×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Seni drama dan pertunjukan

Elemen Budaya

Seni Pertunjukan

Provinsi

Jawa Barat

Asal Daerah

Sukabumi

Gekbreng

Tanggal 10 Mar 2016 oleh Farizalex .

Gekbreng (Teater Tradisional Jawa Barat)

 
Sukabumi adalah salah satu kebupaten yang ada di Jawa Barat. Di sana ada teater khas yang bernama “Gekbreng”. Kesenian yang berupa drama tari ini bersifat humor yang menceritakan tentang kehidupan masyarakat sehari-hari. Nama gekbreng itu sendiri merupakan gabungan dari dua kata, yaitu “gek” dan “breng” yang artinya “duduk seketika”. Dengan demikian, gekbreng dapat diartikan ketika seseorang duduk, saat itu pula riuh rendah bunyi gamelan memulai aksi pementasan. Kesenian gekbreng diciptakan oleh Abah Ba’i pada tahun 1918, setelah tamat berguru pada seorang seniman longser yang bernama Abah Emod alias Abah Soang di Kampung Situ Gentang Ranji, Sukabumi.

Konon, kesenian ini timbul dari reaksi masyarakat atas ketidak-adilan yang dilakukan oleh para penguasa waktu itu. Dengan daya kekreatifannya, Abah Ba’i menangkap keluhan-keluhan masyarakat terhadap penguasa itu dan meramunya menjadi suatu bentuk drama tari yang bersifat humor yang kemudian disebut gekbreng. Jadi, dahulu gekbreng adalah suatu kesenian yang bertujuan untuk mengingatkan para penguasa melalui sindiran-sindiran halus yang disampaikan dengan gaya humor agar jangan terlalu sewenang-wenang dalam menggunakan kekuasaannya.

Peralatan, Tempat dan Busana
Peralatan musik yang digunakan untuk mengiring pertunjukan gekbreng adalah seperangkat gamelan berlaras selendro yang terdiri dari: (1) kendang; (2) terompet; (3) ketuk tilu; (4) rebab; (5) rincik; dan (6) gong.

Pertunjukan gekbreng biasanya diadakan di tempat terbuka atau tempat yang agak luas, seperti pendopo atau halaman rumah. Para penontonnya duduk berkeliling membentuk huruf U atau tapal luda. Demikian pula mengenai dekorasi panggungnya, terkesan cukup seadanya dan bahkan bersifat abstrak imajiner. Pertunjukan teater rakyat ini dapat dilakukan pada siang maupun malam hari. Pada malam hari, sebagai pencahayaan dipergunakan obor tradisional bersumbu tiga yang disebut oncor.

Busana yang dipakai oleh para pemain gekbreng dibagi menjadi dua bagian, yaitu busana penari keplok cendol dan busana penari ketuk tilu. Penari keplok cendol mengenakan busana kebaya lengan pendek, kain batik dan selendang. Sedangkan, penari ketul tilu mengenakan busana kebaya lengan pendek, kain batik, celana pangsi, dan selendang yang kadang-kadang dililitkan di pinggang. Sementara itu, busana yang dikenakan oleh para pemain lainnya adalah busana yang biasa dikenakannya sehari-hari, yaitu baju atau kaos oblong dan celana panjang.

Pertunjukan Gekbreng
Oleh karena yang menciptakan adalah seorang seniman longser, maka pertunjukan gekbreng bentuknya mendekati kesenian longser. Pertunjukan gekbreng diawali dengan tatalu (overtur tradisional) dan kemudian berlanjut dengan wawayangan, yaitu penampilan tari awal yang dilakukan oleh semua pemain wanita (ronggeng). Setelah wawayangan, disusul dengan penampilan tari keplok cendol yang biasanya dibawakan oleh primadona panggung.

Pada akhir keplok cendol akan muncul beberapa orang pelawak dalam arena yang menggoyang senyum dan tawa penonton. Para pelawak ini tidak hanya sekedar melawak, tetapi juga memainkan tarian ketuk tilu atau jenis tarian lainnya yang berakar pada gerakan-gerakan pencak silat. Kemudian dimulailah babak-babak lakon pendek yang berselang-seling dengan adegan-adegan lawakan. Pada pertengahan lakon ada suatu babak khusus yang menampilkan penari-penari wanita untuk memasuki kerumunan penonton sambil nyarayudu, yaitu menadahkan alat apa saja (lazimnya kenong yang mirip cawan), meminta uang saweran secara sukarela dari para penonton. Sambil menyawer biasanya para penonton ikut menari (ngibing) bersama para penari wanita itu secara bergiliran. Saat menari ini para pemain akan diiringi lagu-lagu yang juga biasanya dikumandangkan dalam kesenian longser, yaitu: gonjing, kidung, buah kawung, goreng, serendet, macan ucul, jiro, bendrong petiti, sapu nyerepegat simpai. Setelah acara nyawer, kemudian babak lakon dilanjutkan kembali hingga berakhirnya pertunjukan

 

DISKUSI


TERBARU


Ulos Jugia

Oleh Zendratoteam | 14 Dec 2024.
Ulos

ULOS JUGIA Ulos Jugia disebut juga sebagai " Ulos na so ra pipot " atau pinunsaan. Biasanya adalah ulos "Homitan" yang disimp...

Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...