Cerita ini dimulai sekitar abad 17 dari daerah Tombuluk minahasa, dibagian dekat daerah tanahwangko yang namanya negri mandolang ( di daerah sekitaran kota manado sekarang). yang mengangkat tentang asal- usul minahasa, orang- orang minahasa, sifat- sifatnya, tatakramanya, pergaulannya, terlebih khusus penggambaran kasih setianya perempuan minahasa kepada suaminya (pasangannya). Dengan menokohkan leluhur minahasa seperti Pingkan, seorang wanita yang terkenal elok parasnya, anggun, peramah kepada semua orang, juga Matindas, adalah seorang Tuama minahasa yang berhasil manaklukkan hati pingkan, ia sangat penyabar, baik hati, suka menolong, pekerja keras tapi anak yatim piatu. Di antaranya juga ada tokoh- tokoh pembantu sepeti ibu pingkan, Rumengan ayah pingkan yang merupakn Tonaas (kepala pemerintahan) daerah Tanahwangkok, Raja Loloda Mokoagow, seorang raja Bolaangmongondow yang adil dan bijaksana, Sora seorang nelayan yang gila harta dan Rotulung tak lain adalah adik kandung dari Rumengan atau paman dari Pingkan sendiri.
Alkisah, ada seorang perempuan minahasa yang sangat dikagumi banyak orang karena memiliki kecantikan yang sangat luar biasa elok parasnya dan baik hati. Kecantikannya sudah terlihat sedari dia masih kanak- kanak sehingga waktu dewasa banyak pemuda yang ingin mempersuntingnya. Namanya adalah Pingkan. ketika pingkan masih berumur 12 tahun dia mengalami sakit keras, penyakit yang cukup sulit untuk di mengerti orang hingga sulit untuk di obati (gurumi). Lalu datanglah seorang pemuda dan menolongnya, dia tidak lain adalah Matindas.
Pada waktu orang tua pingkan melihat matindas, ada sesuatu yang lain dari diri pemuda itu dan yakin bahwa dia mampu menyembuhkan pingkan, ketika pingkan mulai sembuh takjublah mereka dan mengucapkan banyak terima kasih.Waktu terus berjalan, sehingga pingkan dan matindas mulai saling mengasihi dan akhirnya menikah. Satu hari, sebuah patung yang dibuat matindas yang menyerupai istrinya hilang dikarenakan ia pergi bernelayan. Dan sialnya lagi pada waktu itu bangsa mindanau yang dikenal perampok sedang menyerbu tanah minahasa bagian pesisir pantai sehingga matindas tertawan oleh mereka. Istrinya pingkan tidak mengetahui hal tersebut, ia berpikir suaminya pergi untuk mencari nafkah. Dengan sabar pingkan menunggu suaminya dengan sukacita, ia memang istri yang sangat baik, masyarakat sekitarpun senang akan pingkan karena kebaikan pingkan sudah dikenal oleh orang- orang banyak sedari pingkan kecil dulu. Matindas beruntung beristrikan pingkan, semakin hari cinta mereka semakin besar. Pingkan tidak pernah mengeluh oleh keadaan hidupnya bersama matindas, ia berkata matindas memang orang yang sangat miskin kerena latar belakang hidup matindas yang tidak mempunyai saudara dan sudah ditinggalkan oleh orang tuanya. Namun alasan itu tidak menyurutkan perasaan pingkan untuk hidup bersama- sama matindas didunia ini. "Kekayaan dan kemulian, boleh hilang sebentar saja, tetapi kasih sayang pingkan kepada matindas takkan hilang dirundung waktu. Tiada dengan matindas, pingkan serasa mati lekas.
Tanpa sepengetahuan pingkan, patung hilang yang mirip akan dirinya itu telah ditemukan oleh seorang nelayan. Patung itu telah diserahkan kepada seorang Raja dari bolaang mongondow yang bernama Loloda Mokoagow. Raja itu sangat tertarik dengan patung yang diterimanya, sampai- sampai istri- istrinyapun tidak dihiraukan lagi. Suatu ketika ia bermimpi tentang seorang wanita yang menyerupai patung itu, dan ia sangat terpesona dengan pingkan. Kemudian ia menyuruh perajurit- perajuritnya untuk mencari wanita itu. Setelah perajurit- perajurit raja itu menemukan pingkan, mereka membujuknya yang diwakili oleh seorang yang bernama Sora (penasihat Raja yang sangat gila harta) untuk menemui raja Loloda. Tapi sangat disayangkan pingkan tidak menghiraukan semua yang dikatakan oleh perajurit raja. Karena dia menanggap cinta tidak bias dibeli dengan uang, peristiwa inipun diceritakan pingkan kepada suaminya yang telah bebas dari tawanan dan dengan sangat beratnya pelarian diri dari bangsa mindanau itu. Matindas sangat terharu dan mengijinkan pingkan istrinya untuk memilih mana yang terbaik bagi dirinyadan mereka berdua. Tetapi pingkan tetap pada pendiriannya dan matindaslah yang terbaik bagi kehidupannya baik masa lalu, sekarang bahkan sampai selama- lamanya. Kemudian mereka pindah ke Maaron (daerah sekitar wilayah kema, Minahasa utara) dan disanalah mereka hidup bahagia dan matindas menjadi Tonaas disana.
(Ditulis oleh Chandra D. Rooroh, Sebuah Resensi Budaya tentang bagian asal usul dari bangsa Minahasa, yang di angkat dari buku novel yang berjudul "Bintang Minahasa, diterbikan Balai Pustaka pada dekade thn. 1920an Buah karya Seorang Tou Minahasa Hervesien. M. Taulu. Di bawah pengantar Tugas Sastra Indonesia oleh, Hilda Lokoniaty Olivia Pondaag, Siswi kelas III ilmu alami2 SMA N Tomohon. Aktris terbaik Festival Teater Rohani Pesta seni Remaja se-Sinode GMIM 2007)
http://chandra-dengah-rooroh.blogspot.com
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.