Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Legenda Bali Bali
Danau dan Gunung Batur - Bali - Bali
- 3 April 2018

Bum! Bum! Bum!

Di sebuah desa di Bali ada seorang raksasa berjalan dengan riang. Namanya cukup singkat, Kebo Iwa. Karena dia seorang raksasa, tubuhnya sangat besar, suaranya lantang. Tak hanya itu, dia juga memiliki kekuatan yang luar biasa.

“Selamat pagi, Pak kepala desa. Selamat pagi, Bapak-bapak dan Ibu-ibu,” Kebo Iwa memperlihatkan gigi-giginya yang besar.

“Selamat pagi, Kebo Iwa. Wah kebetulan sekali, dapatkah engkau membantu kami membuat pura?” ucap kepala desa.

“Baiklah, tapi seperti biasa, sediakan aku makanan yang banyak dan enak ya?” pinta Kebo Iwa. Kepala desa mengangguk tanda setuju.

Kebo Iwa, raksasa yang ringan tangan dan baik hati. Dia mau membantu penduduk desa untuk membuat pura, rumah atau apa pun yang dibutuhkan penduduk. Penduduk desa senang. Mereka menganggap Kebo Iwa sebagai teman. Hanya saja, Kebo Iwa selalu meminta makanan. Karena tubuhnya yang besar, dia dapat menghabiskan jatah makanan untuk seribu orang dewasa. Lama kelamaan, Kebo Iwa bergantung kepada penduduk desa. Setiap rasa lapar datang, dia mendatangi penduduk untuk meminta makanan.

***

Musim kemarau melanda. Persediaan makanan penduduk semakin tipis. Mereka khawatir, jika hujan tak kunjung datang, panen akan gagal. Ternak-ternak bisa mati. Belum lagi mereka harus menghadapi kemarahan Kebo Iwa, jika tak ada makanan untuknya.

“Huahahaaa…. Huahahaaa…. Pak kepala desa, aku lapar!” Kebo Iwa mengusap perutnya yang keroncongan.

“Maafkan kami Kebo Iwa yang baik hati.” Kepala desa menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada. “Persediaan makanan kami hampir habis, hujan sama sekali tidak turun,” kata Pak kepala desa.

“Aku tak peduli, kalian sudah berjanji akan selalu menyiapkan makanan untukku!” tegas Kebo Iwa dengan mata memerah.

Kebo Iwa pun mengamuk, rumah penduduk rusak dengan sekali pukulan. Tak hanya itu, pura, kandang ternak, dan lumbung tak luput menjadi sasaran tangan Kebo Iwa. Penduduk takut, mereka berlari ke hutan untuk menghindari amukan Kebo Iwa. Ketika penduduk telah pergi dan bangunan banyak yang hancur, Kebo Iwa mengambil beberapa persediaan makanan yang dia temukan, lalu melahapnya dengan rakus.

Nyam…. Nyam…. Nyam….

Di dalam hutan, kepala desa berunding dengan para penduduk. Mereka memikirkan cara untuk berbaikan dengan Kebo Iwa agar dia tidak mengamuk ketika kelaparan. Pak kepala desa akan berbicara baik-baik kepada Kebo Iwa. Sembari menunggu waktu yang tepat, penduduk desa mengumpulkan makanan yang ada di hutan.

***

Waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba. Keadaan sudah aman, Kebo Iwa sudah tidak mengamuk lagi. Pak kepala desa berjalan menemui Kebo Iwa yang sedang duduk bersandar pada sebuah batu besar.

“Kebo Iwa, maafkan kami tak dapat menyediakan makanan untukmu.” Kepala desa duduk di depan Kebo Iwa.

“Aku sudah memaafkan kalian. Maafkan aku juga telah merusak rumah kalian. Tapi, aku tidak suka kalau kalian tak memberiku makan,” ucap Kebo Iwa sambil cemberut.

“Tolong bekerja sama dengan kami. Penduduk desa membutuhkan air agar tanaman dan ternak  tidak mati, sehingga kami dapat menyediakan makanan untukmu,” Kepala desa berkata dengan hati-hati.

“Buatkan kami sumur yang sangat dalam. Tolong perbaiki rumah dan pura. Kami akan sediakan makanan setelah tugasmu selesai,” ujar kepala desa penuh semangat.

“Baiklah, Pak kepala desa. Aku selalu senang membantu penduduk desamu,” ucap Kebo Iwa dengan gembira.

Penduduk desa dan Kebo Iwa bergotong royong memperbaiki rumah, pura dan membuat sumur. Penduduk desa mengumpulkan batu kapur untuk melapisi dinding. Kebo Iwa membuat sumur dengan cara menggali tanah. Hari berganti hari, Kebo Iwa berhasil membuat lubang sumur yang dalam. Gundukan tanah di tepi lubang pun semakin tinggi melebihi tumpukan batu kapur di sebelahnya.

Kebo Iwa yang kelelahan tidur nyenyak di dalam sumur. Dengkurannya menggema sampai pelosok desa. Tak terasa, air dari lubang sumur telah keluar dan semakin tinggi. Kebo Iwa belum juga bangun. Dengkurannya malah semakin kencang. Batu kapur di samping gundukan tanah bergetar dan jatuh ke lubang sumur karena dengkuran Kebo Iwa. Kebo Iwa bangun ketika panasnya air bercampur kapur mulai menyumbat hidungnya. Namun, terlambat, Kebo Iwa yang malang tidak berhasil menyelamatkan diri.

Penduduk desa kocar-kacir berlari tak tentu arah, ketika air sumur terus mengalir keluar dari lubang. Luapan air sumur membentuk sebuah danau. Danau ini diberi nama Batur. Gundukan tanah yang kemudian mengeras dan membentuk sebuah gunung yang disebut gunung Batur.



 

Sumber: http://indonesianfolktales.com/id/book/legenda-danau-dan-gunung-batur/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya
Gambar Entri
Prajurit Pemanah Kasultanan Kasepuhan Cirebon Di Festival Keraton Nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
Kirab agung milad ke 215 kesultanan kacirebonan
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
PANURUNG: Pasukan Pengawal Keraton Sumedang Larang
Senjata dan Alat Perang Senjata dan Alat Perang
Jawa Barat

Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
sate ayam madura
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Timur

soto ayam adalah makanan dari lamongan

avatar
Sadaaaa