×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Perayaan

Provinsi

Jawa Tengah

Asal Daerah

Surakarta

Grebeg Sudiro

Tanggal 07 Aug 2018 oleh OSKM18_16418083_Lucky Bagas Sri Hartono.

 

Grebeg Sudiro pertama kali diadakan pada tahun 2007 dan biasanya pada bulan Januari atau Februari tepatnya 7 hari menjelang perayaan hari raya Imlek(Tahun Baru Cina). Tema yang dibuat setiap tahun selalu berbeda tetapi inti tema selalu tentang kebhinekaan. Perayaan grebek kebetulan selalu dirayakan menjelang tahun baru Imlek, kebetulan juga kampung Sudiroprajan terkenal dengan kampung pembauran yang mana penduduknya terdiri atas etnis Tionghoa dan Jawa. Maka dari itulah perayaan ini dinamakan sebagai Grebeg Sudiro.

 

Grebeg Sudiro sendiri bertujuan juga untuk mengangkat kebudayaan Jawa dan Tionghoa. Sebelum diadakannya grebeg, biasanya aka nada pra event yang namanya Umbul Mantram. Umbul Mantram adalah acara sakral yang dilakukan oleh penduduk Sudiroprajan sendiri. Umbul Mantram bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan YME. Umbul Mantram biasanya mengelilingi kampung Sudiroprajan dengan membawa dua jodang(gunungan) yaitu jodang wadon dan jodang lanang.

 

Jodang dalam bahasa Indonesia bisa berarti kotak panjang yang digunakan untuk tempat makanan atau tempat untuk pinangan dan biasanya dipikul oleh dua orang. Salah satu jodang berisi makanan khas kampung Sudiroprajan seperti kue moho, janggelut, gembukan, onde-onde dll. Sedangkan jodang yang satunya berisi hasil bumi seperti palawija, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Biasanya Umbul Mantram dilaksanakan pada malam Jum’at dengan dibarengi pagelaran wayang kulit, wayang beber, dan ketoprak yang bersifat kesenian tradisional.

 

Grebeg Sudiro biasanya dilanjutkan dengan acara atraksi yang dilaksanakan pada hari Minggu siang, yaitu liong barongsai, gunungan kue keranjang, gunungan kuliner khas Sudiroprajan dan biasanya ada tambahan atraksi dari kampung lain. Arak-arakan jodang(gunungan) akan berhenti di kelenteng Tien Kok Sie di depan Pasar Gede. Puncaknya adalah merebutkan gunungan itu yang mana dalam perebutan itu ada falsafahnya yaitu ‘ora baba hora mamah’ artinya kalua tidak bekerja tidak akan mendapat makan. Perayaan grebeg berakhir dengan penyalaan lentera dan lampion yang berbentuk teko yang digantung di batas gerbang Pasar Gede.

 

Sumber : keluarga di Surakarta

 

#OSKMITB2018

 

 

 

 

http://pariwisatasolo.surakarta.go.id/node/467

DISKUSI


TERBARU


Budaya Begalan...

Oleh Aniasalsabila | 12 Sep 2024.
Budaya Begalan

Budaya Begalan merupakan salah satu tradisi adat yang masih dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat di wilayah Banyumas, termasuk di Kabupaten Cilaca...

Seni Pertunjuka...

Oleh Radhityamahdy | 02 Sep 2024.
budaya

Seni pertunjukan wayang kulit merupakan salah satu bentuk teater tradisional yang kaya akan nilai budaya dan artistik. Berakar dari kebudayaan Jawa,...

Ting-Ting Tempe

Oleh Deni Andrian | 29 Aug 2024.
Camilan

Bahan-bahan : 250 gram Tempe 150 gram gula pasir 1 sdt margarin 1 sdt sprinkles untuk topping (optional) Cara Membuat: Potong2 tempe dgn ukur...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...