Durian Bertebaran, kenapa bertebaran? Durian?!
Saya datang dari Batam, Kepulauan Riau. Budaya asli dari Batam tidaklah banyak, dan hampir semua yang terkenal sudah dibahas, contohnya jembatan barelang, tari zapin, rumah limas potong. Karena itu, bagaimana kalau kita bahas saja kebiasaan yang sangat populer bagi mayoritas masyarakat Batam, tidak dibatasi oleh apapun sukunya, apapun agamanya.
Pembangunan di Batam dipelopori oleh Presiden ke-3 Republik Indonesia, Pak B.J. Habibie pada tahun 1998. Batam dibangun dengan harapan bisa menyaingi pulau seberang yang sangat sukses dan maju, kita kenal juga dengan sebuah negara yang kecil tetapi sangat pesat perkembangannya, Singapura. Jika kita lihat kembali ke tahun 1998, Batam penuh dengan hutan, penduduk nya jarang. Yang artinya, kebanyakan penduduk di Batam adalah pendatang dari luar, dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang berasal dari daerah lain di Provinsi Kepulauan Riau yang datang demi kehidupan yang lebih baik. Banyaknya pendatang dari luar yang masing-masing membawa ciri khas budaya dari daerah asal, mengakibatkan budaya-budaya di Batam kebanyakan merupakan sumbangan dari banyak daerah.
Salah satu budaya, atau saya sebut kebiasaan aja deh, yang sangat populer di kalangan warga Batam adalah kebiasaan pulang kampung pada musim durian. Musim durian di daerah Kepulauan Riau biasanya jatuh sekitar bulan Juli tetapi tidak pasti juga ya. Musim durian tiba, sama artinya tiba saatnya untuk makan durian hampir setiap hari. Untuk warga Batam yang punya kebun durian di kampungnya, biasanya akan memilih untuk menetap 3-5 hari di kampung untuk menikmati hasil panen durian dan ketika balik ke Batam akan di bawa pula. Untuk warga yang tidak punya kebun durian, ada yang demi demi naik ferry ke bintan atau ke tanjung batu, untuk menikmati durian, dan pulang di sore harinya. Untuk warga yang sangat sibuk dan sulit mencari waktu untuk pulang ke kampung nya, ada opsi lain yang bisa dipilih. Ketika musim durian datang, durian yang panen dan siap dikonsumsi akan sangat banyak sekali, para pemilik kebun melihat keterbatasan waktu yang dimiliki kebanyakan warga Kota Batam sebagai peluang. Setiap harinya, ada banyak sekali durian yang sengaja diangkut oleh kapal dan dibawa ke Batam untuk dijual di tepi-tepi jalan. Harga durian di Batam juga relatif sangat murah, per kg nya dapat dibeli dengan harga 20 ribu rupiah hingga 30 ribu rupiah. Jadi tidak heran juga kalau tiap musim durian, banyak sekali yang mengonsumsi durian setiap hari. Bahkan ada pula kebiasaan beberapa orang yang memakan nasi dengan durian sebagai lauknya.
Selain itu, ada pula satu kebiasaan yang mengikuti kebiasaan makan durian ini. Setiap selesai mengonsumsi durian, kulit durian tersebut akan di pilih-pilih yang cukup besar dan dapat menampung cukup banyak air. Kemudian akan ditabur garam di bagian dalam kulit tersebut (tempat buah durian tadinya), dan kemudian tuangkan air dan aduk rata. Jadilah air garam yang siap diminum untuk menghindari panas dalam akibat mengonsumsi durian terlalu banyak. Mitosnya, dengan meminum air garam melalui kulit duriannya langsung, akan memberi khasiat pemulihan yang lebih besar.
Demikian kebiasaan yang cukup unik dari Kota Batam, pastikan anda rasakan sendiri festival durian ini jika suatu waktu dapat mengunjungi Batam dan sekitarnya pada musim durian.
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.