Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah
Gelar (GOLAR) Adat Dalam Adat Dayak Pesaguan, Tumbang Titi
- 24 Juli 2018

Saat ini begitu banyak orang-orang di sosmed (Sosial media) yang menyebut-nyebut dirinya sebagai “Panglima Dayak” – memberikan gelar temanggung, damang dengan secara seenaknya saja, mentang-mentang bertatoo, berbusana tulang belulang, pamer aksi kebal dll. Beberapa mengakui gelar itu hanyalah sebagai nama panggung biar eksis. Bahkan saat ini lembaga-lembaga Adat Dayak “sah” dengan mudah dan gampang memberikan gelar-gelar adat hanya karena seseorang tersebut adalah pejabat Negara, orang yang memiliki uang dan kekuasaan, karena orang tersebut artis dll. Namun bagaimana sebenarnya gelar atau golar adat Dayak itu digunakan?

Kali ini kita kana melihat system gelar dalam masyarakat Suku Dayak Pesaguan. Yang secara garis besar juga memiliki kesamaan dengan adat Dayak yang lain pada umumnya.

Perlu diketahui terlebih dahulu struktur social yang ada dalam masyarakat Dayak Pesaguan, terdiri atas dua golongan:

  1. Golongan Damong (Bangsawan) Golongan ini adalah orang-orang yang memegang kekuasaan baik yang menyangkut pemerintahan maupun yang menyangkut adat istiadat terutama tentang adat kedemongan
  2. Golongan Lawang Tangga’ (Masyarakat biasa)

Seseorang yang berhak menjadi seorang pemuka kampung (Damong) maka ia akan diberi “Pesalin” . Pesalin adalah pemberian “gelar adat” kepada mereka yang berjasa pada kampung halaman dan masyarakat atau dalam istilah bahasa adatnya “URANG BORAS MENGANTANG MANUK MENALI”.

Gelaran dalam masyarakat Dayak Pesaguan mempunyai makna yang mendalam. Setiap orang yang sudah dewasa dan memiliki peran dalam masyarakat akan diberi gelar yang sesuai dengan keberadaan dan perannya. Namun tidak semua orang boleh seenaknya memberikan GOLAR (gelar) kepada orang lain walaupun oleh seorang domang sekalipun, karena ada syarat-syarat tertentu seorang domang bisa memberikan gelar atau memesalin. Gelar ini diberikan oleh domong bersama betara’ dan balian. Persyaratan bagi domong , betara’ dan balian dalam memberikan gelar adalah apabila domong tersebut telah mendapatkan pengukuhan MAUNJANG PASALIN, BALOPAS BALAYANG bagi balian dan dipasalin bagi betara’.

Pemberian pasalin mempunyai maksud memberikan wewenang kepada orang yang bersangkutan untuk dapat berbicara serta membina dan menegakan hokum adat terutama dalam persidangan adat. Dengan demikian seseorang untuk dapat berbicara didalam forum majelis adat harus lebih dahulu diberi pesalin dan telah bergelar yang menunjukan strata social dalam masyarakat.

Orang yang diberi gelar tidak saja hanya kepada orang yang sudah berkeluarga, namun bahkan kepada orang yang masih berstatus bujangan bilamana ada pertimbangan-pertimbangan tertentu. Dalam pemberian gelar ini biasanya selalu diikuti atau disesuaikan dengan keberadaan atau peranan orang tersebut dalam masyarakat seperti URANG KAYA-TIHANG NEGARA yang diberikan kepada seseorang yang bertugas sebagai penegak hukum atau keamanan Negara. Adapun pemberian pesalin itu dilakukan pada saat suatu upacara adat yang cukup besar, kadangkala pada saat diadakan upacara perkawinan, kebaruan/nyapat tahun (tentebusan) ataupun dalam upacara tersendiri.

Dalam upacara pemberian pesalin / gelar ini terlebih dahulu pemuka Adat Dayak Pesaguan akan memusyawarahkannya kepada masyarakat dan disesuaikan dengan jasa-jasa yang menerima pesalin. Pesalin dilakukan secara ritual dan sebagai puncak persetujuan bila tajau diangkat diatas kepala dan dikelilingkan dan oleh pemuka ditanyakan setuju atau tidak, dan bila dijawab SETUJU maka sah-lah dia memegang gelar tersebut. Setelah acara selesai tajau pesalin bisa diambil oleh orang yang dipesalin asalkan mengadakan pesat pengambilan “tajau pesalin”.

Beberapa gelar dalam masyarakat Dayak Pesaguan yang diurutkan dari yang paling tinggi:

  1. Cendaga
  2. Mas Cendaga
  3. Dur / Gurmala
  4. Orang Kaya
  5. Kenduruhan
  6. Mas Kenduruhan
  7. Petinggi / Ganda
  8. Senapati
  9. Patih
  10. Patih Agung
  11. Temenggung
  12. Rakyat biasa / belum ada gelar

 

Sumber: https://folksofdayak.wordpress.com/2017/10/18/gelar-golar-adat-dalam-adat-dayak-pesaguan-tumbang-titi/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Jembatan Plunyon Kalikuning
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...

avatar
Bernadetta Alice Caroline