Bum! Bum! Bum!
Di sebuah desa di Bali ada seorang raksasa berjalan dengan riang. Namanya cukup singkat, Kebo Iwa. Karena dia seorang raksasa, tubuhnya sangat besar, suaranya lantang. Tak hanya itu, dia juga memiliki kekuatan yang luar biasa.
“Selamat pagi, Pak kepala desa. Selamat pagi, Bapak-bapak dan Ibu-ibu,” Kebo Iwa memperlihatkan gigi-giginya yang besar.
“Selamat pagi, Kebo Iwa. Wah kebetulan sekali, dapatkah engkau membantu kami membuat pura?” ucap kepala desa.
“Baiklah, tapi seperti biasa, sediakan aku makanan yang banyak dan enak ya?” pinta Kebo Iwa. Kepala desa mengangguk tanda setuju.
Kebo Iwa, raksasa yang ringan tangan dan baik hati. Dia mau membantu penduduk desa untuk membuat pura, rumah atau apa pun yang dibutuhkan penduduk. Penduduk desa senang. Mereka menganggap Kebo Iwa sebagai teman. Hanya saja, Kebo Iwa selalu meminta makanan. Karena tubuhnya yang besar, dia dapat menghabiskan jatah makanan untuk seribu orang dewasa. Lama kelamaan, Kebo Iwa bergantung kepada penduduk desa. Setiap rasa lapar datang, dia mendatangi penduduk untuk meminta makanan.
***
Musim kemarau melanda. Persediaan makanan penduduk semakin tipis. Mereka khawatir, jika hujan tak kunjung datang, panen akan gagal. Ternak-ternak bisa mati. Belum lagi mereka harus menghadapi kemarahan Kebo Iwa, jika tak ada makanan untuknya.
“Huahahaaa…. Huahahaaa…. Pak kepala desa, aku lapar!” Kebo Iwa mengusap perutnya yang keroncongan.
“Maafkan kami Kebo Iwa yang baik hati.” Kepala desa menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada. “Persediaan makanan kami hampir habis, hujan sama sekali tidak turun,” kata Pak kepala desa.
“Aku tak peduli, kalian sudah berjanji akan selalu menyiapkan makanan untukku!” tegas Kebo Iwa dengan mata memerah.
Kebo Iwa pun mengamuk, rumah penduduk rusak dengan sekali pukulan. Tak hanya itu, pura, kandang ternak, dan lumbung tak luput menjadi sasaran tangan Kebo Iwa. Penduduk takut, mereka berlari ke hutan untuk menghindari amukan Kebo Iwa. Ketika penduduk telah pergi dan bangunan banyak yang hancur, Kebo Iwa mengambil beberapa persediaan makanan yang dia temukan, lalu melahapnya dengan rakus.
Nyam…. Nyam…. Nyam….
Di dalam hutan, kepala desa berunding dengan para penduduk. Mereka memikirkan cara untuk berbaikan dengan Kebo Iwa agar dia tidak mengamuk ketika kelaparan. Pak kepala desa akan berbicara baik-baik kepada Kebo Iwa. Sembari menunggu waktu yang tepat, penduduk desa mengumpulkan makanan yang ada di hutan.
***
Waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba. Keadaan sudah aman, Kebo Iwa sudah tidak mengamuk lagi. Pak kepala desa berjalan menemui Kebo Iwa yang sedang duduk bersandar pada sebuah batu besar.
“Kebo Iwa, maafkan kami tak dapat menyediakan makanan untukmu.” Kepala desa duduk di depan Kebo Iwa.
“Aku sudah memaafkan kalian. Maafkan aku juga telah merusak rumah kalian. Tapi, aku tidak suka kalau kalian tak memberiku makan,” ucap Kebo Iwa sambil cemberut.
“Tolong bekerja sama dengan kami. Penduduk desa membutuhkan air agar tanaman dan ternak tidak mati, sehingga kami dapat menyediakan makanan untukmu,” Kepala desa berkata dengan hati-hati.
“Buatkan kami sumur yang sangat dalam. Tolong perbaiki rumah dan pura. Kami akan sediakan makanan setelah tugasmu selesai,” ujar kepala desa penuh semangat.
“Baiklah, Pak kepala desa. Aku selalu senang membantu penduduk desamu,” ucap Kebo Iwa dengan gembira.
Penduduk desa dan Kebo Iwa bergotong royong memperbaiki rumah, pura dan membuat sumur. Penduduk desa mengumpulkan batu kapur untuk melapisi dinding. Kebo Iwa membuat sumur dengan cara menggali tanah. Hari berganti hari, Kebo Iwa berhasil membuat lubang sumur yang dalam. Gundukan tanah di tepi lubang pun semakin tinggi melebihi tumpukan batu kapur di sebelahnya.
Kebo Iwa yang kelelahan tidur nyenyak di dalam sumur. Dengkurannya menggema sampai pelosok desa. Tak terasa, air dari lubang sumur telah keluar dan semakin tinggi. Kebo Iwa belum juga bangun. Dengkurannya malah semakin kencang. Batu kapur di samping gundukan tanah bergetar dan jatuh ke lubang sumur karena dengkuran Kebo Iwa. Kebo Iwa bangun ketika panasnya air bercampur kapur mulai menyumbat hidungnya. Namun, terlambat, Kebo Iwa yang malang tidak berhasil menyelamatkan diri.
Penduduk desa kocar-kacir berlari tak tentu arah, ketika air sumur terus mengalir keluar dari lubang. Luapan air sumur membentuk sebuah danau. Danau ini diberi nama Batur. Gundukan tanah yang kemudian mengeras dan membentuk sebuah gunung yang disebut gunung Batur.
Sumber: http://indonesianfolktales.com/id/book/legenda-danau-dan-gunung-batur/
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja