|
|
|
|
![]() |
Deleng Pertektekken Tanggal 30 Oct 2011 oleh Syuaa Ash Shiraata. |
Kisah itu berawal dari sebuah desa, Doulu yang hanya berjarak beberapa kilometer dari tempat ini. Doulu terletak di bagian Selatan kota Medan, kira-kira 55 kilometer. Konon di desa Doulu ada sepasang dukun sakti yang bernama Pawang Ternalem dan Beru Patimar.
Dikisahkan sepasang dukun tersebut sering mengembara ke berbagai daerah untuk melakukan pengobatan dengan meninggalkan kedua anakanya. Kabarnya ketika mereka mengembara, kedua anaknya jatuh sakit.Seorang tetangga mengabarkan berita menyedihkan ini kepada sepasang dukun tersebut.Namun Pawang Ternalem dan istrinya menolak pulang. Mereka berpikir, kalaupun anaknya sakit atau sampai meninggal dunia mereka toh bisa menghidupkan lagi.Benar, selang beberapa saat tetangganya datang lagi dan mengabarkan bahwa anaknya telah meninggal dunia.Sepasang dukun sakti ini enggan untuk pulang. Pasalnya, hanya dengan satu centimeter tulang yang masih tersisa mereka mampu menghidupkan kembali anaknya.
Sial tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Ketika Pawang Ternalem pulang ke rumah, didapati kuburan anaknya telah kosong. Kabarnya, jasad anaknya telah dicuri oleh dukun yang lebih sakti lagi.Ia adalah Nini Kertah Ernala, penunggu gunung Sibayak. "Bila ingin bertemu bentangkan kain putih". Ingat, jangan menjamah anak itu karena bayangan tersebut akan lenyap," pesan Nini Kertah.
Sepasang dukun tersebut menjalankan pesan Nini Kertah. Ketika mereka membentangkan kain putih maka wajah kedua anak itupun muncul. Karena rindu yang begitu mendalam, Beru Pattimar memeluk kedua anaknya. Namun bayangan itupun tiba-tiba menghilang. Pasangan ersebut sangat terpukul dengan kematian anaknya. Apalagi mereka tak mampu menghidupkan lagi. Rasa kecewa yang mendalam menyebabkan mereka sepakat untuk membuang ilmunya. "Apalah artinya ilmu dan kekayaan yang kita miliki kalau anak kita tak bisa kembali.
Marilah sekarang juga kita buang semua ini," katanya sambil menuju ke sebuah kaki bukit.
Sebelum memotong alat perdukunannya, Beru Pattimar sempat bersumpah, "Apapun yang nantinya melintas di atas kepalaku akan mati". Seketika tempat itupun seperti meledak, menerima sumpah saktinya. Kabarnya sumpah sakti dari Beru Pattimar benar-benar menjadi kenyataan. Penduduk yang mencari kayu di tempat ini sering menemukan bangkai burung yang mati. Malah mereka pun sering menemukan bangkai harimau atau beruang yang mereka ambil kulitnya untuk membuat perhiasan. Benarkah sumpah sakti itu yang menjadi sumbernya? Hanya Tuhan Yang Tau.
Masih menjadi perdebatan yang melemparkan ilmu itu adalah Guru Pertawar Reme yang dikuburkan di Kandibata atau Pawang Ternalem ras Beru Pattimar.bramderisco
Sumber : http://www.karo.or.id/deleng-pertektekken/
![]() |
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
![]() |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
![]() |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
![]() |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |