×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Upacara meminta hujan

Provinsi

Jawa Tengah

Asal Daerah

Banyumas

Cowongan

Tanggal 02 Jan 2016 oleh Daniteer .

Cowongan adalah salah satu jenis ritual atau upacara minta hujan yang dilakukan oleh masyarakat di daerah Banyumas dan sekitarnya. Menurut kepercayaan masyarakat Banyumas, permintaan datangnya hujan melalui cowongan, dilakukan dengan bantuan bidadari, Dewi Sri yang merupakan dewi padi, lambang kemakmuran dan kesejahteraan. Melalui doa-doa yang dilakukan penuh keyakinan, Dewi Sri akan datang melalui lengkung bianglala (pelangi) menuju ke bumi untuk menurunkan hujan. Datangnya hujan berarti datangnya rakhmat Illahi yang menjadi sumber hidup bagi seluruh makhluk bumi, termasuk manusia.

Dilihat dari asal katanya, cowongan berasal dari kata “cowong” ditambah akhiran “an” yang dalam bahasa Jawa Banyumasan dapat disejajarkan dengan kata perong, cemong, atau therok yang diartikan berlepotan di bagian wajah. Perong, cemong, dan therok lebih bersifat pasif (tidak sengaja). Sedangkan cowongan lebih bersifat aktif (disengaja). Jadi cowongan dapat diartikan sesuatu yang dengan sengaja dilakukan seseorang untuk menghias wajah. Wajah yang dimaksud adalah wajah irus yang dihias sedemikian rupa agar menyerupai manusia (boneka).

alah satu daerah yang hingga saat ini masih melaksanakan ritual cowongan pada setiap kemarau panjang adalah masyarakat di Desa Plana, Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas. Bagi masyarakat desa Plana, cowongan merupakan keharusan untuk senantiasa dilakukan sebagai upacara minta hujan setiap kemarau panjang. Hal ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat desa Plana yang sebagian besar matapenahariannya bertani atau berocok tanam. Sehingga air merupakan sumber utama bagi mreka yang areal pertaniannya merupakan sawah tadah hujan. Hujan bagi masyarakat desa Plana pada musim kemarau menjadi suatu hal yang sangat berharga. Cowongan adalah salah satu jenis ritual atau upacara minta hujan yang dilakukan oleh masyarakat di daerah Banyumas dan sekitarnya. Menurut kepercayaan masyarakat Banyumas, permintaan datangnya hujan melalui cowongan dilakukan dengan bantuan bidadari, Dewi Sri yang merupakan dewi padi, lambang kemakmuran dan kesejahteraan. Melalui doa-doa yang dilakukan dengan penuh keyakinan, Dewi Sri akan datang melalui lengkung bianglala (pelangi) menuju ke bumi untuk menurunkan hujan. Pada dasarnya, dalam pelaksanaan cowongan terdapat 2 hal penting yaitu aktivitas seni dan bentuk ritual tradisional yang menjadi sarana komunikasi antara manusia dengan alam yang bertujuan untuk mendatangkan hujan. Cowongan dilaksanakan dengan menggunakan properti berupa siwur atau irus yang dihias menyerupai seorang putri. Pelaku cowongan terdiri atas wanita yang tengah dalam keadaan suci (tidak sedang haid, nifas atau habis melakukan hubungan seksual). Dalam pelaksanaan ritual cowongan, para peraga menyanyikan sebuah tembang yang sesungguhnya merupakan doa-doa. Cowongan hanya dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu ketika terjadi kemarau panjang. Keberhasilan pertunjukan cowongan yaitu cepat lambatnya hujan turun, dipengaruhi oleh tindakan-tindakan ritual sebelum pelaksanaan cowongan. Pertunjukan cowongan ini terselenggara karena adanya pemahaman masyarakat yang menganggap alam memilikikekuatan yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia baik positif maupun negatif. Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa pengaruh kepercayaan animisme dan dinamisme terhadap masyarakat Plana masih kental. Didalam cowongan tercermin 2 aspek penting yaitu aspek ritual magis dan aspek estetik. Aspek ritual magis cowongan tercermin pada kegiatan masyarakat dalam mengatasi masalah kekeringan atau faktor cuaca dengan menggunakan kekuatan magis yaitu mengadakan upacara minta hujan yang disertai pertunjukan cowongan. Aspek estetik cowongan tercermin dalam kehidupan masyarakat desa Plana yang masih sangat tradisi mampu berkarya seni dan mengungkapkan pengalaman jiwa melalui cowongan.

 

http://panel.mustangcorps.com/admin/fl/upload/files/9-3-2012%201-34-34%20PM.png

DISKUSI


TERBARU


Mpa'a Oro Gata

Oleh Aji_permana | 29 Dec 2024.
Tradisi

Mpa'a Oro Gata adalah salah satu permainan tradisional dari Bima, Nusa Tenggara Barat, yang diwariskan dari generasi ke generasi. Secara harfiah, ist...

Mpaa Kabanca (T...

Oleh Aji_permana | 28 Dec 2024.
Tradisi

Mpaa Kabanca adalah tradisi unik di Bima yang melibatkan atraksi di atas kuda. Dalam tradisi ini, peserta saling mengejek dan memperlihatkan kemampua...

Mpaa Buja Kanda...

Oleh Aji_permana | 28 Dec 2024.
Tradisi

Mpaa Buja Kandanda memiliki kesamaan dengan Mpaa Soka yang juga merupakan salah satu seni tarian dalam tradisi Bima, yaitu sama-sama menggunakan tomb...

Mpaa Soka (Sala...

Oleh Aji_permana | 28 Dec 2024.
Tradisi

Mpaa Soka adalah tarian tradisional yang bertujuan untuk menyambut tamu penting sebagai bentuk penghormatan, sambil sesekali memperlihat ketangkasan...

Mpaa Manca (Tar...

Oleh Aji_permana | 28 Dec 2024.
Tradisi

Mpaa Manca merupakan salah satu tarian tradisional yang memadukan gerakan dinamis dan seni bela diri berpedang. Sehingga tarian ini dikenal juga seba...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...