Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Gorontalo Gorontalo
Cerita Si Tulap dan Inania
- 27 Desember 2018
Tulap ini kawin dengan Inania. Keduanya membuat sebuah istana di tengah-tengah hutan. Selang beberapa tahun dari perkawinan mereka, berkatalah Tulap ini kepada istrinya untuk keluar mencari mangsa. Makanan dari Tulap suami istri ini tiap-tiap hari menangkap dan memakan manusia. Jika mereka dapat menangkap anak yang masih kecil belum dimakamnnya, tetapi dibawanya ke tempat tinggal lau dimasukkan ke dalam kandang, dipelihara sampai besar, lalu dimakan.

Semua orang bersembunyi karena takut jangan-jangan berjumpa dengan Tulap lalu ditangkapnya. Itulah yang menyebabkan sehingga manusia di dalam dunia waktu itu tidak berkembang biak.

Setelah Tulap ini keluar dari rumahnya untuk bepergian bertemulah ia dengan seorang laki-laki yang sedang pergi mencari kayu api. Setelah orang ini melihat si Tulap hilanglah semangatnya karena takutnya. Sambil mendatangi orang itu berkatalah Tulap kepadanya: "Hai manusia, jangan kamu takut karena aku tidak memakanmu. Marilah kita bersama-sama pergi mencari makanan. Tiap hari makananku adalah  manusia, tapi kali ini aku sudah jemu makan daging manusia. Hari ini kita bersama-sama pergi mencari burung sebagai pengganti manusia sebagai teman pemakan nasi. Gemetar juga seluruh tubuh orang itu sewaktu bercakap-cakap dengan Tulap. Sementara itu Tulap mengajak supaya berjalan.

Keduanya berjalan bersama-sama, Tulap berjalan dibelakang, sebab jangan-jangan manusia itu lari. Menggigil seakan-akan kedinginan orang itu sementara diikuti oleh Tulap dari belakang.

Sementara mereka berjalan, bertemulah dengan jarum dan peniti. Tulap menyuruh temannya ini mengambil jarum dan peniti untuk dibawa ke rumah. Dari situ mereka meneruskan perjalanan, masuk ke luar hutan, mendaki menuruni jurang, lembah dan pegunungan, menyeberangi sungai yang besar dan yang kecil. Kemudian tibalah mereka pada onggokan cirit manusia. Melihat onggokan cirit manusia ini, di suruh bungkuslah oleh Tulap karena akan dibawa ke rumah sebagai makanan ternak.

Kemudian mereka meneruskan perjalanan masuk hutan ke luar hutan mendaki-menuruni pegunungan. Kian hari, kian jauhlah perjalanan mereka. Makin hari makin penatlah si Tulap, sampai-sampai sudah timpang jalannya. Tibalah mereka pada sebuah kayu besar yang dibuat orang sebagai palu pemecah batang sagu yang dipukul sagunya, kayu pemukul ini disuruh juga oleh Tulap untuk dipikul dan dibawa masuk ke luar hutan. Sementara berjalan itu bertemulah keduanya dengan seekor tikus jantan yang besar.

Bertanyalah Tulap kepada tikus, katanya, "Hai pergi kemana engkau tikus."Tikus menjawab" Aku ini disuruh oleh istriku pergi mencari makanan."

Kemudian berkatalah Tulap mengajak kepada tikus, "Marilah tikus, engkau ikut dengan kami, supaya kita bertiga pergi bersama-sama mencari makanan." Selesai bercakap-cakap demikian, berjajanlah ketiganya masuk ke luar hutan. Walaupun berjalan tinggal dipaksa karena sudah letih, tetapi belum juga diajak oleh Tulap kembali ke rumahnya, karena belum memperoleh makanan. Si tikus jantan sampai kini masih belum lelah karena sewaktu-waktu ia dapat melompat. Kemudian setelah jauh sekali mereka bertiga bertemu dengan seekor lipan yang besar.


Bertanyalah Tulap kepada lipan, "Hai, hendak ke mana engkau, lipan?" Lipan menjawab, "Aku ini disuruh oleh istriku mencari makanan. Anak-anak kami terlalu banyak dan kesemuanya masih kecil. Belum ada yang sanggup mencari makanan sendiri." Tulap berkata pula. "Kalau begitu, alangkah baiknya hari ini kita bersama-sama, sebab kami pun akan mencari makanan. Telah jauh yang kami tempuh, namun demikian belum juga kami memperoleh makanan."

Sesudah itu mereka pun berjalan bersama-sama. Tulap berjalan di depan disusul oleh seorang laki-laki, lalu tikus dan kemudian si lipan. Tiada berapa lama mereka meneruskan perjalanan, berjumpalah mereka dengan seekor burung "Mutuol" yang sedang mengeram hendak bertelur.

Tulap berkata lagi, "Apa yang kau lakukan di situ hai burung  mutuol?". Burung mutuol menjawab, "Aku ini sedang mengeram karena masih/akan bertelur." Tulap berkata lagi, "Alangkah baiknya jika sekiranya kami bawa engkau pulang ke rumahku. Nanti di sana baru bertelur lagi."

Kini mereka bersama-sama berjalan kembali ke rumah. Bersama-samakah ke limanya, Tulap di depan sekali diiringi oleh orang, bantal, tikar dan dinding dekat tempat tidur si Tulap, supaya bila mana ia bangun dan terkejut akan tertusuk pada jarum dan peniti. Bungkusan cirit manusia ini sebenarnya untuk makanan ternak, tetapi tiada aku berikan karena akan ku letakkan di luar pintu dengan maksud supaya si Tulap tergelincir dan jatuh tersungkur ke lantai bila menginjakkan kakinya. Sudah itu dipanggilnya si tikus lalu berkata, "Pekerjaanmu tikus, yakni bilamana si Tulap tidur, engkau secara diam-diam bersembunyi. Jika sudah agak lama si Tulap tertidur, engkau mendekatinya dan engkau gigit telinganya, hingga ia terbangun." Selanjutnya dipanggilnya si lipan lalu diberitahukan, "Pekerjaanmu, lipan, yakni bilamana si Tulap bangun, pergi diam-diam bersembunyi di dekat perian. Bilamana ia sedang mengambil atau menuangkan air dalam perian untuk digunakan membasuh muka, segera engkau sepit."

Sesudah itu dipanggillah si burung mutuol dan berkata, "Pekerjaanmu burung mutuol, yakni bilamana si Tulap bangun, engaku terus memadamkan lampu supaya tidak terang baginya untuk berjalan kian kemari dalam rumah. Selesai engkau padamkan lampu, segera engkau lari ke dapur. Jika si Tulap pergi menghidupkan api di dapur, mengepak-ngepakkan sayapmu agar abu dapur dapat masuk ke matanya."

Selesai memperbincangkan rencana itu, sejurus kemudian, datanglah si Tulap. Karena didorong dengan rasa lelah dalam perjananan yang jauh, lagi pula terlalu kenyang setelah makan seorang manusia, maka ia tertidur, tanpa bertanya kalau ia dimana istrinya.

Tidak berapa lama kemudian setelah ia tertidur, kedengaran napasnya mendengkur. Mendengar dengkuran napasnya seperti geram seekor kerbau yang sedang mengganas, si tikus bangun perlahan-lahan lalu mendekati si Tulap. Tampak olehnya si Tulap ini tidur terlentang sambil mendengkur sangat kerasnya. Bertepatan itu pula si tikus menggigit telinga si Tulap dan saat itu pula si burung mutuol memadamkan lampu sehingga gelap gulitalah di dalam rumah si Tulap itu.

Begitu gigitan tikus ke telinga, menggelaparlah badan si Tulap sehingga tertusuklah ia pada jarum dan peniti yang ditusukkan ke bantal, tikar dan di dinding dekat tempat tidurnya. Setelah tangannya tertampar ke dinding, tertusuklah peniti, jarum ke tangannya. Ia bangkit dari tempat tidur, menuju ke dapur untuk menghidupkan lampu yang sudah dipadamkan tadi, sementara ia membungkuk untuk menghidupkan api,mengepak-ngepaklah sayap burung mutuol dan beterbanganlah abu dapur sehingga terpencar ke mata si Tulap dan masuk ke matanya. Dari dapur  ia menggosok-gosok matanya menuju ke tempat perian untuk menuangkan air pembasuh muka, namun sebelum sempat airnya tertuang, ia telah disepit oleh lipan pada lengannya. Pegangan tangannya pada perian terlepas, lalu ia menuju ke pintu untuk keluar rumah. Setelah ia keluar dari rumah, tiba-tiba ia menginjak onggokan cirit manusia di di depan pintu, ia tergelincir dan jatuh tersungkur ke tanah. Jatuhnya kedengaran seperti dentuman batu besar yang jatuh dari atas gunung. Hampir-hampir ia tidak sanggup  lagi bangkit dari tempat itu. Tapi ia berusaha sekuat tenaga sambil berdiri masuk kembali ke rumah. Sementara ia masuk ke dalam rumahnya  tiba-tiba   secepat  kilat orang yang sembunyi  di balik pintu mengayunkan  palu  kayunya (pemukul yang terbuat dari kayu) kearah kepala si Tulap, terus jatuh tersungkurlah ia dan tamatlah riwayat hidup si Tulap.

Begitulah jadinya cerita itu sehingga dewasa ini kita tidak pernah lagi melihat si Tulap.

 

 

sumber:

  1. Alkisah Rakyat (http://alkisahrakyat.blogspot.com/2015/11/cerita-si-tulap-dan-inania.html)

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Jembatan Plunyon Kalikuning
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Gua Jepang Kaliurang
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Goa Jepang yang berada di kawasan wisata Kaliurang ini merupakan salah satu goa buatan peninggalan pada masa penjajahan Jepang. Goa yang dibangun pada tahun 1942-1945 ini merupakan tempat perlindungan tentara Jepang dari para tentara sekutu pada masa itu. Goa Jepang di Kaliurang ini memang memiliki fungsi yang berbeda dengan Goa Jepang di daerah Berbah yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan senjata dan bom. Goa yang terletak di Bukit Plawangan ini memiliki 25 goa buatan yang satu sama lain memiliki ruang penghubung masing-masing. Sebelum menuju goa ini, dari pintu masuk Nirmolo, pengunjung harus berjalan melalui jalan setapak terlebih dahulu kurang lebih 45 menit. Setelah sampai di area Goa Jepang, pengunjung akan dipandu oleh pemandu wisata yang akan dengan senang hati menjelaskan sejarah dan cerita mengenai goa jepang ini. Dengan dijelaskannya sejarah mengenai seluk beluk goa jepang, para pengunjung pun selain menikmati wisata sejarah, diharapkan juga mendapat pengetahuan leb...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Lokasi Pusat Universitas Gadjah Mada memiliki bangunan cagar budaya Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada yang merupakan cikal bakal sarana pendidikan pertama dalam bentuk kompleks bangunan yang dirancang secara khusus dengan pola tata ruang simetris. Lokasi ini merupakan tempat kegiatan pembeIajaran/pendidikan tinggi pertama kali di Indonesia yang dibangun setelah kemerdekaan pada tahun 1951, lokasi ini juga merupakan bukti sejarah perhatian pemerintah Republik lndonesia pada peletakan batu pertama universitas oleh Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno. Lokasi pusat Universitas Gadjah Mada memiliki struktur dan pola ruang yang memiliki kemiripan dengan konsep ruang arsitektur Jawa Kraton Kasultanan Yogyakarta. Salah satu cirinya adalah orientasi arah dan Ietak bangunan pada garis poros imajiner dengan dua arah ke Utara dan Selatan meskipun mengalami perubahan dari rencana semula. Awalnya. konsep pintu masuk utama dari arah utara melalui gerbang di tengah Arboretum, menuju Balairung...

avatar
Bernadetta Alice Caroline