Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat DKI Jakarta DKI Jakarta
Hasan Jagoan Mampang
- 27 Desember 2018

Hasan anak Tabrani. Emak Hasan bernama Zainab. Mereka tinggal di Kramatjati, hidup miskin. Waktu Hasan berumur 3 tahun, emaknya meninggal. Hasan kemudian ikut neneknya, Ibu Tabrani. Umur 5 tahun Hasan kembali ke bapanya, yang sudah kawin lagi. Emak tirinya memperlakukan Hasan semaunya, suka memukul. Tatkala umur 10 tahun Hasan bertanya kepada bapanya: Siapa sebenarnya ibu kandungnya.

Jawab ayahnya, ibu Hasan telah meninggal. Semula emaknya itu berasal dari Mampang. "Engkong dan nenekmu masih ada di Mampang. Engkongmu namanya Bisri dan onangmu Saonah." Dua hari kemudian Hasan pergi meninggalkan rumah menuju Mampang, rumah kakek dan neneknya. Di Mampang ia tinggal bersama engkong dan onangnya. Penghidupan Pak Bisri (engkong Hasan) mengerjakan tanahnya yang hanya 2 petak dan punya seekor lembu.

Setelah Hasan dewasa ia sadar bahwa kehidupan orang-orang yang tinggal di daerah Mampang itu ditindas oleh tuan tanah bangsa Cina bernama Lie Ceng Hun, yang senantiasa menarik pungutan semacam pajak. Tidak hanya kakeknya saja yang diperas, orang lainpun diharuskan pula menyetor sebahagian hasil panennya kepada Cina tuan tanah itu, bahkan hasil kebun dan ternaknya pun harus disetorkan pula. Hasan merasa tidak rela menghadapi nasib orang-orang di Mampang itu.

Ia pamit kepada engkong dan orangnya pergi ke Bogor, belajar ilmu beladiri. Kepergian Hasan menjadikan kakeknya jatuh sakit akhirnya meninggal. sawah dan sapinya dijual untuk biaya penguburan kakeknya. Selang 2 tahun Hasan datang lagi. Kakeknya telah meninggal, tinggal neneknya hidup seorang diri dalam keadaan sangat miskin, hidup dari berjualan.

Hasan berkata kepada neneknya: "Orang, gua mau pergi ke sawah".

Jawab onangnya : Sawah San? Emang lu belon tau?"

Belon nang."

"Gini San, sawah engkong lu telah diminta itu tuh. Tuan tanah Babah Lie Ceng Hun." Dulu dia bilang mau bayar, tapi ampe sekarang belon juga dibayar juga. Dasar Cina penipu. Kita kagak bisa berbuat ape-ape, San. Kalo kita datang kerumahnya minta bayaran, gue bisa jadi "bangke" dilempar kali Krukut."

Dendam Hasan makin meluap.

Pada waktu malam, Hasan bersama teman-temannya berlatih bela diri, yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, takut dikira akan membangkang Belanda.

Suatu hari Hasan berpapasan dengan rombongan anak tuan tanah : Lie Ceng Yan, bersama centeng-centengnya. Tiba-tiba Hasan dibentak :

"Lu monyet atau kambing, kagak tau hormat, ini kan rombongan tuan besar!"

"Tuan besar? jawab Hasan melongo.

"He dasar lu bintang, kalo belon dipukul belon mau minggir."

Centeng-centeng bermaksud mengeroyok Hasan, tetapi selalu dapat ditangkis. Hasan menghindarinya.

Malam harinya Hasan berunding dengan kawan-kawannya, tindakan apakah yang sebaiknya dilakukan.

Di Mampang Pela (h), Salbiyah menjadi gadis pujaan para pemuda. Hasan mencintai Salbiyah, Salbiyah mengimbangi cinta Hasan.

Bedo, pemuda yang menaruh hati kepada Salbiyah, mendendam kepada Hasan, karena merasa disaingi.

Tatkala Hasan bermaksud singgah di rumah Salbiyah, didengarnya Salbiyah menjerit minta tolong. Ia akan diperkosa cina muda Lie Ceng Yan, dibantu oleh centeng-centeng.

Dengan sekali dobrak pintu Hasan dapat memukul Cina itu, ditendang keluar. Bedo dan seorang centeng kena pukulan Hasan pula.

"He, lu bertiga kalo ganggu Yayah lagi awas luh ! Gue bikin mampus!"

Cina Lie Ceng Yang menyuruh centeng-centengnya mengadakan pembalasan kepada Hasan. Hasan dikerubut centeng-centeng, tapi centeng-centeng kewalahan, melarikan diri.

Para centeng membuat siasat memfitnah Hasan. Bedo disuruh merampok Babah Lie Ceng Hun. Centeng tidak mampu menghalangi. Sudah itu lapor kepada Belanda, bahwa yang merampok Hasan. Hasan ditangkap, lantas dilepaskan lagi karena tidak terbukti salah. Dia diberi sangsi harus dapat menangkap perampoknya. Hasan dan teman-temannya menggerebeg rumah Bedo. Bedo ditangkap dan mengakui perbuatan jahatnya. Bedo dan teman-temannya dihukum. Hasan usul kepada pemerintah agar tuan tanah jangan bersikap sewenang-wenang kepada rakyat setempat. Usul Hasan diterima. Rakyat Mampang menyambut gembira.

 

 

Sumber : Cerita Rakyat Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline