Es Cendol Malino
Es Cendol Malino bisa menjadi salah satu alternatif jika mencari kuliner berbasis minuman yang menyegarkan di Sulawesi Selatan, khususnya wilayah Makassar – Gowa. Penggunaan istilah cendol ini masih menjadi perdebatan karena kata “Cendol” berasal dari kata Sunda. Kata Cendol ini kemudian diadopsi oleh orang Sulawesi menjadi “Cindolo”. Seiring perkembangan waktu, cendol semakin populer di masyarakat Sulawesi dan membentuk ciri khas sendiri dibandingkan es cendol atau dawet dari Jawa.
Es Cendol Malino memiliki kemiripan dengan es dawet dari Jawa. Perbedaannya terletak pada bahan dasar yang digunakan. Es dawet menggunakan tepung kanji, sedangkan es cendol Malino ,menggunakan tepung beras. Kita dapat membedakan dengan jelas teksturnya, yang mana es dawet lebih kenyal sedangkan es cendol lebih kaku, terkesan patah ketika dikunyah.
Sejarah Es Cendol Malino pertama kali muncul pada awal tahun 70 an, di sekitar wilayah Gowa – Makassar. Penamaan es cendol Malino merujuk pada kekhasannya yang mana penjual cendolnya berasal dari Malino, salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Gowa. Bahan baku yang digunakan pun berasal dari wilayah tersebut seperti tepung beras dan gula merah. Itulah yang juga membedakan es cendol ini dengan es cendol yang beredar luas dan dijajakan di wilayah Sulawesi selatan.
Es cendol malino terdiri dari 4 bagian utama, pertama adalah cendol yang terbuat dari tepung beras, kedua adalah gula merah cair, ketiga adalah santan, terakhir adalah es batu sebagai pelengkap. Ketika semuanya dicampur jadi satu, aroma pandan atau suji mulai menyeruak. Aroma itu begitu kuat yang berasal dari cendolnya yang beraroma pandan, kesemuanya berasal dari bahan bahan organik pilihan tanpa adanya bahan pengawet.
Pembuatan es cendol Malino tak jauh beda dengan es cendol pada umumnya. Beras yang sudah dibuat jadi tepung diolah dengan mencampurkannya menggunakan air pandan atau suji dan memberi kesan hijau muda. Penggunaan air perasan pandan ini ditujukan untuk memberi aroma khas pada es cendol tersebut. Adonan cendol yang sudah masak, kemudian dicetak dengan menggunakan cetakan khusus yang berlubang sehingga cendol yang terbentuk biasanya berupa bulir panjang. Gula merahnya dicairkan dengan menambahkan air. Kunci utama untuk mendapatkan gula merah cair yang pas adalah menghentikan pemasakan ketika gula merah cair belum membentuk benang – benang gula. Kemudian bahan lain seperti santan diambil dari hasil perasan kelapa parut yang kemudian dipanaskan dengan menambahkan sedikit garam (boleh juga tidak) dan memasaknya tidak sampai kental.
Penyajian es cendol Malino juga sangat sederhana. Cukup mengambil gelas, disarankan menggunakan gelas bening (untuk menambah sensasi segarnya saja). Bahan – bahan yang sudah dibuat sebelumnya kemudian dimasukkan satu per satu. Dalam memasukkan bahan yang sudah jadi, perlu menggunakan urutan (ini menurut beberapa penjual). Pertama, masukkan cendol hingga memenuhi setengah volume gelas, kemudian masukkan santan, lalu masukkan es batu (tergantung keinginan) dan tambahkan gula merah cair sesuai selera. Setelah semua bahan sudah dimasukkan, tinggal mengaduk rata dan nikmatilah sensasi kesegaran Es Cendol Malino yang beraroma pandan dan berasa manis gula aren yang menggoda lidah. Sebaiknya es cendol Malino dihidangkan pada saat siang hari atau kondisi lagi panas. Biasanya es cendol Malino disajikan sebagai appetizer (pencuci mulut atau hidangan penutup) di acara pesta ataupun kumpul keluarga dan teman.
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja