Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Jambi Jambi
Dideng Dang Ayu (Dendangan lagu Putri Dayang Ayu)

           Dahulu kala hiduplah seorang raja bergelar Pasak Kancing. Permaisuri raja tersebut telah meninggal. Sebelum sepeninggalan sang permaisuri dia dikaruniai dua orang anak, seorang putra dan seorang putri. Kerena kesedihan sang raja yang terus menerus, keadaan kerajaan menjadi kacau balau tak terurus, termasuk kedua anak raja tersebut. Keadaan yang tidak nyaman terus terjadi di dalam kerajaan. Setelah beberapa tahun berlalu dan sang putra beranjak dewasa, keadaan kerajaan tidak kunjung membaik. Sang putra pun memutuskan untuk meninggalkan istana. Pamitlah ia dengan adinda putri untuk merantau dan mencari rejeki ke negeri orang. Sebelum berpisah, kakak beradik membuat janji apabila keduanya mempunyai keturunan, maka keduanya akan menikahkan anaknya.

          Sang kakak merantau ke negeri Pusat Jalo dan kemudian menjadi raja di sana. Dari perkawinannya lahirlah seorang putra yang diberi nama Dang Bujang. Sementara adik perempuannya yang tinggal di Pasak Kancing memperoleh seorang anak perempuan bernama Putri Dayang Ayu. Dang Bujang dan Dayang Ayu mempunyai garis kehidupan yang sangat berbeda. Dang Bujang hidup sebagai anak raja, sedangkan Putri Dayang Ayu hidup dalam kemiskinan. Tetapi meskipun hidup dalam kemiskinan Putri Dayang Ayu diberikan anugrah kecantikan yang luar biasa. Menginjak dewasa, Dang Bujang dinobatkan sebagai putra mahkota. Acara penobatan sangat meriah. Sebuah pesta besar digelar. Semua pangeran dan putri-putri dalam negeri dan negeri-negeri sekitar kerajaan Pusat Jalo ikut memeriahkan pesta penobatan itu. Raja Pusat Jalo teringat akan janjinya, maka diundanglah Putri Dayang Ayu dan ibunya. Maksud hati sang raja akan mengumumkan pertunangan Dang Bujang dengan Putri Dayang Ayu.

          Namun, ketika Putri Dayang Ayu dan ibunya datang ke acara tersebut, para tamu – tamu lain terlena dan terkagum akan pancaran kecantikan Putri Dayang Ayu. Dang Bujang yang sedang menari dengan seorang putri pilihannya, menjadi tidak diperhatikan, dan sepi sendiri di tengah arena pesta tersebut. Dang Bujang yang tidak tahu siapa yang datang, dan karena merasa dihina, tanpa berfikir panjang mengusir Putri Dayang Ayu dan ibunya dengan kata-kata yang terlalu menusuk hati. Merasa dihinakan tiada tara, dengan hati teramat kecewa dan keperihan yang dalam, pulanglah Putri Dayang Ayu dan ibunya kembali ke Pasak Kancing.

          "Demonilah ado meh di tanjung Karinak menjadi laro kain Demonilah ado meh di kandang Sanaklah menjadi orang lain Arolah kain buekkan dinding Buekkan dinding balai melintang Uranglah lain kau tunjukkan runding Lah nan sanak kau biakkan hilang"

          Dengan hati lara dan putus asa Putri Dayang Ayu melangkah lunglai.

"Bahuma talang penyanit Dapatlah padi di tangkai lebat Manolah tanggo jalan ke langit Duduk di bumi salahlah sukat"

          Betapa murkanya sang Raja Pusat Jalo mendengar perlakuan Dang Bujang terhadap Putri Dayang Ayu dan ibunya, “Kejar mereka dan kau tak kuizinkan kembali ke istana ini tanpa membawa Putri Dayang Ayu.” Demikianlah titah sang raja pada putra mahkota, Dang Bujang.

          Di tengah perjalanan pulang kembali ke Pasak Kancing, ibu Putri Dayang Ayu wafat. Jadilah ia merambah hutan rimba seorang diri, hingga akhirnya dia bertemu dengan penguasa Bukit Sekedu, Nenek Rabiyah Sang Dewa Tua. Diceritakannyalah segala duka lara sang putri. Mendengar cerita tersebut, nenek Rabiyah berhasrat untuk menolong Putri Dayang Ayu. Atas bimbingan dan petunjuk nenek Rabiyah, Putri Dayang Ayu menuju telago larangan. Bergabunglah ia dengan delapan putri yang sedang mandi gembira ria. Ketika Putri Dayang Ayu mandi menggunakan selendang pemberian nenek Rabiyah, tiba – tiba selendang tersebut melekat erat di tubuh putri Dayang Ayu, sampai tubuh putri terlelap di air telaga, diiringi pernik-pernik warna pelangi.

          Sementara itu, Dang Bujang yang mencari Putri Dayang Ayu, akhirnya sampai ke puncak Bukit Sekedu. Dia bertemu dengan nenek Rabiyah, lalu kemudian diceritakannyalah penyeselan dirinya mengusir Putri Dayang Ayu dan ibunya, serta berkata bahwa ia ingin membawa Dayang Ayu kembali ke istana. Mendengar ceritanya, maka disuruhnya Dang Bujang ke telaga larangan agar dapat bersua dengan putri adik sepupunya. Pesan sang nenek kepada Dang Bujang, putri yang terakhir turun ke telaga, dialah Putri Dayang Ayu.

          Keesokan harinya, dengan berbekal pancing pemberian nenek Rabiyah, Dang Bujang menanti di telaga. Dengan merapal ajian yang diajarkan nenek Rabiyah, dipancingnyalah selendang terungguk di sembulan batu. Bidadari yang sedang turun mandi tak satu pun menyadari bahwa salah satu selendangnya telah berada di pelukan Dang Bujang. Betapa terkejut dan sedihnya Putri Dayang Ayu ditinggal sendiri karena tak lagi dapat terbang bersama dewi-dewi yang lain. Pupus tali dewa dewi dimainkan nasib peruntungan yang seorang pun tak ada yang tahu akhirnya. Tak ada pilihan, selain mengikuti bujukan dan paksaan Dang Bujang untuk kembali ke istana kerajaan Pusat Jalo. Kendati pesta perkawinan Dang Bujang dengan Putri Dayang Ayu sangat meriah, tujuh hari tujuh malam perhelatan akbar digelar, tapi tak berhasil memupus kesedihan Putri Dayang Ayu. Gundah gulana selalu mewarnai wajah ayu sang putri. Kebahagiaan dunia tak memupus kerinduannya pada kebahagiaan alam dewa-dewi. Berbagai tabib negeri telah berupaya mengobati sang putri yang semakin hari badannya menyusut bak api dalam sekam. Puncak kerinduan tiba pada saat Putri Dayang Ayu melahirkan.

          Suatu hari Putri Dayang Ayu berdiri di anjungan istana. sang putri berdoa ke singgasana Penguasa Alam. Setelah itu, secara perlahan tubuh Putri Dayang Ayu terangkat melayang melewati jendela anjungan istana. Dengan berkilauan air mata, mendengar tangisan bayinya di pembaringan, Putri Dayang Ayu meninggalkan bayinya. Sang putri tak sepenuhnya menjelma menjadi dewi, tapi menjelma menjadi seekor elang dan terbang membumbung tinggi ke awan. Isak sedih serta kasih sayangnya pada anak yang ditinggalkannya terdengar sebagai suara elang di angkasa. Orang – orang selalu bercerita suara kelik Elang di angkasa adalah jelmaan Putri Dayang Ayu yang sedang terbang membawa lara hatinya, Karena ia harus menyusui anaknya yang tak pernah lagi kesampaian. 

 

Nah teman-teman ini adalah salah satu cerita rakyat Jambi yang jarang diceritakan, namun masih ada :) Ternyata ada banyak sekali cerita rakyat Jambi yang ada namun mulai perlahan hilang karena tidak semua diabadikan. Berikut ini akan dipaparkan beberapa cerita rakyat jambi lainnya. Semoga membantu temen-temen semua dalam mengenal budaya Indonesia khususnya Jambi :)

Cerita rakyat Jambi lainnya:

1. "Putri Putih Unduk" (PPU)

2. "Si Klingking" (SK)

3. "Raja Banting" (RB)
4. "Syekh Abdul Kadir Jaelani" (SAKJ)
5. "Raja Mudo" (RM)
6. "Burung Tiung" (BT)
7. "Ulaq Lantan" (UL)
8. "Si Kalapak" (SK)
9. "Si Amang Putih (SAP)
10. "Si Tamak dan Intan-Intannya" (STI)
11. "Nenek Puti" (NP)
12. "Raja Tiangso" (RT)
13. "Batu Betung Bertakuk" (BBB)
14. "Batu Larung" (BL)
15. "Perpatih Nan Sebatang (PNS)
16. "Bujang Senaning (BS)
17. "Pulau Rengas" (PR)
18. "Bukit Bulan" (BB)
19. "Putri Tanglung" (PT)
20. "Napal Sisik" (NS)
21. "Perahu Lancang Gading" (PLG)
22. "Aminuddin dan Aminullah" (AA) 
23. "Raden Mathahir Singa Kumpeh" (RMSK)
24. "Bukit Kancah" (BK)
25. "Malin Tembesu" (MT)
26. "Pendekar Bujang Senaya" (PBS)
27. "Kemilai Air Emas" (KAE)
28. "Sebakul" (Sb)
29. "Kutojoyo" (Kj)
30. "Buah Gelumpang" (BG)
31. "Orang Kayo Hitam (OKH)
32. "Si Nam Berenam Bertujuh dengan Putri Bungsu" (SBBPB)
33. "Asal-Usul Raja Jambi" (ARJ)
34. "Panglima Syawal" (PS)
35. "Bukit Sanggar Puyuh" (BSP)
36. "Sayang Tabuang" (ST)
37. "Putri Retno Pinang Masak" (PRPM)
38. "Cerita Depati Sebelas" (CDS)

 

Sumber:

http://cerita-rakyat.com/dideng-dang-ayu/

http://m.kajanglako.com/id-317-post-cerita-rakyat-jambi-yang-terbuang.html

 

OSKMITB2018

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Jembatan Plunyon Kalikuning
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...

avatar
Bernadetta Alice Caroline