Masyarakat Kasepuhan Ciptarasa, hingga kini, masih hidup dalam tradisi yang diwariskan oleh nenek moyangnya. Komunitas Kasepuhan Ciptarasa menyebut dirinya dengan istilah kesatuan, sedangkan orang luar menyebutnya dengan istilah urang tradisi, urang girang, dan ada juga yang menyebut mereka dengan istilah kasepuhan, karena mereka hidup dalam suatu “ikatan” yang dipimpin oleh seorang sesepuh.
Mereka tinggal tersebar di daerah Sukabumi Selatan, Bogor Selatan, dan Lebak/ Banten Selatan. Pusat Kasepuhan atau Kampung Gede terletak di sekitar kompleks Gunung Halimun yaitu di Kampung Ciptarasa, yang secara administratif berada di Desa Sirnarasa, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Salah satu karya tradisi warga Ciptagelar adalah Dodol Jane sebagai obat atau ramuan tradisional yang digunakan oleh ibu-ibu yang baru melahirkan.
Dodol ini terbuat dari campuran beberapa macam tanaman obat, sereal, buah-buahan, dan lambung landak. Dalam pembuatannya masih menggunakan teknologi sederhana. Komponen-komponennya adalah pisau untuk mengiris bahan-bahan seperti Sereh, Kunyit, Kencur, Jahe, dll.
Tampah, digunakan untuk menjemur bahan-bahan yang sudah disiapkan sebelumnya. Wajan yang terbuat dari besi yang digunakan untuk mengeringkan bahan-bahan seperti Sereh, Kunyit, Jahe, dan Kencur.
Alu dan lumpang digunakan untuk menghasilkan bahan-bahan yang telah dikeringkan dengan cara ditumbuk (dipeupeuh). Saringan yang sangat halus yang digunakan untuk menyaring bahan-bahan yang telah ditumbuk halus.
Energi yang digunakan semuanya masih memanfaatkan tenaga manusia terutama dalam hal menumbuk dan energi panas matahari yang dimanfaatkan untuk mengeringkan bahan-bahan.
Adapun bahan yang digunakan dalam pembuatan obat tradisional Dodol Jahe ini antara lain: Beras Ketan Hitam, Kelapa, Gula Kawung, Kacang Tanah (Suuk), Akar Kawung Kulit Lame, Akar Alang-alang, Akar Sembung, Akar Sariawan, Akar Tangkur Gunung, Akar Ki Kumat, Popodot Landak, Akar Jarong, Warejit,
Akar Karas Tulang, Ki Cantung, Lampuyang, Sawuheun, Akar Kumis Kucing, Akar Pakih, Akar Harendong, Jahe, Koneng Gede, Kacang Merah, Kacang Jago, Buncis, Kacang Sapu, Biji Jaat, Roay, Biji Waluh, Biji Ketimun, Kacang Panjang, Pala, Bawang Merah, Bawang Putih, Cengkeh
Semua bahan diris-iris dan dikeringkan, setelah itu disangrai, atau digoreng tanpa minyak, lalu semua bahan ditumbuk sampai halus. Setelah itu kelapa dipanaskan sampai minyaknya keluar, lalu semua bahan yang telah dihaluskan tadi dimasukkan ke dalam katel atau wajan yang berisi kelapa yang sudah mengeluarkan minyak.
Kemudian, masukkan semua akar-akaran, lalu daun-daunan, dan setelah itu bawang merah dan bawang putih, gula dan popodot landak, serta terakhir tepung ketan hitam. Semua bahan diaduk sampai tercampur dengan sempurna.
Setelah agak mengental kemudian didinginkan. Selanjutnya, dodol sudah dapat dikonsumsi. Dodol Jahe biasanya dimakan oleh ibu-ibu setelah melahirkan untuk memulihkankan kondisi kesehatannya. Namun, makanan ini juga dapat dikonsumsi siapa saja.
Sumber : http://www.wacana.co/2009/09/ramuan-tradisional-sebuah-warisan-budaya-yang-mulai-dicari/
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...