Coto Kuda adalah makanan khas jeneponto salah satu kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan yang biasa di juluki "Butta Turatea. Nama Jeneponto diambil dari kata Jene (air) dan Ponto (gelang) yang berarti air gelang. Awalnya Coto Kuda hanya dapat dibeli di warung warung yang terdapat di wilayah Turatea Kabupaten Jeneponto lalu menyebar di daerah sekitarnya seperti Kabupaten Takalar,Kabupaten Bantaeng dan Kabupaten Gowa
Saat ini penjual Coto Kuda sudah merambah masuk ke kota Makassar dan beberapan kabupaten/kota yang ada di Sulawesi Selatan. Hanya saja Coto Kuda belum sepopuler Coto Makassar yang dibuat dengan menggunakan daging sapi atau kerbau. Untuk masalah pembuatan, komposisi rempah maupun tampilannya tidak jauh berbeda dengan Coto Makassar. Dibandingkan coto Makassar yang terbuat dari daging sapi/kerbau, Coto Kuda yang menggunakan daging kuda justru terasa lebih empuk, mengandung banyak protein, serta kurang lemak. Selain itu beberapa pelanggan mengaku bahwa Coto Kuda itu mempunyai banyak khasiat bagi kesehatan setelah menyatap Coto Kuda yang dagingnya berwarna merah dibandingkan dengan daging-daging hewan ternak besar lainnya.
Diantaranya, menyatap Coto Kuda ada yang mengakui dijadikan sekaligus sebagai obat alternative untuk penyembuhan penyakit asma,TB,epilepsy,ATS, menyembuhkan badan pegal-pegal dan linu tulang, menghidupkan gairah serta menambah kekuatan vitalitas tubuh.
Bahan:
Bumbu:
Cara Membuat:
RM yang menyediakan coto kuda:
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang