×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Tradisi

Elemen Budaya

Produk Arsitektur

Provinsi

Jawa Barat

Filosofi Tandur

Tanggal 05 Aug 2018 oleh OSKM18_16018308_Nur Alibasyah Wiriaatmadja.

   Tandur

   Apakah anda pernah mendengar kata Tandur? Tandur secara sederhana adalah kependekan dari Tanam Mundur, yaitu cara menanam padi yang sudah menjadi kebiasaan para petani,mungkin di seluruh daerah di Indonesia. Benih padi ditanam satu persatu dengan jarak tertentu oleh petani yang sambil berjalan mundur. Kenapa harus ditanam secara mundur? Nah, ternyata terdapat juga makna tersirat atau pesan yang bisa kita ambil dari teknik turun temurun ini. Yuk kita bahas.

   Sebelum itu, saya ingin bercerita tentang pengalaman saya saat pindah rumah ke daerah Ciawi, Kabupaten Bogor. Di sanalah saya pertama kali mendengar kata Tandur. Rumah saya sangat dekat dengan sawah; berjarak hanya beberapa meter di sebelah kanan dan hanya berbatasan tembok di belakang rumah. Sepulang sekolah atau hari libur, ayah saya mengajak untuk berbaur dengan lingkungan sekitar, termasuk petani yang sedang menanam padi di sawahnya. Saya pun diajari tentang kenapa sawah harus dibajak, kenapa harus dengan sapi, dan kenapa padi harus ditanam secara mundur.

   Sederhananya, padi ditanam dengan berjalan mundur karena jika ditanam dengan berjalan maju, pastilah bibit yang sudah ditanam akan terinjak dan menjadi rusak. Hanya itu saja. Tapi, saya yang saat itu masih kecil berfikir : kenapa tidak menyamping saja? bukankah akan lebih mudah jika ditanam menyamping? kalau mundur, kita tidak bisa melihat ke belakang kita sehingga mungkin bisa terbentur atau tersandung. Sekian lama pertanyaan itu ada di benak saya, sehingga akhirnya saya tahu bahwa ada makna tersembunyi di balik cara menanam mundur tersebut :

Terkadang kita harus mengalah untuk menang

  Lah, namanya saja 'mengalah', kenapa bisa jadi menang? Inilah salah satu keunikan dari filosofi tandur. Kita melihat petani yang sedang menandur berjalan mundur, tetapi sebenarnya dia sedang bergerak menuju kemajuan. Dengan menandur, ia bisa menanam padi dengan baik, lalu memanennya, lalu menjualnya untuk mendapatkan uang guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam hidup ini pun, terkadang kita harus mengalah agar permasalahan cepat selesai dengan baik. Suami istri yang bertengkar biasanya disebabkan karena tidak ada pihak yang mau mengalah. Begitu juga dengan tawuran, misalnya, kedua pihak ingin meraih kemenangan sehingga menimbulkan hal-hal yang percuma : kerusakan sarana atau bahkan korban jiwa. Dengan mengalah kita bisa mencegah masalah menjadi lebih besar.

Manusia harus mau bekerja keras

   Anda tentu bisa membayangkan lelahnya menandur. Petani harus merunduk untuk menanam benih dan memastikan benihnya tertanam dengan baik, lalu berjalan mundur, menanam benih lagi, dan seterusnya. Dari hal itu kita bisa mengambil pelajaran bahwa jika ingin sukses, harus bekerja keras. Tidak ada kesuksesan yang instan, bisa dicapai dengan mudah atau muncul dengan tiba-tiba. Kesuksesan dicapai dengan perjuangan yang melelahkan dan usaha terus menerus.

Manusia harus berikhtiar dan bertawakkal

   Ikhtiar berarti usaha yang sepenuh hati dan Tawakkal berarti berserah diri kepada Yang Maha Kuasa. Setelah petani berusaha menanam padi, kita berserah diri kepada Tuhan karena atas kuasa-Nya padi dapat tumbuh. Bagus atau tidak hasilnya, yang penting petani sudah berusaha menanam padi dengan baik. Jika hasil panen kurang bagus, petani harus menerima dengan lapang dada dan jika hasil panen bagus, petani tidak boleh sombong dan harus mempertahankan usahanya.

 

Itulah beberapa makna dari kegiatan Tandur yang sudah dilakukan turun menurun dan menjadi budaya bangsa kita. Semoga kita dapat mengambil hikmahnya dan mengimplementasikannya di kehidupan kita sehari-hari.

#OSKMITB2018

 Sumber : https://www.kompasiana.com/m.trimanto/56cfbb55ef9673fe17c6a6c3/filsafat-menanam-padi-mundur-untuk-maju (dengan perubahan)

DISKUSI


TERBARU


Tais Belu

Oleh Oktovianus Mau | 06 Aug 2024.
Kain Adat

Tais Belu Kain atau Tais dalam bahasa Tetun (Bahasa Daerah Belu, Nusa Tenggara Timur) memiliki filosofi tersendiri, bagi masyarakat NTT Kain atau T...

Benteng Ranu Hi...

Oleh Oktovianus Mau | 06 Aug 2024.
Peninggalan Sejarah

Benteng Ranu Hitu (Benteng Tujuh Lapis) Benteng Ranu Hitu (Benteng Tujuh Lapis) merupakan sebuah benteng tua yang terletak di desa Dirun Kecamatan...

Tari Tebe

Oleh Oktovianus Mau | 06 Aug 2024.
Tarian Daerah

Tari Tebe Dalam Wikipedia : Tari Tebe adalah suatu tarian masyarakat Belu dan Malaka yang merupakan luapan kegembiraan atas keberhasilan atau kemen...

Likurai

Oleh Oktovianus Mau | 05 Aug 2024.
Tarian Daerah

Tari Likurai Tari Likurai merupakan tarian tradisonal Masyarakat Kabupaten Belu dan Kabupaten Malaka Tari likurai digunakan sebagai simbol penghorm...

Benteng Kota Mu...

Oleh Oktovianus Mau | 31 Jul 2024.
Peninggalan Sejarah

Benteng Kota Mutin Benteng Kota Mutin merupakan sebuah benteng tua yang terletak dilereng gunung Lakaan, tepatnya di kawasan desa Lakanmau Kecamata...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...