Acara adat Ngugu Tahunan yang merupakan tradisi khas adat Dayak Tunjung Benuaq dan Bentian di Kalimantan Timur khususnya Kutai kartanegara
Acara adat Ngugu Tahunan yang merupakan tradisi khas adat Dayak Tunjung Benuaq dan Bentian di Kalimantan Timur khususnya Kutai kartanegara yang merupakan salah satu warisan budaya dan tentunya menjadi salah satu daya tarik wisata budaya di daerah Kukar.
Dimulainya acara ditandai dengan alunan music khas masyarakat dayak dilanjutkan dengan prosesi penyembuhan yang dilakukan oleh pawing untuk mengusir penyakit dan tolak bala juga untuk menyuburkan lahan pertanian. Ditengah-tengah lapang juga terdapat sebuah patung yang terbuat dari bahan kayu ulin dipahat berbentuk manusia serta dihiasi dengan ukir-ukiran lain yang sesuai dengan selera dan keahlian sipemahatnya. Patung ini lazimnya dikatakan oleh mereka sebagai patung orang mati atau patung kuangkaikarena dipergunakan dalam upacara adat Kuangkai (yaitu upacara pemindahan tulang dari tempat selong atau Lungun ketempat lain Templak, Klerengatau Taloh). Pada upacara adat tadi patung blontang hanya berfungsi sebagai tempat mengikat hewan kerbau yang akan dikorbankan.
Kerbau tadi dibunuh sedikit demi sedikit dengan mempergunakan senjata tombak yang kemudian barulah ditamatkan riwayatnya dengan cara disembelih. Kemudian darah binatang ini diambil dan dipelaskan pada tempat atau wadah menyimpan tulang tadi yang memang sudah tersedia.
Bagi para pemuda yang berani menombak kerbau tidak boleh menombak bagian lingkaran putih yang sudah ditandi oleh panitia. Panitia juga menyiapkan pengganti bila terjadi hal-hal yang tak d inginkan dengan sebuah piring dan uang sebesar Rp. 50.000
Maksud penyembeihan kerbau ini, menurut kepercayaan suku tersebut, diantaranya adalah sebagai penebus dosa almarhum yang diperbuatnya selama masih hidup, juga kelak akan dipergunakan oleh mereka (simati) sebagai teman tunggangan sewaktu menuju ketempat peristirahatan terkahir yang disebutGunung Lumut , Selain itu mengusir penyakit dan tolak bala juga untuk menyuburkan lahan pertanian.
Suprianto yang mewakili Bupati kukar dalam sambutanya mengatakan Upacara adat ini merupakan suatu tradisi yang turun menurun dan dibudayakan dalam kehidupan adat dayak Tunjung Benuaq, dan Bentian, sehingga patut dilestarikan dan dikembangkan agar generasi selanjutnya tetap memiliki pemahaman dan kemampuan untuk melakukan dan melestarikan kegiatan budaya ini.
Masyarakat dapat mengambil sisi positif dari pelaksanaan upacara adat ini, sebagai mana tradisi di dalam adat dayak Tunjung Benuaq yang selalu didasarkan pada budaya Sempekat (Gotong-Royong). â€Å"Budaya Sempekat ini sangat perlu pertahankan dan dilestarikan, sebagaimana sebuah ungkapan dalam ilmu sosiologi, bahwa tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan. Demikian juga sebaliknya, tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat’ ujarnya.
Di dalam hal ini tumbuhnya nilai-nilai kegotongroyongan atau Sempekat diharapkan dapat menjadi perekat masyarakat untuk menjalin kebersamaan dan kerukunan antara sesama. Tidak dapat dipungkiri bahwa aktifitas budaya dapat memberikan manfaat yang menyehatkan, menyelamatkan, serta mensejahterakan bagi kehidupan masyarakat. Pemerintah daerah sendiri akan sangat mendukung setiap upaya masyarakat yang benar-benar serius untuk mengembangkan pertanian di dalam tradisi kebudayaan yang terus terpelihara. Oleh sebab itu mari bekerja sama untuk memajukan pertanian dan tradisi yang ada ini sehingga menjadi suatu pengembangam yang signifikan terhadap obyek wisata yang ada di Kabupaten Kutai Kartanegara, selain kesejahteraan yang diharapkan dari upacara adat ini.
Ia berharap budaya-budaya yang memiliki nilai luhur yang tinggi dapat laksanakan dan terus dilestarikan oleh generasi-generasi berikutnya. pelestarian adat istiadat dan budaya yang memiliki nilai-nilai positif ini sangat sesuai dengan program pemerintah untuk menggalakkan pariwisata daerah yang selanjutnya akan berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat.