Seni Pertunjukan
Seni Pertunjukan
Festival Budaya Jawa Tengah Semarang
Dugderan
- 28 Oktober 2017
Dugderan merupakan festival untuk menandai dimulainya ibadah puasa di bulan Ramadan yang diadakan di Kota Semarang. Perayaan yang telah dimulai sejak masa kolonial ini dipusatkan di daerah Simpang Lima. Perayaan dibuka oleh wali kota dan dimeriahkan oleh sejumlah mercon dan kembang api (nama "dugderan" merupakan onomatope dari suara letusan).
 
Pada perayaan ini beragam barang dijual (semacam pasar malam) dan pada masa kini sering diikutkan berbagai sponsor dari sejumlah industri besar. Meskipun demikian, ada satu mainan yang selalu terkait dengan festival ini, yang dinamakan "warak ngendok". Dugderan dimaksudkan selain sebagai sarana hiburan juga sebagai sarana dakwah Islam.
 
Dugderan ini sekarang di selenggarakan di Daerah Pasar Johar, Pernah juga di laksanakan di Daerah dekat Masjid Agung Semarang. Namun, ketika di adakan disitu masyarakat kurang berpartisipasi sehingga dugderan begitu sepi. Pernah juga di selenggarakan di dekat Station Tawang namun, ketika di selenggarakan disitu para penjual kurang aman karena banyak preman berkeliaran sehingga dugderan biasanya dari tahun ke tahun selalu berpndah pindah tidak tetap.
 
Nama Dugderan berasal dari "Dug" yakni suara pukulan bedug, dan "Der" yang merupakan suara ledakan meriam atau petasan. Nama tersebut sebagai penanda puasa yakni diawali bedug dan diakhiri petasan. Tradisi dugderan sebagai pertanda awal dimulainya pelaksanaan ibadah puasa telah dimulai sejak tahun 1881 pada masa pemerintahan Bupati Semarang, Purbaningrat. Tradisi dugderan sudah berusia ratusan tahun dan masih dilestarikan hingga sekarang. 
 
Tradisi tersebut digelar untuk mengingatkan warga, bahwa bulan puasa sudah dekat. Dugderan akan berakhir satu hari sebelum puasa, dan acara puncak tradisi dugderan diisi dengan arak-arakan kirab budaya. Dalam arak-arakan tersebut pula terdapat maskot hewan khas dugderan yang disebut warak ngendok. Mendekati Masjid Besar Kauman, masjid tertua di Semarang, iring-iringan prajurit mengawal Walikota Semarang yang memerankan tokoh Bupati Semarang tempo dulu.
 
Selama seminggu sebelum bulan Ramadhan diadakan pasar kaget, dimana pasar tersebut juga diberi nama pasar Dugderan. Yang dijual bermacam-macam, mulai dari mainan tradisional seperti peralatan masak tradisional ukuran mini, mobil-mobilan, truk kayu dengan berbagai ukuran, kurma, busana muslim, makanan sampai aneka macam permainan semua tumpah ruah. Yang unik dari 
 
Pasar Dugderan Semarang ini adalah dijualnya Warak Ngendhog (artinya Warak bertelur), makhluk imajiner yang menjadi maskot kota Semarang sejak dulu. Warak Ngendhog hanya dapat dijumpai pada saat pasar Dugderan dan dulu adalah mainan favorit anak-anak Semarang kala menyambut bulan Puasa.
 
Arak-arakan mobil bertema Warak Ngendhog ini akan menempuh jalur antara Balaikota sampai dengan Masjid Agung Jawa Tengah (dulunya hanya sampai di Masjid Agung Semarang yang ada di Pasar Johar) dan biasanya para warga sudah berjubel di jalanan sejak siang harinya ketika acara belum dimulai. Hiasan mobil atau manggar yang dibawa peserta karnaval biasanya akan diambil oleh warga hingga ketika sampai di Masjid Agung Jawa Tengah. Arak-arakan Warak Ngendhog inilah yang menjadi daya tarik bagi masyarakat termasuk wisatawan yang berkunjung ke kota Semarang pada saat tradisi Dugderan dilaksanakan. Warna-warni Warag Ngendhog dan bentuknya yang unik inilah yang jadi ciri khas. Unsur Cina, Arab dan Jawa menyatu harmonis dalam wujud Warak Ngendhog serta tradisi Dugderan yang menjadi pemersatu masyarakat kota Semarang khususnya ketika menetapkan jatuhnya tanggal 1 Ramadhan. Setelah diumumkannya 1 Ramadhan oleh Ulama Masjid Agung, maka bunyi DER itu yang menjadi penandanya dan biasanya berlangsung hingga adzan Maghrib berkumandang. Seiring dengan itu, maka Pasar 
 
Dugderan secara resmi juga ditutup dan dibuka lagi di tahun berikutnya.
Tradisi Dugderan adalah Festival yang menandai awal Puasa Ramadlan, keramaian yang teramat meriah yang turun temurun telah dilakukan sejak masa pemerintahan Bupati Kyai Raden Mas Tumenggung (KRMT) Purbaningrat hingga sekarang, yang menjadi menarik dari Tradisi Bulan Ramadhan Khas Semarang ini adalah adanya Warak Ngendok sebagai simbol Tradisi ini .
Prosesi Dugderan biasanya terdiri dari tiga agenda yakni diawali dengan Pasar Dugderan selama satu bulan penuh mulai siang hingga malam, selanjutnya dilakukan Prosesi Ritual pengumuman Awal Bulan Ramadhan dan kemudian diadakan Kirab Budaya Dugderan yang dimulai di halaman Balai Kota Semarang Jawa Tengah yang diikuti oleh berbagai kalangan.
 
Tujuan diadakannya Tradisi Dugderan oleh Bupati Semarang kala itu didasari oleh keprihatinan beliau terhadap kedamaian Masyarakat Semarang, karena didapati sebuah gerakan memecah belah yang merusak tatanan masyarakat yang kentara sejak kedatangan Kolonial Belanda, mereka mencoba menghembuskan persaingan tidak sehat yang memanfaatkan pembauran masyarakat semarang yang telah diketahui terdiri dari berbagai Suku, Agama dan Golongan. hingga terjadi pengelompokan Masyarakat di Semarang, Daerah Pecinan untuk Warga Cina, Pakojan untuk Warga Arab, Kampung Melayu untuk Warga Perantauan Luar Jawa serta Daerah Kampung Jawa yang ditempati oleh Masyarakat Pribumi Jawa.
 
Penggolongan Masyarakat di Semarang semakin diperparah oleh perbedaan pendapat dikalangan Umat Islam mengenai penetapan awal bulan puasa yang berujung pada perbedaan hari-hari besar Islam lainnya. Dengan keberanian dan kecerdasan Bupati melakukan usaha untuk memadukan berbagai perbedaan, termasuk salah satunya untuk menyatukan perbedaan penentuan awal bulan Ramadlan. Usaha Bupati ini sangat didukung dari kalangan ulama yang berada di Kota Semarang. Salah satunya yang banyak berperan adalah Kyai Saleh Darat.
 
Disamping tujuan luhur tersebut, Tradisi Dugderan dimaksudkan untuk mengumpulkan seluruh lapisan Masyarakat dalam suasana suka cinta untuk bersatu, berbaur dan bertegur sapa tanpa pembedaan. Selain itu dapat dipastikan pula awal bulan Ramadlan secara tegas dan serentak untuk semua paham agama Islam berdasarkan kesepakatan Bupati dengan imam Masjid. Sehingga terlihat semangat pemersatu dangat terasa dalam tradisi yang diciptakan tersebut. Untuk semakin memeriahkan Tradisi tersebut diciptakanlah sebuah karya fenomenal berupa binatang hayalan yang disebut dengan Warak Ngendok, hadirnya Warak Ngendok dalam tradisi tersebut diharapkan mampu menarik perhatian masyarakat sekitar.
 
Tradisi Dugderan berkembang dari tahun ke tahun, apabila dahulu hanya menggunakan meriam sekarang semakin ramai dengan digunakannya bom udara serta sirene yang menandai awal Tradisi tersebut,  tradisi ini sudah berkembang lebih semarak ditandai dengan datangnya para pedagang “tiban” yang menjajakan aneka permainan anak, makanan dan banyak lagi yang lain. Kondisi demikian memberikan warna baru terhadap tradisi Dugderan.
 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Ikan Tongkol Sambal Dabu Dabu Terasi
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Utara

Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Peda bakar sambal dabu-dabu
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Selatan

Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
tes
Alat Musik Alat Musik
Bali

tes

avatar
Reog Dev
Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline