×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Cerita Rakyat

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

Provinsi

Lampung

Cerita Si Anak Tekhe (Kisah Hasan dan Husin Dari Lampung)

Tanggal 27 Dec 2018 oleh Admin Budaya .

Tersebutlah kisah, seorang raja mempunyai dua orang istri. Dari istrinya yang  pertama, Raja memperoleh seorang putra, dan dari istri yang kedua mendapat dua orang anak, yang seorang perempuan dan seorang laki-laki. Setelah anaknya berumur kurang lebih empat atau lima tahun, istri raja yang tua meninggal dunia. Karena putra ini sudah piatu, maka kehidupannya sehari-hari diurus oleh ibu tirinya. Putra dari istri pertama ini bernama Hasan, sedangkan putra dari istri kedua bernama Husin.

Antara Hasan dan Husin hidup sangat serasi dan akur, tidak pernah berselisih faham, apalagi berkelahi. Segala kegiatan mereka berdua dikerjakan bersama-sama. Mandi bersama, tidur bersama, main-main bersama, makanpun bersama-sama. Di halaman rumah tempat mereka bermain terdapat beberapa ekor kuda milik mereka. Suatu ketika, Raja baru saja pulang dari bepergian. Sang Raja menanyakan perihal anak-anaknya kepada istrinya. Tiba pada giliran Hasan yang ditanyakan, istrinya menjawab dengan ketus "Entahlah! Anakmu itu sangat nakal, bahkan berbuat tidak sopan terhadap saya.

Lihatlah pakaianku ini penuh kotoran lumpur. Dia tadi merangkul saya. Agaknya dia bermaksud tidak senonoh pada saya." Sang Raja  membentak dengan amarahnya,. "Tidak mungkin Hasan berlaku seperti itu!" Si Istri tidak berputus asa. Masih terus dia merayu dan menyatakan pada suaminya bermacam tingkah laku si Hasan yang dikatakannya jahat. Tetapi Raja tetap tidak percaya. Karena Sang Raja juga tidak terkena bujukannya, maka timbul pemikiran istri raja (ibu tiri si Hasan) akan membunuh si Hasan, karena jika si Hasan sudah dewasa, tentu akan mempersulit keadaan dan posisinya. Segala harta akan habis dibagi-bagi Hasan, dan Husin serta anak perempuannya akan mendapat bagian sedikit. Demikian pikir istri sang Raja.

Suatu ketika Hasan dan Husin pulang dari bermain-main, mereka terus tertidur karena lelah. Si istri Raja pada malam itu telah menyusun rencana akan membunuh Hasan. Keesokan harinya, tidak seperti biasanya, Hasan dibangunkan oleh ibu tirinya, "Hasan bangunlah! Adikmu Husin sudah pergi mandi sejak tadi." Tanpa menoleh kiri, kanan, Hasan bangun dan langsung pergi mandi menyusul Husin. Ternyata setiba di tempat mereka biasa mandi, Husin tidak terdapat disana. Hasan pun terus mandi, dan setelah selesai dia pulang ke rumahnya. Tampak oleh Hasan bahwa Husin baru saja bangun dan akan pergi mandi, bukan sudah mandi. Hasan pun terus saja berpakaian dan setelah selesai, ibu tirinya menyuruhnya makan. Hasan pun menurut perintah ibunya. Hasan pun menuju makanan yang telah disajikan. Sang Raja memelihra seekor kucing hitam. Kucing hitam itu mengikutinya dan memperhatikannya Hasan akan menyuapkan nasi ke mulutnya.

Ketika Hasan akan menyuap yang ketiga kalinya, kucing itu menggigit tangan Hasan, Hasan marah pada kucing sambil mengerutu, "Kubunuh nanti kau kucing!" Kucing tidak memperdulikan omelan Hasan, tetapi terus saja makan makanan yang ada di hadapan Hasan, dan seketika itu juga kucing itu mati di pangkuan Hasan. Melihat kucing itu mati, Hasan menjadi ketakutan akan dimaki-maki ibu tirinya. Dalam pikirannya, "Bapak baru saja marah, disusul pula matinya kucing ini. Tentu ibu akan marah dan sangat murka.

Kalau begini, lebih baik saya pergi saja meninggalkan rumah ini." Hasan pun mengumpulkan pakaian secukupnya, dan terus mengambil kuda lalu dinaikinya. Kuda dipacunya dengan kencang. Rupanya perbuatan Hasan diketahui oleh Husin. Husin pun menyusul kakaknya dengan kuda lain, tetapi Hasan terlampau cepat dan Husin tidak mampu menyusul kakaknya. Mungkin karena lelah, Hasan beristirahat disuatu tempat. Ketika itu muncullah Husin mengajak kakaknya pulang. Jawab Hasan,"Tidak, Dik. Kau saja yang pulang." Tetapi Husin memaksa terus dan Hasan pun mengiyakan. Mereka berdua menunggang kuda masing-masing kembali ke rumah.

Kira-kira separuh perjalanan pulang, Hasan membalikkan kembali kudanya menuju arah yang berlawanan untuk melanjutkan niatnya semula dan memacu kudanya dengan kencang, sedangkan Husin tidak dihiraukannya. Setelah lama Hasan menunggang kudanya, bertemulah ia dengan jalan yang bercabang dua, dan Hasan memilih yang berbelok ke kanan. Kudanya pun dipercepat larinya. Di belakangnya terdengar pula suara kuda lain berlari mendekatinya. Kiranya Husin mengejarnya, yang mengikuti jejak kaki kuda Hasan. Sehingga pada jalan bercabang dua tadi. Husin dapat memilih jalan yang tepat. Husin pun berseru pada Hasan. "Kak! tunggu  saya. Setengah mati aku mengejarmu, saya mau ikut kakak." Jangan dik, kembali saja ke rumah, jangan ikut saya." Kata Hasan. "Saya mau ikut kakak saya tidak  mau pulang, "Kata Husin berkeras. Hasan menasehati adiknya.

"Jangan Dik, kau kembali saja, terlampau banyak rugimu." Tetapi Husin berkeras akan ikut. "Saya tetap ikut kakak, ke mana pun kakak pergi. Kalau kakak mati, saya ikut mati. Kalau hidup sayapun ikut," kata Husin.
Karena Husin tidak mau kembali, dan akan tetap ikut pada Hasan, merekapun meneruskan perjalanan dengan kuda mereka, tanpa tujuan yang pasti. Mendaki gunung, menuruni lembah mereka lakukan dibawah teriknya sinar matahari dan dinginnya angin malam yang menusuk ke tulang mereka.

Telah bertahun-tahun mereka berjalan meninggalkan rumah dan orang tua mereka. Si ibu bersedih karena kehilanagn seorang anak, sedangkan bapak sedih kehilangan anak dua orang dan tak ada lagi anak alaki-laki mereka yang dapat diharapkan. Sang Raja pun mengeluarkan pengumuman untuk mencari anaknya, tetapi harus dicari oleh Badak Putih, karena hanya dengan Badak Putih anaknya dapat ditemukan. Maka Raja pun menyuruh seekor Badak Putih mencari dan membawa anaknya pulang kehadapannya.

Setelah bertahun-tahun kedua putra raja itu berjalan dengan menunggang kuda, tibalah disuatu tempat, mereka menemukan suatu batu yang besar dan sangat bagus. Mereka pun turun dari kuda untuk beriastirahat. Hasan bertanya kepada adiknya, "Dik, apakah adik akan tidur lebih dulu atau saya?" Jawab Husin, "Duluan kakak saja istirahat." Hasan menoleh dan menyuruh adiknya lebih dahulu. "Adik saja yang tidur duluan." Husin pun tidur. Tak beberpa lama Husin tertidur dia pun bangun dan berkata kepada kakaknya. "Sekarang kakak dulu istirahat. Tidurlah dulu Kak." Maka tidurlah Hasan dan Husin yang berjaga, sedangkan kuda mereka diikatkan pada kayu. Disekitar tempat mereka terdapat banyak sekali burung-burung. Di antaranya terdapat sepasang burung pipit putih.

Kedua pasang burung pipit putih ini bercakap-cakap tentang cita-cita mereka. Kata burung pipit putih jantan, "Apa ilmu yang kamu pakai untuk masa depan kamu?" Jawab yang betina, "Barang siapa yang dapat makan tubuh saya ini, dia akan menjalani kesusahan selama tujuh tahun dan setelah itu dia pasti jadi raja." "Lantas apa tuahmu? tanya si betina kepada si jantan. "Ach, kalau saya, siapa yang memakan saya dalam tempo seminggu, dia pasti jadi raja." Sambil bercakap-cakap itu, mereka menoleh ke bawah pohon tempat mereka bertengger, dan tampaklah Hasan dan Husin oleh mereka. Yang seekor berkata, Oh, rupanya di bawah sana ada manusia." Sebaliknya si Husin yang sedang terjaga, terkejut mendengar suara burung yang sedang bercakap-cakap demikian, dan oleh Husin diambilnya sepotong kayu lalu dilemparkannya, kedua pipit itu, jatuh dan mati. Bulunya dibuang oleh Husin kemudian dijemurnya diatas batu di bawah terik matahari. Setelah diperkirakannya matang, yang betina dimakan oleh Husin, sedang yang jantan ditinggalkannya. Tak lama kemudian Hasan terbangun dari tidurnya. Husin pun memberikan patok jantan yang sudah matang kepada Hasan dan langsung dimakannya. setelah itu Hasan menyuruh Husin tidur lagi. "Dik, sekarang kau tidur lagi, biar badanmu lebih segar!". Maka Husin pun tidur kembali. Tak lama kemudian setelah Hasan makan patok jantan merasa haus, sampai tak tertahankan dan ia mencari air untuk minum.

Lama Hasan mencari air ke sana kemari tetapi tidak bertemu setetespun, sehingga akhirnya dia bertemu dengan seekor badak putih yang segera berkata kepada Hasan. "Kau harus ikut dengan saya, kalau tidak mau akan ku makan kau! Kata Badak putih kepada Hasan. "Kau akan dijadikan Raja". Hasan pun pergi dibawa oleh badak putih menyeberangi lautan. Sedangkan kuda dan adiknya ditinggalkan begitu saja, karena tak sempat lagi menemuinya.

Setelah Husin terbangun, ia sangat terkejut melihat kakaknya sudah tidak ada lagi, sedangkan kudanya juga hilang. Husin bergumam. "Aduh!, barangkali kakak ini pergi meninggalakan saya. Saya coba mencarinya dulu !" Husin pun pergi dengan kudanya mencari Hasan kesana-kemari dalam semak belukar. Tak berapa lama dia menoleh ke belakang tampak olehnya seekor badak putih mengejarnya dan dia pun lari sekencangnya, sampai ia tiba di pinggir sebuah sungai. Di sana Husin bertemu dengan orang yang sedang bersampan, dan menanyakan tentang kakaknya Hasan tetapi dijawab oleh orang  yang berperahu, tidak tahu!. Husin meminta izin menyeberangi sungai dengan menumpang perahu itu, tetapi oleh tukang perahu ditolak, kalau Husin tidak mau bayar. Oleh tukang perahu dikatakan, "Kau belum tahu kesibukan kami. Raja kami disini sedang mendapat seorang anak raja. Kamu begawiy (pesta pora), besar-besaran karena mendapat seorang anak raja. Kamu boleh ikut kalau mau bayar. Husin menjawab,"Saya tidak punya uang." Oleh tukang perahu dikatakan." Kuda kamu saja berikan saya." Husin setuju dan berangkatlah ia menyeberangi sungai itu dengan perahu dan ongkosnya seekor kuda.

Setibanya di seberang sungai, Husin ditangkap oleh lasykar raja, dan dilaporkan pada raja. Perintah raja, "Tahan dan kurung dalam kandang ayam. Campurkan dengan ayam dan itik, kita akan begawiy tidak boleh ada kekacauan." Husin pun dikurung dalam kandang ayam menjadi satu dengan ayam dan itik. Demikianlah makan, minum dan tidur Husin selama dalam tahanan menjadi satu dengan ayam dan itik.

Suatu tempo, sang Raja ingin meminangkan anak Raja di hilir sungai buat anaknya. Untuk itu Raja menurunkan kapal ke sungai tujuh buah kapal untuk keperluan meminang itu. Anak Raja yang akan dipinang adalah di sebuah lautan di atas sebuah Maligai (menara). Anak Raja dihilir sungai ini telah dipinang oleh 40 orang calon tunangannya. Raja yang pertama tadi yaitu raja yang membawa Husin, menemui kesulitan dalam menurunkan kapal ke sungai, sampai hampir seluruh penduduk dikerahkan untuk menarik kapal itu ke sungai, tetapi tidak berhasil.

Suatu malam, sang Raja bermimpi, "Kalau kamu mau menurunkan kapal-kapalmu ke sungai, tak usah payah-payah, panggil saja anak yang ditahan dalam kandang itik itu, dia pasti dapat membawa perahu ke sungai. Sang Raja pun mendatangi dan memanggil sendiri si Husin yang sedang dalam tahanan di kandang ayam dan itik sambil sang Raja membawa pedang. "Hai Nak!" Kata Sang Raja setengah membentak. Kamu harus dapat menarik kapal-kapalku itu ke sungai. Kalau tidak dapat, akan kupancung lehermu dengan pedangku ini (sambil sang Raja menghunus pedangnya). Husin menjawab, "Ya Tuan, saya usahakan, sama-sama kita memohon pada Tuhan!" "Jangan banyak bicara!" bentak sang Raja. "Kalau tidak berhasil, lehermu kupancung."

Husin pun keluar dari kandang itik dan ayam, berjalan menuju kapal-kapal sang Raja. Husin menarik sedikit saja kapal itu, lalu meniupnya, dan ternyata ketujuh kapal itu bergerak menuju sungai. Kemudian Raja berkata kepada Husin. "Kalau sampai nanti ada terjadi huru-hara dalam kapal selama perjalanan pergi dan pulang meminang, maka kamu harus ikut juga."

Berangkatlah mereka beramai-ramai dengan Raja termasuk Husin, untuk meminang putri Raja di hilir sungai di laut. Setelah mereka tiba di tempat putri Raja di seberang lautan, ternyata yang meminang putri Raja sangat banyak. Ada kira-kira 40 (empat puluh) orang peminang. Para peminang tampak sedang menghadapi batu yang sangat besar dialun-alun di depan Istana, sedangkan sang putri Raja ada di atas Mahligai. Permintaan sang putri, para pelamar yang akan menjadi suaminya adalah orang yang dapat memasukkan batu besar itu ke dalam mahligai, lewat jendela mahligai. Sedangkan sang putri sendiri menunggu diatas mahligai sambil bertenun kain. Salah seorang peminang, yaitu anak dari Sidang Belawan Bumi, menendang batu itu tinggi sekali sampai tidak kelihatan lagi. Tetapi batu itu tidak masuk ke jendela mahligai melainkan jatuh kembali ke dalam alun-alun dan kali ini akan menimpa Husin yang sedang duduk di pinggir alun-alun. Karena takut tertimpa batu itu. Husin pun bergerak dan menendang kembali batu itu dan ternyata masuk tepat ke jendela mahligai sang putri. Putri Raja bangun dari duduknya, tenunan ditaruh di atas meja dan ia berkata. Pemuda itulah yang jadi jodoh saya!" Ucap sang putri kepada ayahandanya. Jawab Raja di seberang lautan, "Ya, baiklah Nak! kalau demikian." Para peminang kembali ke rumah masing-masing dengan hati kecewa, sedangkan Husin tetap menunggu kelanjutannya.

Sang putri meminta kepada ayahandanya untuk dinikahkan lebih dahulu pada waktu itu juga. Oleh  Raja (sang  ayahanda) dijawab.  "Tak usah  sekarang Nak,  nanti saja setelah di tempat calon mertuamu, saja di hulu Sungai". Tetapi sang putri tetap berkeras, dan sang putri pun dinikahkan.

Jodohnya bukan dengan putra Raja dari Hulu Sungai, tetapi dengan Husin yang dikatakan budak oleh Raja di Hulu Sungai tadi. Kemudian sang putri memesan agar dibuatkan sebuah kotak kepada ayahnya dan supaya dibuatkan kunci dari dalamnya, dan meminta kelapa sebanyak 140 buah. Jawab sang ayah (Raja). "Semua harta benda ini saya bagi dua dengan kamu, termasuk orang-orang yang akan kau bawa," Sehingga seluruh sessan (bawaan) berjumlah 14 kapal. Jadi kapal seluruhnya ada 21 ditambah 7 buah kapal yang dibawa oleh sang Raja di Hulu Sungai waktu datang melamar. Sang putri berkata lagi kepada ayahandanya. "Biarlah yang lain ayah, itu tidak penting. Yang penting bagi ananda ialah kelapa 140 buah dan diikat dua buah seikat."

Belum berapa jauh mereka berlayar kembali ke rumah mertua sang putrid, Husin dilempar oleh Raja Hulu Sungai ke dalam laut. Demikian juga kelapa yang 140 buah (2 buah seikat) dilemparkan semua dan hanya 2 buah (seikat lagi). Pertama kali Husin dilemparkan dari kapal yang terdepan, dan kemudian ia naik ke kapal yang kedua, dilemparkan lagi demikian seterusnya sampai ke kapal yang ke 20 sehingga hanya tinggal satu kapal lagi, yaitu yang paling belakang yang ke-21. Dan pada kapal yang terakhir inipun Husin dilemparkan berikut kelapa yang terakhir pula.

Sebelum mereka bertolak dari negeri sang putri, putri memberikan sebentuk cincin kepada suaminya. Suami ini bergantung pada kelapa yang dibuang dari kapal tadi. Akhirnya sang suami terdampar di pangkalan Penunggu Bunga. Ketika Sang Penunggu Bunga pergi mandi dilihatnya ada seorang anak terdampar di pemandiannya maka segera diangkat di bawa kerumahnya.

Raja dari Hulu Sungai bersama putri Raja Seberang Lautan telah tiba di tempatnya dan menyatakan akan segera mengawinkan sang putri yang memang belum dikawinkan. Selama dalam perjalanan rupanya sang putri ini masuk ke dalam kotak pesanannya tadi dan dikuncinya dari alam. Putri ini menjawab dalam kotak, bahwa ia belum mau kawin. Kalau ia menganggap saatnya telah tiba nanti untuk kawin, dia memberi tahukan kepada Raja dari Hulu Sungai. Raja ini sangat bingung, memikirkan masalah perkawinan anaknya dengan sang putri. Anak yang terdampar tadi telah turut dengan Penunggu Bunga dan bertanya. "Nenek!, mengapa di negeri sana orang ramai-ramai?" Jawab Penunggu Bunga. "Oh, itu Raja akan mengawinkan anaknya. Raja mendapat mantu."

Keesokan harinya si Nenek menjual bunga pergi ke istana Raja Hulu Sungai dan Sang putri (calon menantu Raja) membeli bunga-bunga si Nenek Bunga dihargakan si nenek satu sen, dibayar oleh sang putri 10 sen. Si tukang Bunga kembali ke rumahnya, lalu bercerita kepada cucu angkatnya. "Nak, selama saya menjual bunga, belum pernah saya mendapat untuk seperti ini. Bunga kita dibeli oleh putri menantu Raja. Saya tawarkan satu sen tetapi putri itu keluar dari kotak tempat ia sembunyi dan dibayarnya sepuluh sen, dan habislah bunga-bunga itu. Ini rezekimu Nak. Kaulah yang beruntung." "Terima kasih nenek." Jawab si cucu.

Keesokan harinya mereka menjual lagi bunganya dan dibayar mahal oleh sang putri. Demikianlah seterusnya sampai berhari-hari. Pada suatu ketika, si cucu nenek ini memasukkan cincinnya kedalam rangkaian bunga yang akan dijual si Nenek ke istana Raja. Si cucu berpesan kepada neneknya. "Nek, tolong berikan cincin dan bunga ini kepada putri. tetapi jangan disampaikan kepada Raja dan jangan sampai diketahui oleh Raja."

Nenek menyetujui dan pergilah nenek seperti biasa. Demikianlah bunga yang bercincin itu diberikan kepada putri, dan putri keluar dari kotaknya menerima bunga itu. Setelah diamat-amatinya, putri sangat terkejut melihat cincin itu, adalah cincin yang diberikan dulu kepada suaminya yang dilemparkan ke hulu.  Bunga itu terus dibayar putri dua ringgit dan si nenek bergegas pulang menyampaikan hasilnya kepada cucu angkatnya. "Cung alangkah mahalnya bunga kita ini. Ini uang yang dibayarkan oleh putri dua ringgit, tetapi jangan diketahui oleh orang lain." "Baik Nenek." Jawab si cucu.

Keesokan hariya kembali nenek menjual bunganya dan sang putri berpesan. "Nenek, kami akan begawiy dan cucumu supaya dibawa kemari untuk membantu di sini menumbuk tepung dan lain sebagainya." Demikian pula sang Raja berpesan yang sama dan menambahkan, "kalau si nenek tidak datang dengan cucunya, dia dan cucunya akan dibunuh." Si nenek menyanggupi, dan kembali ke rumahnya menyampaikan pesan sang putri  dan sang Raja. Si cucu menjawab. "Apa perlu kita ke sana Nenek, kita tidak bisa berbuat apa-apa!". Sahut nenek. "Kita harus ke sana cucuku! Kalau tidak kita akan dibunuh oleh Raja." Si cucu menjawab. "Baiklah nek kalau begitu!"

Mereka pun berangkat menuju istana Raja. Persiapan perkawinan telah disiapkan berhari-hari. Nenek dan cucunya disuruh menginap di istana Raja. Sangat gembira karena tadinya sang putri yang tidak mau keluar dari dalam kotak selama bertahun-tahun, sekarang mau keluar dan tidur di kamar yang disediakan Raja. Rupanya selama itu si cucu malah masuk ke kamar putri setiap malam, dan dia pun berkata kepada sang putri. "Kalau begini, kau terima saja perkawinanmu, tetapi kau jangan mau dinikahkan sebelum aku datang dan kau harus meminta aku bercerita. sekarang aku akan kembali dulu ke rumahku di kampung." Sang putri berkata pada Raja, bahwa ia mau menikah tetapi si cucu tukang bunga yang telah diketahuinya sebagai  Husin yang pernah nikah dulu di tempat ayahnya, harus hadir dan harus bercerita serta menari dulu.

Permintaan ini disetujui oleh Raja, dan cucu pun dipanggil dan disuruh bercerita. Sang cucu yang sesungguhnya adalah Husin adik Hasan, menceritakan riwayat hidupnya bahwa dia adalah anak Raja yang beristri dua dan karena ibunya kejam ia menyusul kakaknya Hasan pergi dan seterusnya.

Mendengar ini sang Raja sangat terkejut karena sesungguhnya Hasan dan Husin itu adalah anaknya sendiri. Hasan tidak jadi dinikahkan dengan sang putri karena putri memang telah menikah dengan Husin ditempatnya sendiri di tempat Raja di seberang lautan dan Hasan diangkat menjadi Raja dengan daerah kekuasaan separuh kerajaan, sedangkan yang separuh lainnya adalah kuasai oleh Husin.

 

 

Sumber : Cerita Rakyat (Mite dan Legende) Daerah Lampung. Depdikbud

DISKUSI


TERBARU


Ulos Jugia

Oleh Zendratoteam | 14 Dec 2024.
Ulos

ULOS JUGIA Ulos Jugia disebut juga sebagai " Ulos na so ra pipot " atau pinunsaan. Biasanya adalah ulos "Homitan" yang disimp...

Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...