, ketika pingkan mulai sembuh takjublah mereka dan mengucapkan banyak terima kasih.Waktu terus berjalan, sehingga pingkan dan matindas mulai saling mengasihi dan akhirnya menikah. Satu hari, sebuah patung yang dibuat matindas yang menyerupai istrinya hilang dikarenakan ia pergi bernelayan. Dan sialnya lagi pada waktu itu bangsa mindanau yang dikenal perampok sedang menyerbu tanah minahasa bagian pesisir pantai sehingga matindas tertawan oleh mereka. Istrinya pingkan tidak mengetahui hal tersebut, ia berpikir suaminya pergi untuk mencari nafkah. Dengan sabar pingkan menunggu suaminya dengan sukacita, ia memang istri yang sangat baik, masyarakat sekitarpun senang akan pingkan karena kebaikan pingkan sudah dikenal oleh orang- orang banyak sedari pingkan kecil dulu. Matindas beruntung beristrikan pingkan, semakin hari cinta mereka semakin besar. Pingkan tidak pernah mengeluh oleh keadaan hidupnya bersama matindas, ia berkata matindas memang orang yang sangat miskin kerena latar belakang hidup matindas yang tidak mempunyai saudara dan sudah ditinggalkan oleh orang tuanya. Namun alasan itu tidak menyurutkan perasaan pingkan untuk hidup bersama- sama matindas didunia ini. "Kekayaan dan kemulian, boleh hilang sebentar saja, tetapi kasih sayang pingkan kepada matindas takkan hilang dirundung waktu. Tiada dengan matindas, pingkan serasa mati lekas.

Tanpa sepengetahuan pingkan, patung hilang yang mirip akan dirinya itu telah ditemukan oleh seorang nelayan. Patung itu telah diserahkan kepada seorang Raja dari bolaang mongondow yang bernama Loloda Mokoagow. Raja itu sangat tertarik dengan patung yang diterimanya, sampai- sampai istri- istrinyapun tidak dihiraukan lagi. Suatu ketika ia bermimpi tentang seorang wanita yang menyerupai patung itu, dan ia sangat terpesona dengan pingkan. Kemudian ia menyuruh perajurit- perajuritnya untuk mencari wanita itu. Setelah perajurit- perajurit raja itu menemukan pingkan, mereka membujuknya yang diwakili oleh seorang yang bernama Sora (penasihat Raja yang sangat gila harta) untuk menemui raja Loloda. Tapi sangat disayangkan pingkan tidak menghiraukan semua yang dikatakan oleh perajurit raja. Karena dia menanggap cinta tidak bias dibeli dengan uang, peristiwa inipun diceritakan pingkan kepada suaminya yang telah bebas dari tawanan dan dengan sangat beratnya pelarian diri dari bangsa mindanau itu. Matindas sangat terharu dan mengijinkan pingkan istrinya untuk memilih mana yang terbaik bagi dirinyadan mereka berdua. Tetapi pingkan tetap pada pendiriannya dan matindaslah yang terbaik bagi kehidupannya baik masa lalu, sekarang bahkan sampai selama- lamanya. Kemudian mereka pindah ke Maaron (daerah sekitar wilayah kema, Minahasa utara) dan disanalah mereka hidup bahagia dan matindas menjadi Tonaas disana.

(Ditulis oleh Chandra D. Rooroh, Sebuah Resensi Budaya tentang bagian asal usul dari bangsa Minahasa, yang di angkat dari buku novel yang berjudul "Bintang Minahasa, diterbikan Balai Pustaka pada dekade thn. 1920an Buah karya Seorang Tou Minahasa Hervesien. M. Taulu. Di bawah pengantar Tugas Sastra Indonesia oleh, Hilda Lokoniaty Olivia Pondaag, Siswi kelas III ilmu alami2 SMA N Tomohon. Aktris terbaik Festival Teater Rohani Pesta seni Remaja se-Sinode GMIM 2007)
http://chandra-dengah-rooroh.blogspot.com

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline