×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Cerita Rakyat

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

Provinsi

Jawa Barat

Asal Daerah

Purwakarta

Dongeng Gunung Bongkok

Tanggal 09 Jul 2018 oleh Deni Andrian.

Zaman dahulu, di sekeliling daerah Jatiluhur masih banyak hutan belantara. kemudian di hutan – hutan tersebut beserta gunung – gunung disekitarnya, ada siluman penunggu yang sudah ada dari jaman Sangkuriang. Namanya adalah Jonggrang Kalapitung. Badannya tinggi besar sebanding dengan besarnya gunung. Kulitnya hitam pekat, rambut kumisnya sebesar tambang sapu dan rambutnya sangat lengket. Suaranya nya pun sangat menggelegar. Kemudian suaranya tersebut tidak bisa dibedakan apakah dia sedang lemas atau sedang marah.
Suatu hari, Jonggrang Kalapitung ingin memancing di Sungai Citarum, karena dia sangat ingin makan ikan bakar. Setelah keinginannya itu muncuk, kemudian dia berfikir dan dia menyimpulkan bahwa tidak ada cara lain selain meminta bantuan warga kampung disekitar sungai tersebut, yaitu Kampung Cisarua. Ketika sampai  ke kampung tersebut, Jonggrang Kalapitung pun berteriak “ hai warga kampung ! ayo berkumpul dihadapanku !”. mendengar suara tersebut, semua warga kampung langsung berkumpul tumpah ruah di hadapannya.
Jonggrang Kalapitung meminta bantuan untuk dibuatkan alat pancing yang sangat besar. Permintaanya tersebut pun dilaksanakan oleh warga kampung. Alat pancingnya sangat besar, dan diberi umpan kepala sapi. Jonggrang Kalapitung memancing sembari dikeliling dan disaksikan oleh seluruh warga kampung di sekitar sungai tersebut. Jonggrang Kalapitung berdiri begitu gagahnya, badannya yang besar memenuhi tempat tersebut. Kakinya yang sebelah menginjak gunung, dan yang satunya lagi menginjak pohon bungur yang sangat besar. Selama sebulan, dia berdiam di tempat itu sambil memancing. Sampai – sampai gunung yang diinjak tersebut menjadi bongkok serta pohonnya pun hampir mati. Akhirnya gunung teersebut dinamai Gunung Bongkok.
Di hari ke 40, pancinggannya bergerak, Jonggrang Kalapitung langsung menarik pancingannya sekencang mungkin. Karena terlalu kencang, akhirnya pancingan tersebut sampai terlempar ke belakangnya dan menyangkut ke hutan. Kemudian ketika ditarik kembali oleh Jonggrang Kalapitung, pancingannya tersebut terangkat namun membuat hutan dibelakangnya tersebut menjadi rata karena terangkut oleh pancingannya sangat besar tersebut. Hingga akhirnya hutan tersebut diberi nama Haurpapak.
Jonggrang Kalapitung penasaran, ikan apa yang menyangkut dipancingannya hingga bergerak tersebut ?. ketika dilihat, ternyata hanya ikan kecil yang menyangkut di telinga kepala sapi yang sudah menjadi tengkorak tersebut. Karena begitu kesalnya, ikan itu pun dilempar dan jatuh di Kampung Cilélé, desa Cisarua Jatiluhur.
Karena tidak mendapatkan ikan besar, lama kelamaan Jonggrang Kalapitung pun kelaparan. Tadinya dia ingin meminta orang kampung lagi untuk membatunya, tetapi tidak ada satupun orang didekatnya. Semuanya sudah pergi karena ketakutan melihat Jonggrang Kalapitung yang marah – marah tidak mendapatkan ikan besar. Kemudian Jonggrang pun melihat pohon jengkol yang sanagt besar dan buahnya sangat banyak. Akhirnya tanpa berpfikir panjang, jengkol tersebut pun iya habiskan dari pohonnya. Dia melahap semua jengkolnya. Ketika dia membuang air kecil, dia kesakitan karena terkena “jengkolan” disebabkan oleh terlalu banyak makan jengkol.
 Jonggrang Kalapitung guling – guling karena kesakitan. Akhirnya dia pun mengucapkan sumpah serapah kepada pohon jengkol agar tidak pernah tumbuh ditempat tersebut karena sudah membuatnya kesakitan. Setelah mengucapkan sumpah serapah tersebut, akhirnya Jonggrang Kalapitung pun pergi mengilang entah kemana. Dan didaerah Gunung yang akhirnya bernama Gunung Bongkok itu pun sampai sekarang tidak pernah tumbuh pohon jengkol.
 
Sumber: http://dagokotakembang.blogspot.com/2016/03/dongeng-gunung-bongkok.html

DISKUSI


TERBARU


Rumah Indis Wis...

Oleh Seraphimuriel | 25 May 2025.
Cagar Budaya

Bangunan ini dibangun tahun 1930-an. Pada tahun 1945 bangunan ini dibeli oleh RRI Yogyakarta, kemudian dilakukan renovasi dan selesai tanggal 7 Mei 1...

Gereja Santo Pe...

Oleh Seraphimuriel | 25 May 2025.
Cagar Budaya

Awal mula hadirnya Gereja Klepu sebagai tempat peribadatan bermula dari didirikannya sekolah tingkat dasar untuk rakyat. Sekolah tingkat dasar pertam...

Candi Pembakara...

Oleh Seraphimuriel | 23 May 2025.
Cagar Budaya

Candi Pembakaran berada di kompleks Ratu Boko, dimana kita dapat melihatnya setelah melewati gerbang ke-2 dan berada sekitar 30 m ke arah kiri. Dari...

Makam Dokter Wa...

Oleh Seraphimuriel | 23 May 2025.
Cagar Budaya

Makam Dokter Wahidin Soedirohoesodo terletak di ruang semi terbuka dengan dinding di sisi utara di dalam kompleks pemakaman keluarga. Kompleks pemaka...

ASAL USUL DESA...

Oleh Edyprianto | 17 Apr 2025.
Sejarah

Asal-usul Desa Mertani dimulai dari keberadaan Joko Tingkir atau Mas Karebet atau Sultan Hadiwijaya yang menetap di Desa Pringgoboyo, Maduran, Lamong...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...