Terbuat dari daun kelapa yang muda, atau daun silar yang muda. Bentuk: Persegi, dan adapula yang bulat atau bulat panjang.
Warna: Sesuai warna bahan yang dipakai (hijau). Tidak diketahui secara pasti mengapa alat ini dinamakan gonde, tetapi akhir-akhir ini nama / kata gonde ini, dikenal sebagai istilah dikalangan remaja, utamanya dikalangan remaja dengan arti lain yakni: gonde yang artikan pacar. Nogonde = berpacaran.
Cara pembuatannya
Sebelumnya, terlebih dahulu memilih daun kelapa muda/ daun silar muda yang dan panjang, sebanyak 2 (dua) daun. Lidinya dikeluarkan, sehingga tiap daun menghasilkan 2 (dua) helai, berarti 2 (dua) daun akan mendapatkan 4 (empat) helai. Pada bagian ujung yang kecil dipertemukan, lalu digulung dan kemudian helai-helai daun itu dipisah-pisahkan (diurai) saling tindis dan dibentuk sesuai bentuk yang dinginkan pembuat. Helai satu ditindis oleh helai dua, dan helai dua ditindis oleh helai ketiga dan helai ketiga tindis oleh helai ke empat, sambil membentuk persegi atau bulat. Singkatnya helai-helai itu saling bersilang (saling masuk satu dengan yang lain). Sebagai dasar ukuran keserasian bentuk adalah ujung yang kecil tadi tetap berada di tengah yang dikelilingi secara silang dari helai-helai daun yang besar, sehingga ujung yang kecil tadi tetap muncul sebagai hiasan setelah gonde selesai dibuat. Ujung daun yang besar, setelah selesai disilang-silang akhirnya dikunci dengan cara memasukkan pada bagian yang sudah disilang (diurai), sehingga tidak kelihatan ujungnya. Alat permainan ini masih tetap dibuat oleh orang, tetapi bukan merupakan pengrajin khusus, sebab hampir semua orang baik orang tua, dewasa bahkan anak-anak dapat membuatnya. Pembuatan alat permainan gonde ini biasanya muncul apabila sekitarnya terdapat musim panjat kelapa, atau ada kelapa yang ditebang/ tubuh. Biasanya untuk membulatkan gonde ini, digunakan batu kecil ibu jari kaki anak, pada bagian tengahnya, yang saat mulai membuatnya telah dibungkus oleh daun-daun itu sendiri.
Fungsi
Alat permainan ini mempunyai fungsi untuk digunakan pada permainan nokaba dan permainan lempar-lemparan yang dalam perkembangannya dipakai dalam permainan kasti sebagai bola. Kadang-kadang pula oleh anak laki-laki dipakai sebagai bola kaki. Dengan demikian permainan ini dapat mempererat hubungan pergaulan antar sesama pemainnya, dan juga dapat melatih keterampilan para pemainnya. Pada mulanya fungsi utama alat permainan ini adalah dipakai untuk nokaba, dan penggunaan lainnya adalah sebagai perkembangannya.
Cara memainkan
Cara memainkan alat ini dalam permainan, yakni disamping alat itu sendiri, juga ada pelengkap lainnya, batu, atau sebangsa kelereng (garata bahasa Kaili). Jumlah pemain 2 (dua) orang atau 4 (empat) yang berpasangan masing-masing menyiapkan batu atau garata sebanyak 10 biji. Sebelum permainan ini dimulai, terlebih dahulu diadakan undian (sut), yang menang sut (undi) pertama kali melakukan permainan. Mula-mula biji batu atau garata dihambur tidak terlalu luas daerahnya, kemudian gonde tadi dibuang ke atas sejajar dengan biji yang dihambur tadi.
Di saat gonde berada diatas tangan yang membuang gonde tadi mengambil biji satu sampai diulangi biji-biji itu habis. Apabila tidak terjadi kesalahan maka pemain pertama dianggap menang. Tahap pertama biji-biji tadi diambil satu persatu, dan tahap berikutnya dua-dua sampai tiga-tiga sekali kumpul pada waktu gonde berada diudara. Pada saat itu diperlukan ketangkasan/ keterampilan jarai-jari tangan dan perhitungan waktu selama bola berada diudara dan waktu mengumpulkan biji-biji itu satu-satu, atau dua-dua dan seterusnya.
Pemain dapat diganti apabila melakukan kesalahan seperti gonde tidak dapat ditangkap atau menyentuh biji-biji sesuai tehapan-tahapan pemain. Permainan ini tidak memerlukan lapangan yang luas, cukup 1 meter persegi sampai 1 1/2 meter persegi. Pemain-pemain duduk berhadapan sambil bersila atau melipat kaki kebelakang. Permainan ini hanya dimainkan oleh anak perempuan saja yang berumur 7 – 13 tahun, karena anak laki-laki disebut nalenda (banci). Dimainkan pada sore hari di rumah atau di tanah.
Persebaran
Permainan ini cukup luas, hampir setiap desa di Tanah Kaili, anak-anak perempuan dapat memainkannya dengan menggunakan gonde. Akhir-akhir ini permainan tetap ada, tetapi telah menggunakan bola tenes, dan semakin bertambah variasi permainannya.
Source: http://telukpalu.com/2007/12/gonde/
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.