Produk Arsitektur
Produk Arsitektur
Bangunan Jawa Timur Mojokerto
Gapura Bajang Ratu
- 21 September 2014

Gapura Bajang Ratu terletak di Dukuh Kraton, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten. Mojokerto,Provinsi Jawa Timur, dengan arah hadap ke timur laut dan berada pada ketinggian ± 41,49 meter di atas permukaan air laut. Deskripsi Bangunan Gapura Bajang Ratu merupakan bangunan pintu gerbang berbentuk ‘pradakursa’ yaitu gapura berupa pintu gerbang dengan atap yang menyatu (memiliki atap). Bahan utamanya adalah batu bata, kecuali lantai tangga serta ambang pintu (bawah dan atas) gapura yang dibuat dari batu andesit.

Denah bangunan berbentuk persegi empat, berukuran 11,20 x 6,7 meter, dengan tinggi 16, 10 meter, mempunyai lorong masuk keluar dengan lebar 1,40 meter. Secara keseluruhan, Gapura Bajang Ratu terdiri dari bagian induk dengan struktur kaki, tubuh dan atap. Selain itu, Gapura Bajang Ratu mempunyai sayap dan pagar tembok di kedua sisinya yang bagian-bagiannya dihiasi relief-relief. Pada sudut-sudut kaki gapura masing-masing terdapat panel-panel yang pada bagian depannya dihiasi dengan relief fragmen cerita Sri Tanjung (keadaannya sudah nampak aus dan ada juga yang sengaja dirusak). Hiasan pada panel pertama (secara samar-samar) berupa dua orang berdiri dikelilingi oleh sulur-sulur diduga merupakan penggambaran seorang pria dan wanita (Sidapaksa dan Sri Tanjung.)

Panel kedua terdapat penggambaran ikan yang pada bagian atasnya terdapat hiasan menyerupai bonggol rumput di tengah riak air. Ada yang beranggapan relief tersebut adalah hewan kalajengking yang berkaki enam dengan sengatnya (namun, penelusuran Tim Wacana Nusantara akan mitologi Hindu khususnya, hewan kalajengking tidak terdapat dalam mitologi Hindu). Pada panel ketiga digambarkan seorang wanita mengendarai ikan yang dipahatkan serupa dengan relief sebelumnya (panel kedua). Relief pada panel keempat menggambarkan seorang wanita dengan posisi menoleh ke belakang, sumber yang kami dapatkan memberikan penjelasan bahwa pahatan pada relief ini adalah bagian dimana Sri Tanjung setelah sampai ke alam baka.

Pada sayap gapura terdapat penampil berhiaskan relief fragmen Ramayana, menggambarkan dua orang yang sedang berkelahi. Salah seorang di antaranya menderita kekalahan badannya diinjak oleh musuhnya yang berbentuk seekor kera. Pihak yang kalah berbadan besar dan berkepala raksasa. Bingkai di kiri-kanan pintu masuk berdiri pahatan berupa binatang bertelinga panjang dengan ekor berbentuk sulur gulung naik ke atas. Sulur gulung ini pun tidak selesai di pahat. Sebagian besar bingkai masih polos atau diberi goresan rancangan. Di atas lantai dipahatkan sepasang umpak dengan dua buah lubang bekas engsel pintu yang daun pintunya membuka ke dalam.

Penampil-penampil gapura dihias dengan pelipit bawah, pelipit tengah dan pelipit atas masing-masing diukir dengan rangkaian bunga atau hiasan belah ketupat panjang, ada beberapa pelipit yang belum rampung ukirannya. Bagian atap banyak dihiasi dengan pahatan-pahatan kecil sehingga nampak indah dan unik, setiap dua lapis atap diselingi oleh deretan menara yang pejal dan bersambung dengan tingkat atap berikutnya. Hiasan menara ini berjumlah tiga tingkat. Dua lapisan atap yang terbawah tidak berhias atau mungkin telah rusak. Dua lapis ke dua masing-masing berhiaskan: § Kepala kala di tengah dengan sepasang taring yang panjang yang mirip dengan sepasang duri seperti pipi kala Candi Jago. § Relief matahari memancarkan sinar.

Sisi kiri maupun sisi kanan kepala kala diapit oleh dua ekor binatang yang berdiri berhadapan, tetapi mempunyai sebuah kepala saja berupa kala. Relief serupa ini kita dapatkan pula pada Candi Jago. Sistem pahatan berupa binatang atau makhluk lainnya yang digambarkan berhadapan ke arah pusat. - Relief Matahari Memancarkan Sinar. Matahari ini merupakan perubahan bentuk dari kepala kala. Pada lapis atau ketiga berhiaskan relief kepala atau mungkin kepala garuda yang dipahat miring. Relief ini terdapat di bagian tengah maupun sudut-sudut atas. Kepala-kepala kala yang di tengah diapit oleh sepasang binatang seperti motif yang terdapat pada Candi Panataran.

Dua lapis atas keempat berhiaskan bentuk menyerupai siput yang bulat, baik di tengah maupun di sudut atap. Hiasan pada tingkat atap di bawah puncak atap berupa hiasan geometris dan kelopak bunga, sedangkan puncak atap sendiri diberi hiasan seperti bonggol. Bajang Ratu dalam Sejarah Bajang Ratu diperkirakan dibangun sekitar abad ke-13 s/d abad ke-14 Masehi. Nama Bajang Ratu pertama kali terdapat dalam Oudheidkundig Versalag (OV) tahun 1915, yang menyebutkan bahwa bangunan tersebut telah diperbaiki dengan penguatan pada bagian sudut dengan cara mengisi spesi dari campuran PC dan pasir halus pada nat-nat yang renggang. Jauh sebelum itu, masyarakat sekitar Trowulan telah menyebutnya demikian.

Bajang berarti kecil/kerdil, sama halnya dengan kata Pabajangan yang berarti kuburan anak kecil. Menurut tutur penduduk setempat, Gapura Bajang Ratu merupakan bangunan yang dibangun untuk mengenang Jayanegara sebagai Putera Mahkota Majapahit yang semasa dalam kandungan beliau sudah dinobatkan menjadi Kumaraja (Raja Muda). Pendapat lain menyebutkan bahwa Gapura Bajang Ratu dibangun untuk mengenang seorang putera mahkota Majapahit yang semasa dalam kandungan sudah menjadi Raja (ditetapkan menjadi Raja Pengganti) akan tetapi bayi mahkota tersebut kemudian meninggal saat dilahirkan dan gagal menjadi Raja (Ratu). Dalam Pararaton dijelaskan bahwa Jayanegara wafat pada tahun 1328 M.

Teks itu berbunyi: “sira dhinarmeng Kapopongan, bhisekering cranggapura, pratistaning antawulan.” Kata cranggapura dalam Pararaton diperkirakan sama dengan Cri Ranggapura dalam Nagarakertagama, sedangan Antarwulan (Trowulan) sama dengan Antarisasi. Dengan demikian, Atas dasar ini maka dapat dikatakan bahwa dharma (tempat suci) Raja Jayanegara berada di Kapopongan alias Cranggapura atau Cri Ranggapura. Pratistanya (bangunan suci) berada di Antarwulan/Antarisasi atau Trowulan.

Jayanegara (Kalagement) adalah Raja Majapahit yang memerintah antara tahun 1309-1328 M. Ia adalah anak dari Kertarajasa dengan Dyah Sri Tribhuwaneswari. Di dalam Prasasti Taharu yang berangka tahun 1245 Caka (1323 M), Jayanegara disebtukan dengan nama gelas Cri Sundara Pandyadewadhiswara. Pada waktu ayahnya masih memerintah yakni pada tahun 1218 S (1296 M), ia sudah dinobatkan sebagai Raja Muda (Kumararaja) dengan nama Abhiseka Sri Jayanegara. Hal ini mungkin ada hubungannya dengan nama Bajang Ratu, yaitu dinobatkan tatkala masih “bajang” sehingga jelas menjadi Ratu (Raja) sewaktu masih ‘bajang’ atau Ratu Bajang dan atau Bajang Ratu menjadi sebutan yang melekat padanya.

Dapat disimpulkan berkenaan dengan uraian di atas, fungsi Gapura Bajang Ratu diduga sebagai pintu masuk ke sebuah bangunan suci (memperingati wafatnya Jayanegara) yang dalam Negarakretagama disebutkan kembali ke dunia Wisnu. Dugaan tersebut mengarah kepada relief Fragmen Sri Tanjung dan relief fragmen Ramayana yang mempunyai rangkaian arti sebagai lambang pelepasan/kematian. Pemugaran dan Pendayagunaan Gapura Bajang Ratu telah dipugar sejak 1985/1986 sampai dengan 1991/1992. Pemugarannya merupakan bagian dari kegiatan besar proyek pemugaran/pemeliharaan bekas ibukota Majapahit di Trowulan.

 

Sumber: http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/936/gapura-bajang-ratu#photo[gallery]/2/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Bobor Kangkung
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Tengah

BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Ikan Tongkol Sambal Dabu Dabu Terasi
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Utara

Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Peda bakar sambal dabu-dabu
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Selatan

Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline