Kue dongkal adalah kue yang tebuat dari tepung beras dan gula. Menurut cerita, nama dongkal berasal dari cara pengirisannya yang dicongkel dengan centong pada bagian yang tergulai. Pada awalnya dongkal dibuat dari tepung gaplek, telah mulai diperdagangkan sejak tahun 1940-an dan biasa dihidangkan sebagai sarapan pagi. Sejak tahun 1970-an dongkal berbahan gaplek mulai jarang ditemukan karena penduduk mengganti bahan utamanya dengan tepung beras.
Dulu dongkal biasa dibuat sebagai jamuan pada saat membuat gedengan (ikatan padi kering yang dipanen berikut batangnya) pada malam hari, setelah siangnya padi dijemur seharian. Selain itu, dongkal pun biasa dibuat orang sebagai jamuan ketika membuat rumah secara gotong royong, biasanya saat bongkar rumah, pasang pondasi dan pasang atap.
Meskipun cukup digemari orang karena pembuatanny mudah, biayanya relatif murah dan rasanya enak, dalam perkembangannya dongkal mulai jarang dibuat orang, seiring dengan menghilangnya padi gedengan dan menyusutnya kebiasaan membangun rumah dengan cara sambatan. Namun demikian sebagian orang masih membuatnya sebagai barang dagangan, yang bisa ditemukan di pasar-pasar tradisional atau dijajakan berkeliling kampung untuk sarapan pagi atau santapan jajanan.
Bahan-bahan:
1 liter tepung beras (sebaiknya tidak menggunakan tepung beras kemasan tapi beras yang digiling sendiri)
1/4 kg sagu
1/4 kg irisan gula merah
Air dan garam secukupnya
Peralatan :
Kukusan, dandang, baskom, penutup kukusan, parut, centong, tampah dan ayakan
Cara Membuat:
Kukus tepung beras menggunakan kain bersih hingga menggumpal.
Setelah dingin campurkan dengan sagu, aduk hingga rata.
Percikkan air garam ke adonan hingga adonan tidak menggumpal (buyar).
Masukkan adonan kedalam klakat (loyang yang terbuat dari bambu)/kukusan selang-seling dengan gula merah (lihat gambar).
Kukus hingga matang.
Sajikan dengan kelapa parut kukus yang dicampur sedikit garam.
Penyajian :
Dongkal di atas baskom diiris dengan centong, irisannya dihidangkan di atas piring kemudian ditaburi parutan kelapa. Panganan ini dapat dinikmati kapan saja, namun sebagian penduduk Cirebon, terutama di kawasan pedesaan, biasa menikmatinya untuk sarapan pagi
keterangan. Untuk + 20 porsi
Nb: gula merah boleh ditambahkan sesuai selera
Sumber:
Buku “KULINER TRADISIONAL CIREBON : Khasanah Makanan Khas”, Penerbit Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan Pariwisata Kota Cirebon
http://octakulinertraditional.blogspot.com/2013/04/resep-kue-dongkal-kue-dongkal-adalah.html
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.