Kecamatan Singajaya memiliki beberapa legenda, salah satunya menceritakan tentang sejarah nama ‘Singajaya’ itu sendiri. Nama ‘Singajaya’ diambil dari nama orang pertama yang datang ke Singajaya yang konon menurut cerita, badannya terdiri dari setengah manusia dan setengahnya lagi singa, selain itu ia juga sangat terkenal dengan ilmunya yang tinggi. Eyang Singajaya sebetulnya bernama Eyang Yaya Syarif Hidayatullah, tetapi karena ia adalah orang pertama yang tinggal di Singajaya sehingga anak cucunya menyebutnya dengan sebutan Eyang Singajaya. Selain cerita itu, menurut sebagian masyarakat, nama Singajaya ada kaitannya dengan nama kecamatan Singaparna yang ada di kabupaten Tasikmalaya, konon katanya ada dua singa yang bertarung, kemudian yang menang diberi nama Singajaya dan yang kalah diberi nama Singaparna. Dibalik cerita tersebut, pada dasarnya masyarakat Singajaya masih memegang teguh sejarah daerahnya sendiri, terbukti dengan adanya pengajian yang dilaksanakan setiap hari Jum’at pagi di makam Eyang Singajaya. Sebenarnya tempat yang dikatakan orang sebagai makam Eyang itu bukanlah makam Eyang yang sesungguhnya, tetapi hanya berupa pohon beringin yang tumbuh tinggi, karena tidak diketahui secara pasti kapan, di mana dan kenapa Eyang meninggal, bahkan jasadnya pun tidak ditemukan, menurut cerita, sampai saat ini Eyang Singajaya masih ada di kecamatan Singajaya tetapi berwujud singa jadi-jadian, yang hanya bisa dilihat oleh orang-orang tertentu saja.
Ritual pengajian di makam Eyang Singajaya dilaksanakan setiap hari Jum’at dari pukul 06.00 sampai 09.00 WIB, pada hari itu masyarakat akan berbondong-bondong untuk datang ke makam untuk mengaji yasin bersama-sama dan meminta kepada Eyang agar diberikan berkah dan selalu dilindungi oleh Eyang Singajaya tersebut, dari ritual yang dilaksanakan tiap sepekan ini terbentuk sarana untuk bersilaturahmi antar-masyarakat, selain itu setelah sama-sama ziarah ke makam Eyang, biasanya orang-orang juga ziarah ke makam sanak saudaranya masing-masing. Untuk melaksanakan rutinitas ini tidak sedikit orang yang rela terlambat bekerja demi mendatangi makam Eyang.
Eyang Singajaya terkenal memiliki kekuatan yang sangat tinggi, apalagi ia adalah orang pertama yang tinggal di Singajaya, hal itu membuatnya berpengaruh besar dalam memberikan ajaran-ajaran kepada generasi selanjutnya. Ada beberapa mitos yang lahir di kecamatan Singajaya, salah satunya mengenai pengetahuan tentang gejala alam. Masyarakat Singajaya memercayai bahwa alam selalu memberikan pertanda di setiap geraknya, di antaranya:
1. Cigoong
Singajaya memiliki sungai yang aliran airnya memanjang, sungai ini mengalir dan sambung menyambung dengan sungai yang ada di kecamatan lain, dan pada akhirnya akan bermuara di aliran air pantai Santolo. Konon di salah satu bagian sungai yang menjorok ada sebuah gua yang katanya sering mengeluarkan bunyi goong setiap malam Jum’at (Kamis malam). Masyarakat percaya bahwa ini adalah suatu pertanda bahwa Eyang sedang mengunjungi dan menengok masyarakat Singajaya.
2.
Batu Sahéng
Batu ini terdapat di gunung Batu Agréng, batu ini hanya akan berbunyi jika akan terjadi gempa di wilayah Singajaya.
3. Petir
Menurut cerita, dahulu pernah ada petir yang berbunyi sangat keras, dan tidak lama setelah petir ini berbunyi, kemudian terjadilah longsor. Sejak itu masyarakat Singajaya percaya bahwa jika ada petir yang berbunyi sangat kencang maka itu adalah sebuah pertanda dari akan datangnya longsor.
4. Kohkol
Kohkol adalah suatu alat yang jika dibunyikan mampu untuk mengumpulkan masyarakat, tujuan dari dikumpulkannya masyarakat bergantung pada bunyi yang dihasilkan kohkol. Misalnya jika kohkol dibunyikan dengan cepat berarti ada bahaya dan masyarakat harus segera berkumpul di sumber suara. Kohkol ini sering digunakan untuk kerja bakti di seluruh pemukiman warga, dan juga untuk membersihkan pohon beringin yang katanya adalah makam Eyang Singjaya. Sehingga setiap pengajian dilaksanakan, makam tersebut sudah dalam keadaan bersih. Hal ini dimaksudkan untuk merekatkan tali silaturahmi melaui gotong royong sesama masyarakat dan juga dalam rangka penghormatan kepada leluhurnya yaitu Eyang Singajaya.
Pegetahuan lain yang diberikan Eyang adalah mengenai tempat menyimpan beras dan makanan (goah), masyarakat masih menyimpan persediaan beras di dalam goah, goah ini tempatnya tidak jauh dari dapur. Begitu pula dengan alat menumbuk padi (lisung), masyarakat kini menggunakannya juga untuk membuat tepung beras. Ada pula ‘uga’ (ramalan) yang diperkirakan lahir akibat ajaran Eyang Singajaya.
Waluh cina meunangkeun karembong ciné
Artinya suatu hari nanti jika menjual waluh cina akan mendapatkan selendang yang bagus dan mahal. Ramalan ini sudah terbukti mengingat segala sesuatu saat ini sangat bersifat komersil.
Hikmah dari legenda Eyang Singajaya adalah kepercayaan yang masih dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Kampung Babakan, Kecamatan Singajaya, Kabupaten Garut, Jawa Barat. kepercayaan itulah yang membentuk kearifan untuk peduli terhadap lingkungan sekitar, seperti halnya kegiatan membersihkan makam Eyang Singajaya tadi, bukan hanya sekedar untuk penghormatan terhadap leluhur tapi juga menjadikan lingkungan bersih dan terawat.
(Seni Melia Rani/ Garut, 27 September 2013)
1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...
Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...
Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...