DESA WISATA JARUM BAYAT
Apa yang terfikir ketika mendengar nama Desa Wisata Jarum Bayat? Pasti yang terbayang ialah desa penghasil jarum, tapi ternyata bukan. Desa Jarum merupakan salah satu desa di Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten Jawa Tengah yang sebagian besar warga desanya memiliki matapencaharian berkaitan dengan batik, entah itu sebagai produsen batik, pedagang batik, pemasok batik ke pasar-pasar, buruh batik, dsb. Ya, disini bisa dibilang salah satu desa penghasil batik di kota Klaten, batik khas Bayat.
Desa Jarum salah satunya, desa tersebut adalah sebuah desa kecil yang terletak di Kecamatan Bayat,Klaten. Pada tahun 2013,desa tersebut dinobatkan sebagai desa wisata,karena di desa Jarum memiliki potensi daerah yang menjanjikan,yang sebagian besar adalah pengrajin batik,yaitu batik tulis kain dan batik kayu. (PPID PROVINSI JAWA TENGAH, 2015)
Uniknya, yang dijadikan media pembuatan batik tidak hanya kain saja. Produk batik dari desa ini cukup beragam mulai dari batik kayu, batik kain, dan batik keramik. Batik kayu meliputi topeng , almari , tempat minuman, wayang, patung , sandal , gelang, gantungan kunci, berbagai mainan seperti dakon, sangkar burung dan masih banyak lagi. Batik kain bisa berupa batik warna alam, bisa juga warna sintetis. Batik keramik meliputi semua jenis keramik yang berbahan dasar tanah liat bisa di finishing dengan batik, sehingga nilai seni dari kerajinan batik dari Desa Jarum ini semakin istimewa.
Meski banyak dipengaruhi oleh corak kasunanan (Surakarta), batik tulis Bayat memiliki ciri khas tersendiri, seperti:
1. Gajah Birowo
Motif gajah birowo adalah gajah yang sangat besar yang melambangkan sumber kekuatan. Batik motif gajah birowo dipercaya merupakan sumber kekuatan bagi mereka yang membutuhkannya. Motif gajah birowo melambangkan kepemimpinan, yang biasa dipakai dalam upacara kebesaran oleh para bupati di Mangkunegaran.
2. Babon Angrem Batik
Babon Angrem ini termasuk “semenan” dari kata “semi”, maksud dari nama “babon-angrem” adalah ayam betina yang sedang mengerami telur. Batik ini digunakan pada saat upacara tujuh bulanan pada ibu hamil, yang melambangkan kasih sayang dan kesabaran seorang ibu agar sifat tersebut dapat menurun atau ditiru oleh anaknya kelak. Motif tersebut melambangkan bahwa seorang wanita yang sedang mengandung hendaknya memiliki rasa kasih sayang dan kesabaran, agar sifat tersebut dapat diwarisi oleh si anak kelak jika telah lahir. Sedangkan makna kultural dari batik ini adalah permohonan keturunan sebagai penyambung sejarah.
Motif-motif di atas didominasi oleh warna soga atau kecoklatan.Seiring dengan perkembangan budaya batik, motif dan warna batik yang dibuat masyarakat Bayat juga semakin beragam. Meski demikian, motif batik tradisional Bayat tetap dilestarikan. #OSKMITB2018
Sumber :
1. Dokumen Makalah Lomba Cagar Budaya, dengan daftar pustaka sebagai berikut :
Kristianto, Yusup. 2015 “Batik Indonesia Batik Dunia” Diakses dari
http://indonesabatik.blogspot.co.id tanggal 20 Desember 2016 pukul 06.09
Kasnowihardjo, Gunadi. 2015 “Sejarah Bayat, Batik Bayat, dan Ekonomi Kreatif Rakyat” Diakses dari http://www.kompasiana.com tanggal 20 Desember 2016 pukul 06.13
Jarum, Batik. 2015 “Wisata Kerajinan Batik & Budaya” Diakses dari http://batikkayujarum.blogspot.co.id tanggal 20 Desember 2016 pukul 06.31
Dina, Hany. 2013 “Cara Menjaga Budaya Lokal” Diakses dari http://hanydina.blogspot.co.id tanggal 20 Desember 2016 pukul 09.08
2. Dokumentasi pribadi
Vila Van Resink adalah bangunan cagar budaya berbentuk vila yang terletak di Jalan Siaga, Kalurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilik awal vila ini adalah Gertrudes Johannes "Han" Resink, seorang anggota Stuw-groep , sebuah organisasi aktif pada Perang Dunia II yang memperjuangkan kemerdekaan dan pembentukan negara demokratis Hindia Belanda. Bangunan tersebut dibangun pada masa pemerintah Hindia Belanda sebagai bagian dari station hill (tempat tetirah pada musim panas yang berada di pegunungan) untuk boschwezen dienst (pejabat kehutanan Belanda). Pada era Hamengkubuwana VII, kepengelolaan Kaliurang (dalam hal ini termasuk bangunan-bangunan yang berada di wilayah tersebut) diserahkan kepada saudaranya yang bernama Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkubumi. Tanah tersebut lantas dimanfaatkan untuk perkebunan nila, tetapi kegiatan itu terhenti kemudian hari karena adanya reorganisasi pertanian dan ekonomi di Vors...
Gereja Kristen Jawa (GKJ) Pakem Kertodadi adalah salah satu gereja di bawah naungan sinode Gereja Kristen Jawa, yang terletak di Jalan Kaliurang km. 18,5, Padukuhan Kertadadi, Kalurahan Pakembinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Awal mula pertumbuhan jemaat gereja ini berkaitan dengan keberadaan Rumah Sakit Paru-Paru Pakem, cabang dari Rumah Sakit Petronela (Tulung), yang didirikan di wilayah Hargobinangun. Sebelum tahun 1945, kegiatan keagamaan umat Kristen diadakan secara sederhana dalam bentuk renungan atau kebaktian pagi yang berlangsung di klinik maupun apotek rumah sakit yang dikenal dengan nama "Loteng". Para perawat di rumah sakit tersebut juga melakukan pelayanan kesehatan ke dusun-dusun di sekitarnya, yaitu Tanen, Sidorejo, Purworejo, dan Banteng. Menurut Notula Rapat Gerejawi, jemaat gereja ini mengadakan penetapan majelis yang pertama kali pada 21 April 1945. Tanggal tersebut lantas disepakati sebagai hari jadi GKJ Pa...
Situs Cepet Pakem adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Cepet, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan temuan dua buah yoni dan sejumlah komponen arsitektur candi di sekitarnya, situs ini diduga merupakan reruntuhan sebuah candi Hindu dari masa klasik. Lokasinya kini berada di area permakaman umum Padukuhan Cepet, berdekatan dengan sebuah masjid. Benda cagar budaya (BCB) utama yang ditemukan di situs ini adalah dua buah yoni yang terbuat dari batu andesit. Kondisi keduanya telah rusak, sedangkan lingganya tidak ditemukan. Yoni pertama awalnya berada di pekarangan penduduk bernama Pujodiyono, tetapi sekarang dipindahkan di halaman makam. Yoni ini memiliki ukuran relatif besar dengan bentuk yang sederhana, yaitu lebar 134 sentimeter, tebal 115 sentimeter, dan tinggi 88 sentimeter. Bagian bawah cerat yoni tersebut tidak bermotif dan memberikan kesan bahwa pengerjaannya belum selesai. Sementara itu, terdap...
Situs Potro atau Pancuran Buto Potro adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Potro, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Situs ini terdiri atas dua benda cagar budaya (BCB) utama yang seluruhnya terbuat dari batu andesit, yaitu jaladwara dan peripih. Jaladwara di situs ini oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama Pancuran Buto, karena bentuknya menyerupai kepala raksasa (kala) dengan mulut terbuka, gigi bertaring, dan ukirannya menyerupai naga. Sementara itu, keberadaan peripih berukuran cukup besar di situs ini menimbulkan dugaan bahwa pernah berdiri sebuah bangunan keagamaan di sekitar lokasi, kemungkinan sebuah candi, meskipun bentuk dan coraknya tidak dapat dipastikan karena minimnya artefak yang tersisa.
Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati