|
|
|
|
Gasiang Tanggal 25 Dec 2014 oleh Oase . |
Gasiang adalah salah satu bentuk permainan rakyat yang bersifat tradisional yang telah dikenal secara luas di seluruh pelosok Nusantara. Semua daerah yang ada di wilayah Kepulauan Indonesia umumnya memiliki permainan ini. Itulah sebabnya, bangsa Indonesia yang masyarakatnya multietnik, terdiri dari berbagai suku bangsa mengenal berbagi jenis permainan gasiang.
Permainan gasiang dalam bahasa Minangkabau atau gasing dalam Bahasa Indonesia umumnya dimainkan pada waktu sore hari. Gasiang yaitu alat permainan yang terbuat dari kayu dan dapat diputarkan dengan tali. Jumlah pemain gasiang minimal 2 orang, dimainkan oleh anak laki-laki berusia antara 6 tahun – 14 tahun. Permainan ini dilakukan di pekarangan rumah.
Gasiang termasuk permainan yang berlangsung secara musiman dan dilakukan secara periodik atau pada waktu-waktu tertentu. Artinya dalam satu periode bisa bertahan selama satu bulan atau lebih dan sesudah itu tidak dimainkan lagi, sama saja dengan musim layang-layang. Tapi pada waktu dan peristiwa main itu muncul kembali, hampir serempak anak-anak memainkannya, setelah diselingi dengan permainan dalam bentuk yang lain.
Di daerah Sumatera Barat terdapat berbagai macam bentuk gasiang yakni:
Permainan gasiang dapat dilakukan di lapangan atau halaman yang tidak berbatu dan tidak berumput. Sebelum permainan dimulai lebih dulu dibuat lingkaran yang luasnya 30 cm dan dalam lingkaran tersebut diletakkan sebuah kerikil atau putik jambu. Semua peserta harus melemparkan gasiangnya ke sasaran putik jambu atau batu kerikil dan barang siapa yang dapat mengeluarkan putik jambu tersebut maka dia dinyatakan menang. Para pemain yang lain harus meletakkan gasiangnya ke dalam lingkaran dan si pemenang menghantamkan gasiangnya ke arah tumpukan gasiang tersebut. Gasiang siapa yang tidak ke luar dari sejumlah gasiang yang ada dalam lingkaran itu maka gasiang yang tinggal itu harus dihantam secara bersama-sama. Biasanya setelah main anak-anak tersebut akan meneliti gasiang mereka; gasiang siapa yang paling banyak kena jejak paku lawan maka dia dianggap kalah.
Ada juga sistem lain untuk menentukan kalah menangnya permainan gasiang yaitu lama hidupnya atau lama berputarnya gasiang dalam satu kali lemparan.
Salah satu keuntungan dari sifat rekreatif, kompetitif permainan ini adalah mendidik anak-anak hidup bermasyarakat sambil menjalin hubungan kerja sama antar sesamanya. Disamping itu juga mereka secara tidak langsung diajar berkompetisi secara sehat sebagai bekal yang berguna dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam perkembangannya, permainan gasiang digunakan sebagai sarana menanamkan nilai kerjasama dan kekompakan, nilai kejujuran, nilai keterbukaan, sportivitas, nilaiprestise, dan nilai ekonomi.
Latar belakang Sejarah Perkembangan
Khusus dalam main gasiang, generasi sekarang menghadapi tantangan yang berat untuk mengungkapkan sejarahnya. Hal ini disebabkan karena kurangnya data yang diperlukan baik secara tertulis maupun peninggalanpeninggalan yang ada. Oleh karena itu satu-satunya sumber yang dapat membantu memecahkan masalah tersebut adalah informasi yang diperoleh dari orang tua- orang tua yang masih hidup.
Di antara mereka ada yang mengalami secara langsung atau menghayati dan memahami, sehingga dari informasi itu diperoleh sedikit pengetahuan yang dapat memberi tafsiran tentang main gasiang tersebut. Dari pengalaman masa lalu itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa jenis permainan ini telah lama usianya. Bahkan sebagai salah satu bentuk tingkah laku masyarakat sudah barang tentu, permainan itu lahir bersamaan dengan masyarakat pendukungnya. Namun yang jelas fakta telah membuktikan bahwa permainan itu sampai sekarang hidup dengan suburnya secara luas dalam masyarakat Sumatera Barat.
Sumber: http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1469/permainan-gasiang
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |